HejHej!
Sebagai negara dengan jumlah populasi diperkirakan sekitar 10 juta orang, tahukah kamu kalau hampir 70 persen penduduk Swedia adalah pemeluk Kristen dari berbagai aliran semisal Lutheran (mayoritas), Protestan, dan Katolik? Harian setempat bertajuk The Local menyampaikan dalam salah satu artikelnya bahwa kemudahan menjalankan kegiatan beragama bagi kalangan Kristen ditunjukkan dengan keberadaan sekitar 3.500 gereja di berbagai wilayah. Namun seiring semakin banyaknya kaum imigran muslim masuk ke Swedia, termasuk dari kalangan pelajar di perguruan tinggi, bagaimana pemerintah setempat memberi perhatian dalam penyediaan fasilitas beribadah di kampus-kampus?
* * * * *
Ruang Meditasi Untuk Lintas Agama
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan YME karena tahun ini The Swedish Institute menyatakan saya termasuk dalam salah satu dari 14 penerima beasiswa Swedish Institute Study Scholarships (SISS) dari Indonesia yang terpilih untuk meneruskan pendidikan di jenjang master. Maka mulai pertengahan Agustus lalu saya mulai menimba ilmu di institusi pendidikan sesuai pilihan yaitu Universitas Jönköping (UJ). Minggu awal perkuliahan saya manfaatkan untuk mengenal fasilitas-fasilitas yang tersedia di kampus melalui serangkain presentasi dalam kegiatan bernama Welcome Week. Mulai dari fasilitas perpustakaan, pusat informasi, house of student (semacam gedung pusat administrasi kemahasiswaan), dan keberadaan meditation room (ruang meditasi) ditampilkan.
Pada segmen pembahasan ruang meditasi, Mattias Nystrand selaku staf The Chaplaincy tampil menyampaikan fungsi ruang meditasi. Perwakilan lembaga yang bertanggung jawab atas keberadaan ruang meditasi di JU ini menyebutkan, pemanfaatan ruangan bersifat lintas agama dimana semua pemeluk agama bebas menggunakan ruangan dengan terlebih dahulu melakukan pemesanan. Namun mengingat kalangan muslim memiliki ritual ibadah harian maka sejauh ini kalangan mahasiwa muslim-lah paling sering memanfaatkan ruangan di lantai tiga gedung perpustakaan JU dengan pemakaian dibatasi hanya untuk kalangan pelajar, dosen, dan staf.
Dalam sebuah kesempatan, saya pun meninjau ruangan. Tampak dua pasang sandal untuk wudhu di depan pintu, beberapa furnitur, tiga stel mukena, susunan kitab suci untuk Muslim dan Kristen di dua rak buku terpisah, gitar, dan tumpukan alas untuk meditasi. Keberadaan perlengkapan ibadah ini disediakan oleh Equmenical Christian Association (semacam persatuan seluruh gereja di Jönköping). “Namun ruangan ini bukan tempat bagi satu pemeluk agama mempengaruhi pemeluk agama lain agar mengikuti ajaran atau interpretasi dari agamanya. Tapi kalau kamu ingin menggelar acara dimana kamu ingin menjelaskan ajaran agama kamu dan kamu bersedia mendengarkan ajaran agama lain, tentu dengan senang hati akan kami fasilitasi.” Ungkap Mattias.
Mujiya Ulkhaq, mahasiswa program master jurusan Engineering Management JU, punya kesan tersendiri buat keberadaan ruang meditasi. “Bangga banget ya dan jelas jadi sangat terbantu. Apalagi sampai ada sandal buat wudhu. Berbeda banget waktu pengalaman dulu di Korea,” Ucap dosen Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang juga lulusan Industrial & Management Systems Engineering di Universitas Kyung Hee, Korea Selatan. Muji pun mengenang bagaimana ketika melewatkan masa studi tahun di Korea pada rentang tahun 2012 – 2014, ia sering menunaikan sholat di bawah tangga kampus atau menerima omelan petugas pembersih karena wudhu di toilet.
