“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”
Saat sekolah dasar, kita mungkin sering mendengar peribahasa ini sebagai bagian dari pembelajaran agar selalu menyesuaikan tingkah laku dan sopan santun sesuai dengan tempat kita bernaung. Di forum atau artikel opini, seringkali orang-orang menulis dan membanggakan kebudayaan timur yang terkenal akan etika dan sopan santunnya. Namun, bukan berarti pembelajaran tentang cara bersikap berhenti atau malah berjalan mundur ketika menempuh studi di luar negeri, terutama di negara barat. Negara-negara barat juga memiliki etika, sopan santun, dan kebiasaan yang patut untuk ditiru dan dibawa saat kelak kembali ke Indonesia
- Menahan pintu untuk orang lain.
Sopan santun yang paling mengena saat sampai ke Swedia adalah setiap kali orang di depan kita masuk dan membuka pintu, mereka selalu menahan pintu untuk orang yang berada di belakangnya. Tentunya disambut dengan ucapan terima kasih karena sudah membuka dan menahankan pintu.
- Tack!
Orang Swedia memiliki kebiasaan untuk selalu mengucapkan “tack” atau “terima kasih”, tidak hanya saat dibukakan pintu seperti yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya, tetapi juga setelah bertransaksi di supermarket, setelah bertanya, atau bahkan diucapkan kepada supir bus yang rela menunggu sepersekian detik untuk tidak menutup pintu bus karena melihat kita berlari menuju halte agar tidak ketinggalan bus.
- Ursäkta
Ursäkta merupakan Bahasa Swedia dari “permisi”. Kata ini merupakan kata sakti yang hampir bisa didengar setiap hari di mana saja dan kapan saja. Bisa dipakai untuk memulai percakapan, menanyakan arah, atau sekedar ingin numpang lewat di tengah kepadatan stasiun atau bus. Orang yang menghalangi jalan pun biasanya akan membalas dengan berkata “forlåt”, yang artinya maaf, sambal memberikan jalan.
- Budaya antre
Masters of standing in line. Begitulah perumpamaan untuk perilaku orang Swedia yang akan antre untuk hal apapun dan selalu bersabar untuk tetap berdiri pada antrean. Saat mengantri, mereka tidak akan berdiri terlalu dekat atau bahkan hingga membuat kontak tubuh dengan orang yang berada di dekat antrian mereka. Jangan heran ketika kamu mendapati pandangan yang tidak nyaman jika berdiri terlalu dekat dengan orang yang berada di depanmu saat mengantre.
- Tepat waktu
Kebiasaan “jam karet” tentu tidak bisa dibawa ketika kita akan berinteraksi atau membuat janji dengan orang Swedia yang sangat menghargai waktu. Umumnya, mereka akan datang 15-30 menit lebih awal dari jam yang telah ditentukan untuk bertemu atau membuat janji. Menggunakan transportasi publik bukan berarti terlambat jadi bisa ditoleransi. Contohnya, bus di Swedia sudah terintegrasi di aplikasi yang bisa diketahui kapan tiba di halte dan sampai di tujuan. Sehingga kita sudah bisa memperkirakan kapan akan tiba di tujuan.
Jadi, pastikan kita mengikuti sopan santun dan kebiasaan-kebiasaan tersebut saat di Swedia. Alangkah lebih baik lagi apabila terus diterapkan saat di Indonesia!
Oleh: Sekar Sedya Pangestika-Uppsala Master Programme in Biomedicine, Uppsala University