Pada bulan Februari, musim dingin di Stockholm seolah sedang mencapai puncaknya. Tidak hanya salju yang turun hampir setiap hari, tetapi juga temperatur udara yang berada di kisaran -10oC. Seperti pagi itu, hari Selasa tanggal 27 Februari 2018. Hujan salju langsung menyambut saya begitu keluar dari flat jam setengah 8 pagi. Setiba di KTH, saya mengecek smartphone dan mengetahui bahwa temperatur udara saat itu sekitar -13oC. Saya bergegas menuju bus yang terlihat tidak jauh dari KTH Entré. Tepat jam 8 pagi, bus pun berangkat.
Saya kembali berkesempatan mengikuti study visit dan kali ini kegiatan yang dimaksud merupakan bagian dari mata kuliah Fibre Technology. Berbeda dengan sebelumnya, study visit ini sifatnya wajib diikuti dan berlangsung selama satu hari. Pergi pagi, pulang malam hari. Sebanyak 16 orang mahasiswa ikut serta dengan didampingi oleh tiga orang dosen. Bagi yang belum tahu, satu mata kuliah di KTH bisa diampu beberapa orang dosen dimana mereka mengajar sesuai dengan bidang keahlian masing-masing sesuai materi perkuliahan.
Pada mata kuliah ini sendiri, ada delapan orang staf pengajar di kelas dan tiga asisten di laboratorium. Secara garis besar, kami belajar tentang serat alam dan buatan, terutama serat selulosa dari batang pohon. Adapun produknya adalah produk-produk berbasis kertas (paper-based products), seperti kertas yang digunakan untuk tulis-menulis, pembungkus makanan, tisu, kantong kertas (paper bag), dan lain-lain. Hal-hal yang dipelajari di kampus antara lain struktur serat, sifat mekanik, muatan kimia, modifikasi serat, dan inovasi nanoselulosa.
Lokasi study visit adalah Ahlstrom-Munksjö, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang material berbasis serat (fibre-based materials). Ada 41 unit produksi yang tersebar di 14 negara, mayoritas berada di Eropa, unit-unit lainnya ada pula di China, India, Brasil, dan Amerika. Cakupannya luas sekali. Di negara Swedia sendiri, ada 5 unit produksi yang salah satunya berada di Ställdalen, lokasi yang kami kunjungi hari itu. Saya sempat mengecek lagi smartphone dan temperatur udara saat itu sekitar -12oC, tak jauh berbeda dengan Stockholm.
Perjalanan menuju lokasi ditempuh selama 3 jam. Pukul 11 siang, kami tiba dan makan siang terlebih dahulu. Barulah setelah itu, kami menuju ruang pertemuan untuk mendapatkan presentasi mengenai perusahaan dan dilanjutkan dengan observasi lapangan atau factory tour. Pihak perusahaan membagi rombongan kami menjadi dua kelompok dimana kelompok pertama melakukan observasi lapangan terlebih dulu baru mendapatkan presentasi, sementara kelompok kedua mendapatkan presentasi dahulu baru melakukan observasi lapangan. Dan untuk observasi lapangan, kami tidak diperkenankan untuk mengambil dokumentasi foto.
Untuk sesi presentasi, kami lebih diperkenalkan kepada spesifikasi produk perusahaan. Ada empat kegiatan bisnis atau kategori produk yang dilakukan oleh Ahlstrom-Munksjö. Pertama, kertas dekor atau kertas yang digunakan untuk lapisan furnitur. Kedua, kertas filtrasi atau kertas untuk penyaringan minyak, air, dan lain-lain. Ketiga, kertas industri atau kertas yang digunakan untuk kebutuhan industri seperti abrasive paper dan sand paper. Dan keempat, kertas khusus, terutama untuk keperluan packaging atau pembungkus makanan. Bahan baku dari semua produk itu adalah serat dari pohon, baik hardwood maupun softwood.
Untuk sesi observasi, proses produksi secara keseluruhan adalah pencampuran bahan baku dengan air dan zat aditif yang diperlukan sesuai produk masing-masing, lalu dipak untuk dikirim kepada konsumen. Air di sini kebutuhannya besar sekali dan didaur ulang berkali-kali sebagai bagian dari efisiensi. Di unit Ställdalen sendiri, ada 143 orang karyawan. Bahan bakunya seratus persen serat alam terutama rayon (viscose rayon) yang merupakan turunan atau proses lanjutan dari serat selulosa, jadi tidak menggunakan serat buatan. Fokus produksinya lebih kepada kertas industri atau disebut juga dengan istilah industrial nonwoven dimana 75% adalah produk tisu (wipes) dan 25% adalah produk lain (others).
Tidak hanya proses yang dirancang ramah lingkungan, produknya juga didesain ramah lingkungan. Salah satunya ada tisu basah yang tidak bermasalah jika dibuang di kloset karena dapat terurai secara alami. Tentunya ini hal yang tidak hanya inovatif, tetapi juga solutif bagi permasalahan lingkungan. Sedangkan untuk produk lain selain kertas tisu, di antaranya kertas dinding atau pelapis furnitur (decor paper), kertas pencabut bulu di kulit (depilation paper), kertas/plester pembalut luka (wound care), kertas pelapis atap mobil (nonwoven layer), kertas pelapis atap ruangan (acoustic ceiling), dan kain keras bordir (nonwoven fabric).
Tepat jam lima sore, rangkaian acara study visit pun usai. Bus membawa kami kembali ke Stockholm, menembus salju yang turun tipis sesekali tebal. Sepanjang perjalanan pulang, seperti biasa saya mencoba melakukan review dari kegiatan ini. Saya kurang begitu paham apakah di Indonesia ada perusahaan seperti ini dimana produk dari batang pohon sangatlah beragam, padahal intinya sama : produk kertas. Selama ini, saya hanya beranggapan bahwa produk kertas hanya sebatas kertas yang digunakan untuk tulis-menulis atau cetak-mencetak.
Akan tetapi, mata kuliah ini dan juga study visit-nya semakin membuka wawasan dan pikiran saya. Saya lalu teringat satu kalimat yang senantiasa disampaikan oleh Lars Wågberg, salah seorang dosen di mata kuliah ini yang merupakan ketua divisi riset Fibre Technology di KTH. “Application may vary, but the science is the same,” kata Lars yang pada intinya satu konsep yang mendasar kuat bisa berkembang menjadi banyak hal yang penuh manfaat. Saya lagi-lagi bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri. Semoga suatu hari nanti, Indonesia semakin maju dan semakin mandiri dalam hal sains dan teknologi.
Oleh: Ahmad Satria Budiman – Stockholm Macromolecular Materials Master Program – KTH Royal Institute of Technology