Gedung Pancasila di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kopenhagen, Denmark, tampak berbeda pada hari Sabtu (16/3). Di salah satu sisi ruangan, sejumlah poster terpampang menampilkan beragam karya yang mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di tanah air. Sembilan belas poster karya anggota PPI di wilayah Nordik-Baltik ini juga dilombakan sebagai salah satu kegiatan konferensi tahunan Nordic-Baltic Indonesian Scholars Conference (NBISC). Cynthia Andria dari Lund University, Swedia, tampil sebagai Juara Pertama melalui ide keberagaman pangan untuk mengatasi masalah kekurangan makanan dan gizi di wilayah Papua dan Papua Selatan.
Alih Peran untuk Capai Keberlanjutan
NBISC 2019 menjadi konferensi tahunan kelima yang digelar oleh Perhimpunan/Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di wilayah Nordik dan Baltik dengan cakupan wilayah meliputi Finlandia, Denmark, Swedia, Norwegia dan Estonia. Kegiatan dibuka oleh Duta Besar RI untuk wilayah Kerajaan Denmark dan Republik Lithuania, M. Ibnu Said. Dalam sambutannya, Ibnu Said menyampaikan berbagai perkembangan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Denmark termasuk proyek Hutan Harapan di Provinsi Jambi. Menurut Ibnu Said, bantuan tersebut kini memasuki peralihan mengingat selesainya masa pemberian bantuan pada tahun 2018 untuk kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati. “Kini bagaimana kita akan merawat hutan yang sudah dijaga ini?” Ujar Ibnu dihadapan belasan peserta konferensi.
Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi Sesi 1 yang menghadirkan Prof. Rachmat Witoelar selaku Utusan Khusus Presiden RI di bidang perubahan iklim. Dalam presentasinya yang bertajuk “The Role of Young Scholars in The Acceleration of Climate Actions”, Rachmat menyampaikan sudah saatnya mereka yang tergabung dalam kelompok non-state actors, termasuk generasi muda, mengambil alih peran dalam aksi-aksi perubahan iklim dari Pemerintah. Ia mencontohkan generasi muda dengan inovasi dan semangat wirausaha mampu melakukan transformasi model bisnis dan mengembangkan teknologi rendah produksi karbon yang bisa meningkatkan daya tahan komunitas terhadap dampak perubahan iklim. Pembicara lain dalam sesi ini adalah Kun Mahardi dari R & D Engineer Bruel & Kjaer Vibro, dan Nick Fitzpatrick dari Environmental Activist Youth Climate Lab.
Pada diskusi Sesi 2, giliran Co-Chair Dewan Filantropi Indonesia Dr. Andi Erna Anastasjia Walinono mengulas pentingnya kemitraan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs. “”Belajarlah dari kesalahan saya yang sempat selama 30 tahun berpikir kita bisa capai tujuan dengan cara masing-masing. Tidak, kita harus bekerja sama karena akan lebih besar dampaknya buat masyarakat.”Ujar mantan Duta Besar Khusus Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) di kawasan Asia Pasifik ini. Tampil bersama Erna, Prof. Christian Lund selaku Head of Section for Global Development, Department of Food & Resource Economic dari Universitas Kopenhagen.
Lomba Poster, Lomba Aksi Inovatif
Setelah diskusi selesai, acara berlanjut dengan presentasi para peserta lomba poster. Poster merupakan rangkuman gambaran karya pembuatnya sesuai dengan latar belakang bidang ilmu yang ditekuni sebagai bentuk kontribusi dalam mencapai SDGs di Indonesia. Dari 19 poster yang dilombakan, tim juri memilih tiga peserta yang karyanya dinilai meraih poin tertinggi. Cynthia Andria yang menekuni jurusan Food Technology and Nutrition di Lund University tampil sebagai juara pertama melalui ide mengkombinasikan papeda, makanan olahan sagu khas Papua, dengan abon ikan. Upaya ini diprediksi akan berkontribusi mencapai Tujuan 2 Mengentaskan Kelaparan (Goal 2 Zero Hunger), Tujuan 8 Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Goal 8 Decent Work and Economic Growth) dan Tujuan 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab (Goal 12 Sustainable Consumption and Production). Meski sudah pernah diujicoba sebatas riset, Cynthia punya rencana lanjutan. “Ingin bisa dieksekusi untuk dijadikan proyek riset tesis serta ketika kembali ke Indonesia bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah Papua setempat,” Kata Cynthia yang mengaku menjadikan ajang NBISC sebagai upaya meraih ilmu dari rekan-rekan yang berbeda kompetensi.
Rizky Suganda Prawiradilaga dari University of Copenhagen jurusan Nutrition, Exercise and Sport, tampil memperoleh nilai terbesar ke-2 dengan proyek Phd-nya yang berupaya meningkatkan kesehatan tulang dan otot serta keseimbangan dinamis pada pasien osteoporosis melalui aplikasi exercise apps. Sayangnya, riset yang diharapkan akan berkontibusi dalam mencapai Tujuan 3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan (Goal 3 Good Health and Well Being) ini dinilai Rizky belum bisa dilakukan di Indonesia mengingat ketiadaan kebutuhan alat. “[…] Siapa tahu ada yg terinspirasi dan membuat startup utk membuat alatnya (sensor tubuh) dan juga aplikasinya sehingga dapat diterapkan di Indonesia,”Ulas Rizky tentang peluang implementasi idenya di tanah air. Kesempatan memperluas pengetahuan dari para narasumber, menambah jaringan, dan inspirasi dari presentasi ide-ide, merupakan alasan-alasan yang melangkahkan kakinya ke NBISC 2019. Kehadiran untuk kedua kali, setelah yang pertama di NBISC 2016 di Helsinki, yang ditengarai akan menjadi terkakhir kali mengingat ia merencanakan selesai tahun ini dari tiga tahun masa kerja.
Peraih poin tertinggi ke-3 disabet oleh Margaretta Chirstitta, kandidat Phd dari University of Helsinki, melalui posternya yang menampangkan upaya meningkatkan daya tahan makanan lokal dan keberlanjutan lingkungan melalui pemberdayaan perempuan. Berpijak pada semangat Tujuan 2 Mengentaskan Kelaparan (Goal 2 Zero Hunger), Tujuan 8 Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Goal 8 Decent Work and Economic Growth) dan Tujuan 13 Perubahan Iklim (Goal 13 Climate Change), Tita—nama panggilan Christitta—bersama timnya mengajarkan olahan jamur dan air kelapa kepada tiga komunitas perempuan di propinsi Sulawesi Utara. “Dari kegiatan ini saya jadi terpikir soal membangun riset yang memiliki impact ke masyarakat luas, social movement bersama sesama mahasiswa Nordic-Baltic yg memiliki visi dan misi sesuai.” Jawab Tita tentang hal lain yang ia peroleh selama penelitian.
Perkembangan wacana soal tuan rumah konferensi tahun 2020 menempatkan Swedia sebagai pelaksana berikutnya. Terkait hal ini, Korpus PPI Swedia Panji Arikson menyatakan, “PPI Swedia antusias dengan kembalinya (penyelengaraan) NBISC ke Swedia, kegiatan yang mempererat kesadaran keilmuan dan soildaritas anggota PPI kawasan. Detail acara masih perlu dan akan dibicarakan dengan pengurus baru yang sebentar lagi akan terbentuk.”. Semoga perhelatan NBISC 2020 berjalan lancar di bawah koordinasi PPI Swedia!