Setiap tahunnya di tanggal 22 April kita selalu merayakan Hari Bumi yang pastinya sudah terdengar familiar bagi teman-teman semua. Contoh yang paling erat dengan peringatan Hari Bumi yaitu Earth Hour, di mana kita dianjurkan untuk mematikan listrik dan seluruh peralatan elektronik selama paling tidak satu jam di malam hari. Tentu saja dengan mengurangi waktu kita bermain dengan ponsel dan gadget lainnya, kita bisa membantu mereduksi emisi karbon lho! Di sini saya ingin bercerita hal apa saja yang sudah saya lakukan secara pribadi untuk Bumi kita yang hanya satu-satunya (#nowplaying lagu Dewa 19~).
Pertama, kita harus melihat kegiatan sehari-hari yang kita tidak sadar justru menghasilkan dampak buruk bagi lingkungan. Salah satunya yaitu makanan kita. Apakah teman-teman tahu dari proses panen di ladang hingga tersajikan makanan di piring kita itu mengeluarkan emisi karbon terbesar ketiga di dunia? Selain itu, banyak sekali sampah yang dihasilkan sepanjang jalur rantai, kehilangannya bisa ditakar sekitar 30-40% menurut FAO! Say whaaat?
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Tentu saja jangan buang makanan! Mahasiswa di Swedia pastinya sudah terbiasa untuk memasak, jadi mari kita biasakan untuk memasak sesuai takaran porsi masing-masing dan hindari membiarkan bahan masakan menjadi busuk. Tetapi, terkadang saya sendiri malas memasak… tidak khawatir, karena sekarang ada opsi di mana kita bisa membeli menu makanan restoran yang tidak habis terjual, jadi kita bisa membantu mencegah sampah makanan. Teman-teman bisa akses aplikasi Karma dan Too Good to Go yang menggandeng restoran dan kafe ternama, dan Olio yang berbasis donasi makanan dari tetangga sekitar.
Selain itu, kalau teman-teman sedang belanja untuk kebutuhan bulanan di supermarket di Swedia, kalian akan menemukan makanan yang didiskon dari 30-50% karena biasanya makanan tersebut masih dijual hingga tanggal ‘best before’. Apa itu ‘best before’? Tanggal yang baik digunakan sebelum, berbeda dengan tanggal kadaluarsa, adalah periode waktu di mana makanan itu masih aman dikonsumsi meskipun sudah kurang segar. Jadi, kita bisa menyelamatkan makanan dari terbuang sia-sia dengan membeli makanan yang sebenarnya masih bisa kita konsumsi.
Bagaimana dengan pakaian yang sering kita beli? Thrifting solusinya! Swedia tidak luput dari tren berbelanja baju bekas karena toko-toko secondhand tersebar di penjuru kota besar. Uniknya, tidak hanya mahasiswa yang bisa menikmati hal ini, karena banyak sekali warga lokal yang senang berburu barang murah. Toko-toko seperti Björkå Secondhand memiliki beberapa drop point tersebar untuk menampung pakaian dan barang bekas hasil donasi dari warga setempat. Kemudian, hasil yang dikumpulkan dikurasi agar hanya barang yang layak pakai dan guna dijual kembali. Dengan membeli barang bekas, kita memberikan hidup kedua dan mudah-mudahan tren ini bisa mendorong para pebisnis di bidang fast fashion untuk mengurangi penggunaan bahan baku baru dan merambah ke daur ulang.
e-Commerce yang juga tak kalah tenar yaitu Blocket dan Facebook Marketplace, di mana kita bisa menjual barang yang sudah kita tidak ingin gunakan kembali. Di sini kita bisa memastikan barang pre-loved kita mendapatkan rumah baru daripada terbuang dan dibakar. Mungkin teman-teman sudah sering mendengar istilah forum jual beli, beginilah kurang lebih contohnya.
