Satu hal yang unik dari kota sekecil Lund yaitu semua penduduknya berkomitmen tinggi dalam menyelenggarakan kulturnatten, semacam perhelatan budaya yang diadakan sekali setiap tahun. Biasanya acara ini diadakan pada hari Sabtu, minggu ketiga bulan September, dari siang sampai tengah malam. Seluruh penjuru Lund menampilkan beragam aktivitas, dari pertunjukkan musik, pawai, workshop, dan banyak lagi lainnya. Pihak yang berpartisipasi tidak hanya dari pemerintah kota setempat, semua kalangan baik institusi maupun perorangan dengan sukarela menyemarakkan kulturnatten [1]. Meskipun umumnya kulturnatten dikenal sebagai ‘malam budaya’, kegiatan yang ditampilkan tidak terbatas dengan tema budaya. Misalnya AF Bostäder, penyedia jasa housing pelajar di Lund, menggelar lari maraton dan doorprize. Dokumentasi para pelajar Indonesia yang berpartisipasi pada kegiatan ini diperlihatkan pada Gambar 1, tersenyum bahagia foto bersama peserta lain. Toko-toko bisa pula membuka diskon lebih di hari itu untuk ikut memeriahkan kulturnatten. Intinya setiap individu bebas berkegiatan saat kulturnatten selama memberikan manfaat bagi publik.
Dari beragamnya aktivitas yang ada di kulturnatten, saya akan mencoba menjelaskan lebih tentang open house Fysicum, khususnya aktivitas dari organisasi yang saya ikuti Student Chapter OSA (Optical Society). Fysicum biasanya membuka open house yang berisi stand-stand dari divisi-divisi yang ada (atomic physics, combustion, nanophysics, dan lain-lain) untuk mengedukasi publik.
Setiap tahunnya yang ditampilkan tidak selalu sama, bisa berubah-ubah. Sebagai contoh tahun lalu divisi atomic physic mengisi standnya dengan board game. Pengunjung memainkan bidak-bidak yang tersedia agar sumber cahaya bisa menembak target sasaran. Ilustrasi board game ditampilkan pada Gambar 3. Bagi saya permainan ini seru karena perlu strategi untuk memposisikan bidak-bidak agar tidak keduluan lawan dalam menembak sasaran.
Tahun ini atomic physic menampilkan sesuatu yang lebih advance dengan merangkai peralatan optic laboratorium mereka menjadi soccer game. Pengunjung bisa mengatur screw optic agar sumber cahaya menembak sasaran di dua spot secara bersamaan. Jika berhasil, artinya pengunjung score two goals in one time. Suasana foto pengunjung memainkan game ini ditunjukkan pada Gambar 4.
Divisi combustion juga tidak mau kalah dengan menyajikan 3D selfie, foto 1D dipetakan menjadi bentuk 3D. Berikut foto yang coba saya ambil, namun hasilnya belum sempurna karena satu dan lain hal (Bisa jadi karena saat itu saya kumus-kumus aka kucel dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar). Hehehe…
OSA student chapter merupakan komunitas internasional yang memfasilitasi para mahasiswa untuk mengenalkan optik dan fotonik kepada masyarakat. Komunitas ini tersebar hampir di setiap negara. Kebetulan di Swedia, kampus saya Lund university berkesempatan menjadi salah satu home base. Di Indonesia juga ada kampus ITS sebagai home base. Daftar home base dan informasi mengenai kampus setempat bisa di cek di link https://www.osa.org/en-us/get_involved/chapters_and_sections/. Kegiatan rutin yang biasa dilakukan yaitu outreach. Para mahasiswa biasanya mengajukan prototype peralatan optik ke pusat untuk sosialisasi ke beberapa sekolah (SD, SMP, SMA) setempat. Cukup menyenangkan menjadi anggota komunitas ini karena bisa belajar berorganisasi di ranah akademis. Selain itu juga berkesempatan untuk daftar travel grant untuk mendapat pendanaan konferensi/publikasi.
