Oleh Nurul Izzati.
Liburan musim panas dimaknai beragam oleh pelajar Indonesia di berbagai belahan dunia yang dikaruniai empat musim, tak terkecuali teman-teman yang bersekolah di Swedia. Ada yang memanfaatkannya untuk summer course, magang, memulai penelitian untuk tesis, pulang kampung, promosi budaya Indonesia, konferensi internasional, dan tak jarang pula yang memutuskan untuk jalan-jalan di benua Eropa dan sekitarnya. Namun, kali ini ada yang berbeda! Tiga anggota PPI di kota Lund, Nanda, Nurul, dan Zahra memilih menghabiskan liburan musim panas di Indonesia dengan menginisiasi kegiatan sosial dengan cara berbagi inspirasi bersama siswa-siswi SMP dan SMA Kabupaten Sumbawa di Kecamatan Buer, NTB. Tak hanya kami, ada juga teman-teman alumni Macquarie University, penerima beasiswa LPDP di Sumbawa, serta Dewan Kerja Ranting Kecamatan Bueryang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Kegiatan ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan perdana dari PPI Swedia di Sumbawa yang terbilang unik. Dikatakan unik, sebab kelas-kelas inspirasi yang biasanya diselenggarakan lembaga-lembaga lain dilakukan di dalam ruangan atau di sebuah gedung, sedangkan kegiatan ini dilakukan di alam terbuka dan dilanjutkan dengan bermalam di tenda. Ide awalnya adalah untuk memotivasi siswa SMP dan SMA di kabupaten Sumbawa agar tetap bersemangat dalam menuntut ilmu dan berani bermimpi jauh tanpa mengeluh terhadap minimnya sarana dan prasarana yang ada. Namun, berdasarkan hasil observasi lapangan, rangkaian acara pun diperluas dengan menambah pembekalan tentang menulis karya ilmiah, memacu semangat generasi muda tentang bertani, pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, serta memacu semangat mereka untuk memulai gaya hidup yang lebih sustainable.
Hari pertama diisi dengan pembukaan, perkenalan, dan pemutaran video inspirasi dari beberapa pelajar Indonesia di berbagai negara yang khusus memberikan salam kepada para peserta, di mana Philipe Gunawan selaku koordinator pusat PPI Swedia ikut berbagi. Peserta sangat antusias karena untuk pertama kalinya dapat melihat sekilas latar kampus-kampus terbaik dunia dan mendengar cerita perjuangan para pelajar Indonesia hingga bisa mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri.
Acara pun tak kalah seru di hari kedua ketika peserta diajak bermain dan belajar langsung di sawah. Hal ini dilakukan agar peserta mempunyai pemikiran bahwa menjadi petani bukanlah suatu pekerjaan yang buruk, melainkan sangat penting mengingat alam Sumbawa yang memiliki potensi besar namun terkendala pada regenerasinya. Banyak pemuda Sumbawa yang tidak lagi berminat untuk bekerja di bidang ini karena berbagi alasan. Setelah itu, peserta juga dibekali dengan pengetahuan menulis karya ilmiah. Sebagai evaluasinya, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk membuat studi kasus dengan tema pertanian.
Agenda terakhir ditutup dengan field trip di hutan mangrove. Tujuannya untuk menanamkan sikap cinta lingkungan melalui pengenalan ekosistem laut dan ulasan mengenai dampak dari membuang sampah sembarangan. Namun, sebelumnya telah diputarkan video tentang climate change dan bahayanya plastik bagi ekosistem laut.
Hal terpenting lainnya yang ditekankan dalam kegiatan ini adalah sustainability. Poin ini diimplementasikan dengan beberapa cara, yaitu peserta diwajibkan untuk memisahkan sampah organik dan anorganik sejak hari pertama kegiatan, peserta diminta untuk membawa perlengkapan makan masing-masing karena selama kegiatan makanan disajikan dalam bentuk prasmanan sehingga tidak ada lagi extra packaging, minum peserta disediakan dalam satu galon bersama untuk menghindari sampah plastik dari botol minuman. Peserta diharuskan membawa wadah minum masing-masing setiap mengikuti kegiatan field trip.
Walaupun sempat terjadi kendala di beberapa hal, acara ini berjalan sukses dengan bantuan berbagai pihak. Di akhir kegiatan, peserta diminta untuk membuat evaluasi dengan cara menulis tingkat kepuasan, saran, dan kesan selama mengikuti kegiatan. Dari survei tersebut diperoleh data bahwa 95% peserta sangat puas, 4,5% puas, dan 0,5% netral. Semoga tahun depan acara serupa dapat diselenggarakan kembali, tentunya dengan kegiatan yang lebih bervariasi dan diisi oleh narasumber dari berbagai latar belakang 🙂