Sebelum memutuskan untuk kuliah di luar negeri, kita pasti sudah mempertimbangkan segala sesuatunya dengan baik. Mulai kurikulum pendidikan, suasana belajar, biaya hidup, sampai kemudahan memperoleh makanan yang cocok di lidah.
Sebagai salah satu negara tujuan studi terbaik di Eropa, nama Swedia cenderung dilekatkan dengan kata ‘mahal’. Padahal, bisa jadi itu mitos belaka. Karena pada dasarnya, ada banyak cara untuk mengatasinya.
Sudah banyak blogger di situs web PPI Swedia ini yang menulis tentang bagaimana bertahan hidup sebagai mahasiswa perantauan. Misalnya, Ronaldo Hasibuan dari Uppsala University yang menulis bagaimana mengatur keuangan secara teliti dengan membedakan antara keinginan dan kebutuhan di sini. Imakulata Muladi dari Lund University membagikan tips menghemat pengeluaran dengan rajin berburu diskon bahan makanan di sini. Bahkan Mushonnifun Faiz dari Lund membeberkan resep bagaimana mendapatkan perabotan gratis dari waste station di sini.
Masih kurang? Karena menjaga lilin di kegelapan malam bertentangan dengan norma dan perintah agama (kamu tahu kan, maksud saya? Hehe), bekerja adalah jawabannya.
Sebagai mahasiswa internasional, kita diperbolehkan bekerja selama menempuh studi di Swedia. Berdasarkan situs web resmi Migrationsverket, seorang pelajar yang memiliki izin tinggal (Residence Permit) untuk belajar di universitas Swedia dapat bekerja tanpa izin kerja saat belajar. Secara teknis pun, tidak ada batasan resmi berapa jam kita bisa bekerja.
Penasaran dengan peluang pekerjaan apa saja yang bisa kamu peroleh di Negeri Utara ini? Simak baik-baik…
- Menjadi Student Ambassador
- Salah satu pekerjaan yang bisa kamu lakoni selama menjadi mahasiswa ialah menjadi student ambassador alias duta mahasiswa. Pekerjaan ini biasanya ditawarkan oleh International Relations Office tiap kampus. Biasanya, lowongan untuk posisi ini diumumkan di situs web secara terbuka dan seleksinya sangat kompetitif tiap tahun berdasarkan motivasi dan rekam jejak akademis. Bahkan, fakultas tempatmu menuntut ilmu langsung yang merekomendasikanmu.
Posisi yang diminta pun beragam; ada yang spesifik untuk membalas setiap email pertanyaan dari calon mahasiswa, menulis blog secara rutin, hingga menjadi admin media sosial dan berbagi kisah lewat sana.
Selain kampus, ada pula posisi digital ambassador dari Study In Sweden. Posisi yang ditawarkan bergantung pada tim apa nanti kamu mau bergabung. Tak jauh berbeda dengan student ambassador tiap universitas, kamu bakal diminta meluangkan sebagian waktu untuk nge-blog, memoderasi Instagram, atau membuat video untuk YouTube minimal 15 jam per bulan.
Dari posisi-posisi ini, kamu bisa dapat honor mencapai 1500 SEK. Menggiurkan bukan?
- Kerja Part-Time Mengantar Makanan
Di Indonesia, kamu pasti familiar dengan layanan memesan makanan secara online melalui jasa ojek online. Nah, di Swedia juga ada lo. Pekerjaan mengantar makanan ini juga populer mengisi waktu luang dengan sepeda motor maupun sepeda angin. Perusahaan yang menawarkan jasa ini di antaranya Foodora dan Uber Eats. Oh ya, kamu bisa cari di restoran-restoran besar yang juga banyak menawarkan pekerjaan ini.
Di samping menghasilkan uang, kamu bisa sekalian olah raga. Bayangkan, kamu menambah uang saku sembari badan tetap fit dengan berkeliling kota selama liburan musim panas. Tapi, biasanya permintaan mengantar makanan justru melonjak drastis selama musim dingin.
4. Kerja di Restoran atau Kafé
Ini adalah tipe pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakoni mahasiswa. Dibutuhkan sedikit kesabaran untuk menelusuri lowongannya di media sosial dan situs web restoran atau rumah makan. Jangan lupa memperhatikan waktu giliran (shift time) yang diminta agar tidak bentrok dengan jadwal kuliahmu.
- Membagikan Pamflet atau Brosur
Swedia dikenal dengan budaya serba digital. Tapi jangan salah, masih banyak yang mengandalkan promosi konvensional seperti pamflet dan brosur dari rumah ke rumah. Kamu bisa memperoleh pekerjaan ini dari perusahaan pihak ketiga, salah satunya ialah Direktreklam. Sistem honornya bervariasi, jadi telitilah sebelum mengambil pekerjaan ini.
- Jadi Pemandu Wisata
Setuju kan, kalau Swedia merupakan surganya tempat-tempat wisata? Dari pemandangan alam, musik, teknologi, budaya, situs bersejarah, museum, hingga berbelanja. Bagi kamu yang suka menemani orang jalan-jalan dan hobi bercerita, pekerjaan menjadi tour guide alias pemandu wisata ini jangan sampai dilewatkan. Cari peluangnya di agen-agen wisata atau bisa pula bergabung dengan jasa free walking tour, di mana turis mancanegara tidak pelit memberi tip.