Selain makanan dan pakaian, adapun transportasi yang menyumbang polusi kota. Untungnya, kota-kota besar di Swedia menyediakan sistem dan infrastruktur angkutan umum yang sangat memadai untuk tidak hanya sekedar mengitari kota, namun juga menjangkau fasilitas sosial, seperti klinik dan taman bermain. Di Stockholm dan Gothenburg, kota terbesar pertama dan kedua di Swedia, beragam macam moda transportasi publik dapat ditemui, seperti metro kereta bawah tanah, tram, bus, dan kapal untuk menyeberangi sungai dan menyusuri pesisir. Seluruh mahasiswa di Swedia mendapatkan privilese berbentuk diskon untuk menikmati akses perjalanan dengan transportasi umum, seru bukan?
Hal yang paling saya sukai di Swedia yaitu jarak antara tengah kota dengan area terbuka hijau yang ditambah akses yang mudah menggunakan transportasi umum. Saya dapat dengan mudah mengakses website alltrails.com yang menyajikan berbagai rute trekking sekitar kota saya, contohnya rute Bohusleden yang dibagi menjadi beberapa bagian. Teman-teman juga berpartisipasi di kompetisi sosial melalui aplikasi Stepler, di mana kalian mendapatkan poin dari jumlah langkah kaki atau kayuhan sepeda yang bisa ditukarkan dengan hadiah yang menarik!
Begitu banyak hal yang sudah saya pribadi lakukan. Contohnya yaitu menggunakan tas belanja guna ulang, mengurangi plastik sekali pakai, dan lainnya. Rantai supermarket dan toko ternama sudah menetapkan harga untuk setiap kantong belanja, sehingga kita dianjurkan untuk membawa tas belanja sendiri apabila tidak ingin tambah merogoh duit. Dan juga, seluruh rumah tangga di Swedia diwajibkan untuk memilah sampah paling sedikitnya menjadi 5 jenis, yaitu sampah sisa makanan, plastik, kertas, logam/kaca, dan B3 (bahan berbahaya dan beracun, seperti bohlam bekas), yang kemudian akan diangkut secara terpisah dan diolah sesuai masing-masing jenisnya. Sebagian besar sampah anorganik dibakar di insinerator untuk menghasilkan listrik dan panas yang dialirkan ke rumah-rumah dan area komersial, sedangkan sampah sisa makanan kita diproses di dalam tangki bernama Anaerobic Digester (AD) menjadi biogas yang kemudian bisa digunakan untuk transportasi atau sebagai sumber pembangkit listrik.
Meski banyaknya opsi untuk mengurangi jejak kaki kita pada ekosistem, tentu saja beberapa hal kita tidak bisa pungkiri, misalnya kantong plastik saat membeli makanan takeaway. Ironisnya, panas yang dihasilkan dari insinerator sangat dibutuhkan karena Swedia adalah salah satu negara dengan musim dingin terpanjang. Maka dari itu, sepertinya sulit bagi masyarakat setempat untuk melepas kebiasaan penggunaan sekali pakai karena manfaat yang didapat lebih besar.
Oleh karena itu, pada Hari Bumi ini, saya ingin mengajak teman-teman untuk juga menyuarakan kekhawatiran kalian untuk mendorong kebijakan yang bisa menghentikan pemanasan global mencapai lebih dari 1,5oC dan mengurangi sampah di laut. Tentunya kalian bermain sosial media, kan? Kalian bisa membagikan pengalaman perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan ke keluarga atau mutual kalian. Bahkan, mahasiswa seperti saya bisa mengirimkan e-mail kepada kampus kita untuk memulai mengubah sistem, misalnya mengolah sampah makanan menjadi kompos atau menambah jumlah parkir sepeda seantero kampus.
Jadi, hal apa yang terbesit di benak kalian? Maukah kalian memulai perubahan kecil dari hari ini?
Penulis: Nadhira Afina
Reviewer/Editor: Agis