PPI Swedia – Jum’at 19 Februari 2015
Lund, Swedia –Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Mersitek Dikti), Mohamad Nasir, melakukan kunjungan ke Universitas Lund, Swedia. Menristek Dikti ke Lund merupakan bagian dari rangkaian agenda utama kunjungan Menteri Nasir Ke Swedia untuk menjalin kerja sama di bidang pendidikan tinggi, riset, dan teknologi. Seperti yang dilaporkan kompas.com, sebelumnya mantan rektor Universitas Dipenogoro ini telah datang ke kota Stockholm untuk mengunjungi univeristas Karolinska Institutedan KTH Royal Institute of Technology.
Di Universitas Lund, Menteri Nasir dan rombongan dijadwalkan untuk berdialog dengan pakar-pakar pendidikan dari berbagai bidang, bertemu dengan perwakilan pusat-pusat riset yang ada di universitas, serta mengunjungi Laboratorium Max IV dan Ideon Science Park. Tidak hanya itu, pada kesempatan tersebut, Menteri Nasir menyempatkan diri untuk bertemu dan berdialog dengan pelajar Indonesia di Universitas Lund.
Sesi Dialog
Sesi dialog diawali dengan presentasi yang dipaparkan oleh Benni Yusriza (Koordinator Umum PPI Swedia) dan Monica Yanuardani (Mahasiswi Jurusan Psikologi, Universitas Lund) mengenai gambaran umum kondisi pelajar Indonesia di Swedia secara umum, serta di Lund secara khusus.
Benni dan Monica menekankan rencana kerjasama antara kementerian dan Universitas Lund harus disikapi dengan serius. Mereka percaya bahwa kerjasama riset antar kedua lembaga akan dapat membantu kedua negara untuk meningkatkan pertumbuhan secara ekonomi dan sosial.
Di akhir presentasi, Benni dan Monica menyampaikan pertanyaan mengenai bidang kerjasama apa saja yang menjadi prioritas Kemenristek Dikti dalam proyeksi 5 – 10 tahun ke depan, serta bagaimana kementerian ini membayangkan peran mahasiswa Indonesia di dalam skema kerjasama ini.
Merespon hal tersebut, Menteri Nasir mengatakan ada 8 bidang yang menjadi prioritas: Bidang pangan dan pertanian; kesehatan dan obat-obatan; Tekonologi Informasi dan Komunikasi; Teknologi Transportasi; advance material seperti Teknologi Nano; Teknologi Pertahanan; Energi Alternatif; Maritim.
Lalu bagaimana dengan bidang ilmu sosial?
“Sosial itu, akan mendukung dari perkembangan fokus pengembangan teknologi-teknologi ini. Bukan lagi menjadi pusat utama, tetapi harus menjadi pendukung. Maka kalau teknologi semakin maju, bagaimana Ilmu sosial juga harus ikut maju juga. Ini yang akan kita dorong” kata Menristek Dikti.
Untuk mendorong fokus tersebut, Menteri Nasir juga menekankan pentingnya keterhubungan antara hasil riset dengan dunia usaha.
“Riset itu kan selama ini hanya menghasilkan publikasi. Selama ini yang terjadi! Nah ini kami kembangkan lebih jauh, melalui hilirisasi dan komersialisasi hasil-hasil riset pada dunia usaha. Maka perguruan tinggi Indonesia ke depan harus mempunyai inkubator-inkubator untuk menghilirkan riset-risetnya,” tegas Menteri Nasir.
Dalam skema ini, Menristek Dikti juga menegaskan bahwa mahasiwa-mahasiswa di Swedia berperan penting sebagai jembatan untuk menghubungkan proses ini sesuai dengan keahlian dan keilmuan masing-masing.
Sesi dialog dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa-mahasiswa lain yang turut hadir untuk bertanya.
Yoghatama, mahasiwa PhD bidang human clinical and molecular nutrition, mengangkat isu kurang baiknya skema pembiayaan untuk mendukung program kerjasama penelitian antar universitas, khususnya universitas di Indonesia. Sedangkan Yusak Budi, mahasiswa PhD bidang microbiology, bertanya mengenai skema pemerintah untuk memajukan riset dasar yang dianggap penting sebelum menghasilkan sebuah produk riset.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Menteri Nasir mengatakan pembiayaan dari kerjasama-kerjasama riset sedang menjadi salah satu fokus kemeterian saat ini. Oleh karena itu kerjasama dengan melibatkan negara-negara, universitas serta perusahaan sedang terus ditingkatkan untuk kebutuhan tersebut.
Terkait, riset dasar, Menristek mengatakan universitas sekarang sudah rata-rata meneliti riset dasar, “Nah, riset terapan ada dimana? Riset terapan itu nantinya kita fokuskan ke lembaga pemerintah seperti LIPI, BATAN, LAPAN … Namun tantangannya tidak bisa berdiri sendiri, maka riset yang ada di perguruan tinggi dan di lembaga tersebut harus selaraskan.” Kata Menristek Dikti.
Mengenai Studi PhD di Swedia
Dalam dialog dengan Menristek Dikti dan rombongan, mahasiswa Indonesia di Lund juga bertanya mengenai rencana Kemenristek Dikti untuk meningkatkan jumlah peneliti Indonesia di Swedia melalui program PhD atau jenjang Doktoral. Hal tersebut ditanyakan karena Swedia secara khusus mempunyai sistem PhD yang berbeda dari negara-negara Eropa pada umumnya.
Ali Ghufron Mukti, Dirjen Sumberdaya Iptekdikti, menjelaskan pembiayaan PhD di Swedia harus dipikirkan secara matang dan harus mengacu pada asas efiesiensi.
“Sekarang ini Indonesia banyak mengirimkan pelajar-pelajarnya ke berbagai negara … yang kita cari adalah kemitraan strategis antara universitas di Swedia dengan pemerintah Indonesia maupun universitas di Indonesia. Kalau di Swedia tidak bisa menerima skema pembiayaan yang ada sekarang dari pemerintah kita, mungkin pembiayaan ini bukan untuk Swedia. Tapi bisa kita sebar ke tempat lain yang lebih kompetitif dan cost effective.” Tegas Ali Ghufron.