- Memotret
Buat yang hobi fotografi, memotret masih jadi sumber penghasilan yang menjanjikan di Skandinavia. Sebut saja; memotret pre-wedding, pemandangan alam, hingga foto potret. Semua bisa jadi peluang asal kamu rajin mencarinya di media sosial dan jejaring yang kamu punya.
- Menjadi “Kelinci Percobaan” di Studentkaninen.se
Studentkaninen, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, artinya ialah Student Rabbit. Portal ini dirintis tahun 2010 oleh mantan mahasiswa dari Karolinska Institutet untuk mempermudah para peneliti menemukan subjek yang mereka butuhkan. Biasanya, para peneliti menempel pengumuman di papan yang menempel di dinding. Dengan adanya ruang digital Studentkaninen, para peneliti di Swedia bisa mengumumkan dan menemukan calon partisipan yang sesuai dengan mudah.
Obyek penelitiannya bermacam-macam, tergantung jenis studi penelitian yang dikerjakan. Ada studi perilaku, studi kognitif, dan ada pula yang berkaitan dengan kesehatan. Kamu bisa memperoleh imbalannya dengan menjadi subyek penelitian ini. Besarnya dipengaruhi tingkat kesulitan dan risiko studi yang kamu ikuti. Mulai dari tiket nonton film, voucher belanja, sampai uang.
Makanya, sebelum memutuskan berpartisipasi, sebaiknya kamu memeriksa betul syarat dan ketentuan yang disodorkan sebelum meneken kontrak. Perlu diingat, kelompok riset pun mencoba untuk menempatkan keselamatan partisipannya setinggi mungkin.
- Menyulap Botol Jadi Uang
Ini memang bukan menyulap dalam konteks sihir, tapi betulan ‘menyulap’ sampah botol menjadi uang. Di Swedia, orang pergi ke supermarket dengan kantong plastik penuh kaleng dan botol adalah pemandangan biasa. Skema serupa juga lazim ditemui di negara-negara seperti Jerman, Denmark, dan Norwegia.
Secara umum, prinsipnya ialah menyetorkan botol plastik maupun kaleng alumunium untuk mendapatkan uang sebagai imbalan. Mereka memasukkannya ke dalam mesin-mesin besar deposit (pant) yang berjajar di tempat-tempat tertentu (umumnya di supermarket). Lubang pant ini bermacam-macam sesuai jenisnya. Usai memasukkan sampah botol, kamu perlu menekan tombol untuk memperoleh tanda terima lalu membawanya ke kas. Di situlah kamu akan diberi imbalan berupa uang.
Sebagai informasi, Swedia mendaur ulang 84,9 persen kaleng aluminium dan botol PET melalui sistem pant ini pada tahun 2016. Artinya, dalam setahun rata-rata satu orang menyumbang 117 botol dan kaleng dengan total 1,8 miliar kaleng dan botol (sumber: The Local Sweden).
Mau tahu nominal imbalannya? Untuk deposit jenis kaleng dan botol kecil adalah 1 krona, sedangkan botol plastik besar dihargai 2 krona.
- Menjaga Hewan Peliharaan
Buat yang tidak punya fobia terhadap hewan, kamu bisa mencoba pekerjaan ini. Swedia adalah salah satu negara yang tak hanya memperhatikan kesejahteraan warga manusianya, tapi juga hewan peliharaan lo. Pemilik anjing maupun kucing bakal kena sanksi jika menelantarkannya, bahkan mereka dilarang mengurung makhluk lucu ini seharian.
Pemilik yang sibuk biasanya membuka lowongan pekerjaan untuk mengajak peliharaan mereka untuk sekadar jalan-jalan dengan durasi waktu tertentu. Peluang yang bisa kamu manfaatkan.
- Nulis dan Nge-Vlog buat PPI Swedia!
Kalau ini, sudah cukup jelas dong ya. Selain berkumpul bersama teman-teman, kamu bisa menyalurkan hobi menulis atau nge-vlog—dan dapat uang saku—jika mau aktif bergabung di PPI Swedia. Karyamu bisa turut mempromosikan Swedia sebagai tempat tujuan studi yang bergengsi sekaligus menyenangkan buat calon mahasiswa asal Indonesia lainnya.
Dari daftar di atas, sebenarnya masih banyak cara untuk menambah pundi-pundi kamu selama kuliah di sini. Kuncinya, memperluas networking alias jejaring. Sering-seringlah datang ke job fair di kampusmu maupun di acara perkumpulan diaspora Indonesia. Baik yang diselenggarakan masyarakat Indonesia sendiri, maupun yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Seperti kata pepatah, “banyak teman, banyak rezeki.”
Tapi satu hal yang perlu kamu ingat: tetaplah semangat dalam perkuliahan karena inilah tujuan pertamamu pergi ke Swedia. Ketika kamu nanti mengajukan permohonan untuk memperpanjang izin tinggal alias Residence Permit, Migrationsverket atau Badan Migrasi Swedia bakal meminta bukti kondisi studi terakhirmu. Butuh jumlah kredit perkuliahan tertentu supaya perpanjangan izin tinggalmu dapat diterima. Nah, risiko terberat kalau kuliahmu sampai babak belur akibat terlalu banyak bekerja ialah kamu tidak diberi izin tinggal. Sungguh disayangkan, bukan?
Artika Rachmi Farmita
Mahasiswa S2 Media Management
KTH Royal Institute of Technology