Beda Kampus, Lain Praktik Kebijakan
Kebijakan menyediakan ruangan untuk pelajar muslim beribadah bukan hanya di JU. Sejumlah universitas di Swedia juga menyediakan fasilitas yang sama di kampus-kampus mereka. Artika R. Famita yang tengah mengambil master Media Management di KTH Royal Institute of Technology, Stockholm, punya pengalaman lain soal ini. “Fungsi aslinya group room terus dijadikan silent room. Masuk ke ruangan boleh pakai sepatu. Jadi clear area-nya ya sebatas sajadah. Ada empat sajadah tapi nggak ada mukena,” Papar Tika tentang Silent Room di gedung D yang masih merupakan bagian utama kampus KTH.
Di Universitas Umeå, Umeå, ruangan yang berfungsi layaknya ruang meditasi dan silent room dinamakan The Andrum Chapel. Sesuai namanya, The Andrum Chapel secara spesifik telah memiliki rangkaian kegiatan yang memang ditujukan untuk pemeluk Kristiani seperti latihan paduan suara gereja dan kebaktian. Meski begitu, umat Islam juga diperkenankan memanfaatkan ruangan yang terletak di gedung Natural Science lantai dua. Hal ini ditunjukkan dengan pengadaan alas untuk sholat namun tanpa penyediaan mukena dan mushaf Al Qur’an. Meski begitu, kondisi ini tetap dirasa istimewa setidaknya buat Agung Widhianto. “Saya merasa kagum dan senang karena kampus masih memberikan perhatian dan ruang bagi kalangan muslim seperti saya untuk dapat beribadah di area kampus,” Demikian kesan mahasiswa program master jurusan Ilmu Politik di Universitas Umeå ini.
Berbeda dengan ketiga kampus di atas, Chalmers University of Technology yang juga berada di wilayah Gothenburg, memiliki ruangan yang justru telah berfungsi khusus untuk kalangan Muslim. Ruangan di Student Union Building lantai tiga ini dilengkapi dengan berbagai perlengkapan seperti mukena, mushaf Al Qur’an sampai petunjuk arah kiblat. Bagi yang ingin ikut sholat berjamaah untuk Dzuhur dan Ashar, silahkan cek waktunya di papan pengumuman. “Di semua waktu sholat, saya merasa menjadi lebih mandiri. Kita harus atur waktu sendiri untuk jadwal melaksanakan sholat karena kadang waktunya di tengah jadwal kelas. Paling diingetinnya sama apps yang digetarkan saat waktu sholat tiba,” Kata Muhammad Bintang Rivani, mahasiswa Managements and Economics of Innovation di Universitas Chalmers.
Khusus untuk sholat Jumat, kegiatan dipindah ke lantai tiga dimana hamparan karpet telah disusun di ruangan yang dinamakan Motion Hall. Persiapan pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh para mahasiwa yang tergabung dalam semacam persatuan pelajar bernama Chalmers Islamiska Förening (CIF) mulai dari pengaturan alas sampai penentuan imam dan muadzin (pengumandang adzan). Adzan hanya diperdengarkan sebagai bagian dari pelaksanaan sholat Jumat dengan jumlah jama’ah bisa mencapai 50an orang dari berbagai negara termasuk kalangan luar universitas. Usai sholat Jumat, bagi mahasiswa Indonesia yang berminat mengikuti kegiatan memperdalam ilmu agama bisa mengikuti pengajian yang rutin digelar setiap Jumat pukul enam sore. Kegiatan ini difasilitasi oleh pekerja Warna Negara Indonesia termasuk yang sedang mengambil program doktor di Chalmers.
Tidakkah sebuah bentuk nikmat tersendiri ketika niat menjalankan ibadah terasa begitu dimudahkan ditengah upaya mengejar studi di negara berpenduduk mayoritas non-muslim?
Suci Haryati
Master’s Programme International Communication
Jönköping University
1 thought on “Ibadah di Kampus-kampus di Swedia Itu…?”