Kembali ke topik kulturnatten, pengunjung di kulturnatten juga banyak yang anak-anak dan siswa sekolah, oleh karena itu para anggota OSA sepakat mendemonstrasikan fenomena optik yang sederhana saja, supaya beda dari divisi-divisi lain yang sudah memperlihatkan kemajuan teknologi. Hasilnya looks cool juga seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6 dan 7.
Dengan tools kit seperti replika laser, lensa, dan prisma, banyak percobaan selain difraksi dan pembiasan cahaya yang bisa dilakukan. Salah satunya seperti kombinasi warna-warna primer dari laser merah, hijau, dan biru untuk menghasilkan warna kuning, ungu, dan putih.
Acara andalan Fysicum yaitu optic and laser show. Fenomena fisika diperagakan dengan komedi lucu oleh para performer yang biasanya terdiri dari para mahasiswa dan instruktur. Tidak hanya bisa tertawa oleh ekspresi dan dialog yang kocak, tapi terperangah juga karena banyak fenomena fisika yang ternyata belum benar-benar dipahami sehingga belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Misalnya saja indeks bias minyak dan gelas yang sama membuat gelas yang dicelupkan dalam minyak terlihat transparan. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk magic show karena seolah-olah dalam cairan yang tidak ada apa-apanya bisa muncul gelas.
Kemudian diakhiri dengan pertunjukkan laser yang menakjubkan karena laser tidak hanya ditampilkan di layar. Penonton juga dihujani semacam laser yang membuat merinding. Sayangnya tidak bisa mengeluarkan HP untuk mendokumentasikan selama acara berlangsung karena layar HP bisa jadi sumber noise dan mengganggu konsentrasi untuk menyimak konten yang akan disampaikan. Pertunjukkan dengan Swedish (Bahasa Swedia) dimulai dari pukul 11.00 sampai 23.00 CEST, namun yang English hanya pada pukul 00.30 CEST. Jadi, pengunjung internasional harus bersabar sampai tengah malam. Biasanya di weekday akan dibuka lagi, tapi resikonya skip kelas untuk menonton pertunjukkan ini. Tahun lalu tiket masuknya gratis dan antri nya sejam sebelum pertunjukan dimulai. Tahun ini untuk menghindari antrian yang panjang dan dinginnya cuaca Swedia, pengunjung bisa membeli online melalui aplikasi TicketCo Wallet. (Swedia banget ya harus booking dulu). Total dari siang sampai malam, ada 10 pertunjukkan yang ditampilkan. Fiuh, kebayang tidak capeknya para performernya demi mensukseskan kulturnatten ini?
Pelajaran yang saya dapat dari department Fysicum dalam mengedukasi masyarakat di kulturnatten ini yaitu bagaimana mengemas sains semenarik mungkin, se-initiatif mungkin agar tidak membosankan bagi pengunjung. Tidak lupa menyisipkan kemutakhiran teknologi supaya sains yang diperlihatkan terlihat advance dan modern. Tidak tanggung-tanggung banyak tool kit atau game yang diproduksi untuk mempopulerkan sains. Well, sebagai seorang pendatang saya salut dengan totalitas ini dan tergugah untuk menerapkan hal serupa sesampainya di Indonesia. Tidak harus yang beribet, tapi yang penting illustratif agar mudah diterima masyarakat
Selain itu, saya kagum dengan antusiasme masyakarat dalam perhelatan kulturnatten ini. Banyak keluarga yang membawa anak-anaknya melihat pameran sains demi memotivasi anak-anaknya untuk menimba ilmu. Para remaja yang datang karena penasaran, bisa tergugah untuk makin belajar. Yang sudah sepuh-sepuh juga semangat mengitari stand-stand untuk menginspirasi yang muda-muda bahwa belajar itu tidak kenal umur. Intinya saya salut pada semua orang karena menyempatkan keluar untuk beraktivitas dan mendapatkan pengalaman dari acara kulturnatten ini.
References
[1] https://lund.se/uppleva–gora/kultur/arrangemang-och-festivaler/kulturnatten/
[2] https://www.extremetech.com/extreme/81418-khet-laser-strategy-game
Rima Zuriah Amdani
MSc. Physics Photonics
Lund University
Editor: Ria Ratna Sari