Literacy is a bridge from misery to hope. It is a tool for daily life in modern society. It’s a bulwark against poverty, and a building block of development, an essential complement to investments in roads, dams, clinics, and factories – Kofi Annan
Kofi Annan, yang menjabat sebagai sekretaris jendral PBB selama 9 tahun, menyampaikan kalimat diatas dalam suatu kesempatan. Dalam kalimat itu tercermin betapa penting literasi untuk membangun sebuah masyarakat. Kalimat ini juga yang membuat saya berpikir betapa pentingnya fasilitas membaca bagi masyarakat. Sebagai seorang penggemar buku yang sedang menjalani program master di Swedia, saya akan berbagi serunya fasilitas membaca bagi masyarakat di Swedia!
Tingkat Literasi Swedia
Dalam sebuah survey mengenai tingkat literasi negara-negara di dunia, hasilnya menunjukkan bahwa negara dengan tingkat literasi tertinggi pada urutan 5 teratas adalah negara-negara di Skandinavia : Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark dan Swedia. John Miller, periset yang melaksanakan survey ini sendiri percaya bahwa prestasi negara-negara skandinavia ini merupakan hasil dari budaya membaca yang ditanamkan sejak dini. Bukan sekedar hobi, membaca adalah kebiasaan yang ditanamkan dan menjadi hal lumrah, termasuk di Swedia.
Sebelum datang ke Swedia, saya membayangkan bahwa di negara-negara maju, banyak orang dengan hobi membaca yang akan menghabiskan waktu mereka menunggu, di bus atau di kereta, dengan membaca. Setelah 1,5 tahun disini, hanya beberapa kali saja saya melihat seseorang khusyuk membaca di dalam bus atau kereta. Nyatanya, fasilitas membaca yang bagus dan kebiasaan membaca sendiri menjadikan budaya ini bukan selingan untuk menunggu.
Fasilitas Membaca
Di setiap kota di Swedia, kita akan menemukan perpustakaan kota atau Stadstbiblioteket yang menyediakan berbagai buku yang dapat dengan mudah dipinjam oleh masyarakat umum. Di Stockholm, terdapat Stockholm Bibliotek yang masuk dalam jajaran perpustakaan terindah di dunia. Di dalamnya kita bisa menemukan buku-buku dalam berbagai bahasa dan jumlahnya mencapai 410.000 buku, belum termasuk jumlah koleksi audio book. Bangunan yang cantik dan tempat duduk yang nyaman membuat pengunjungnya betah berlama-lama disini.
Di Gothenburg, kota tempat saya belajar, terdapat dua perpustakaan kota. Stadtbibliotek yang terdapat di kawasan Gotaplatsen adalah perpustakaan pusat. Saat pertama kali ke perpustakaan ini untuk meminjam buku, saya tinggal menunjukkan kartu ID saya, dan dalam 10 menit petugasnya sudah memberikan kartu anggota perpustakaan. Di perpustakaan ini juga banyak fasilitas membaca yang disediakan bagi anak-anak dan terdapat ruangan membaca khusus untuk anak balita. Tentunya, dengan koleksi buku-buku yang dibuat semenarik mungkin sesuai dengan umur. Terdapat juga sofa-sofa yang nyaman yang disediakan bagi pengunjung.
Fasilitas peminjaman di perpustakaan pun dibuat untuk memudahkan pengunjung. Setelah menemukan buku yang akan dipinjam dengan komputer pencari, kita hanya tinggal menempatkan buku dan kartu anggota di mesin peminjaman dan secara otomatis nama kita akan tercatat sebagai peminjam untuk buku tersebut. Cepat, mudah dan praktis. Fasilitas lainnya adalah peminjaman buku melalui website perpustakaan. Sebelum datang ke perpustakaan, kita bisa mengecek buku yang akan dipinjam di website perpustakaan. Petugas perpustakaan kemudian akan meyiapkan buku tersebut dan meletakkannya di rak untuk buku siap pinjam. Akan ada pemberitahuan melalui email atau surat langsung ke kotak surat kita yang menerangkan buku tersebut sudah siap dipinjam. Selanjutnya kita tinggal datang dan mengambilnya. Perpustakaan ini buka dari senin hingga jumat mulai jam 9 pagi hingga 9 malam dan tetap buka hari sabtu dan minggu mulai dari jam 10 pagi hingga jam 6 sore.
Gerakan #bookfairiesinSweden
Tagar dan instagram akun dengan ini merupakan satu hal yang menarik juga yang menunjukkan budaya membaca di Swedia. Di pelopori oleh Emma Watson, aktris asal Inggris yang memerakan Hermione yang kutu buku di film Harry Potter, bookfairies di Sweden konon sebenarnya sudah dilakukan sebelum gerakan ini populer. Gerakan bookfairies adalah ajakan untuk memberikan buku secara gratis dengan cara menaruh buku di tempat yang gampang ditemukan orang, contohnya di bangku taman atau halte bus.
Di departemen program saya juga terdapat pojok khusus dimana orang-orang biasa meninggalkan buku yang ingin mereka berikan dengan catatan kecil berbahasa Swedia yang berarti “apakah kamu mau membaca buku ini?” Saat melihat buku-buku tersebut saya berpikir bahwa bisa jadi karena ini universitas jadi banyak pembaca dan dengan mudah mereka memberikan buku-buku mereka. Nyatanya, saat ini di perusahaan tempat saya mengerjakan tesis, juga terdapat meja khusus dimana orang-orang bisa meletakkan buku yang ingin mereka berikan secara gratis.
Storytel.se
Salah satu cara populer untuk menikmati buku saat ini adalah dengan buku audio dimana teks buku sendiri dibacakan oleh orang lain, yang biasanya juga bisa penulis buku itu sendiri). Buku audio ini juga sudah sangat populer di Swedia. Alamat website khusus untuk mendengarkan berbagai buku secara gratis adalah storytel.se. Website ini menyediakan buku berbagai bahasa yang bisa diunduh dan disimpan dalam ponsel kita.
Berkaca dari usaha pemerintah dan masyarakat Swedia meningkatkan budaya membaca,, tentunya kita berharap fasilitas di negeri sendiri akan bisa lebih baik di masa yang akan datang. Seperti yang disampaikan Kofi Annan, semoga dengan meningkatkan fasilitas dan budaya membaca, masyarakat kita bisa jadi masyarakat yang lebih maju dalam berbagai bidang, layaknya Swedia.
Oleh:
Dwica Wulandari - Gothenburg
Industrial Ecology
Master Programme - Chalmers University of Technology