“It’s better to light a small candle than to curse the darkness”
Pada tanggal 21-29 September 2019, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti workshop Lighting Design di Alingsas, Sweden. Workshop ini terbuka untuk profesional maupun pelajar, dengan biaya sekitar 3700 Kr untuk pelajar dan 6500 kr untuk profesional. Namun, beberapa universitas di Swedia yang memiliki Master Program di bidang Lighting Design—diantaranya KTH dan Jonköping University—membuka kesempatan beasiswa bagi 10 mahasiswa setiap tahunnya untuk mengikuti acara ini.
Ketika menerima welcoming letter dari KTH, saya mendapat notifikasi untuk mendaftarkan diri. Pihak jurusan menekankan bahwa mahasiswa sangat direkomendasikan untuk mengikuti workshop ini. Bahkan, diinformasikan bahwa kalender akademik akan dikosongkan saat event ini berjalan, sehingga peserta workshop tidak akan ketinggalan kelas. Untuk mengikuti proses seleksi, kami harus mengupload resume singkat dan serta essay. Segera saya mengirim persyaratan tersebut, dan beberapa hari kemudian saya menerima respon dari penyelenggara acara kalau saya mendapatkan beasiswa untuk mengikuti acara ini, termasuk akomodasi dan konsumsi.
Lighting Festival terbesar di Swedia ini ternyata sudah dimulai pada tahun 1998, ketika mahasiswa dari University of Gothenburg melakukan eksperimen mengenai architectural lighting di ruang publik, dan diikuti di tahun berikutnya oleh mahasiswa dari Jonköping University. Event ini kemudian memberikan manfaat bagi penduduk Alingsås maupun para pelajar, sehingga pemerintah kota dan perusahaan lokal Alingsås Energi menjalin kerjasama dengan PLDA (Professional Lighting Designer Association)—saat ini IALD (International Association of Lighting Designers)—untuk mengadakan acara ini di setiap tahunnya.
Beberapa hari sebelum event dimulai, pihak penyelenggara mengumumkan para lighting designer yang akan menjadi workshop head pada Lights in Alingsås tahun ini. Saya terkesan membaca resume para senior designer dengan nationality yang sangat beragam mulai dari Australia, United Arab Emirates, USA, Scotland, Sweden, Denmark, Finland sampai India. Beberapa workshop head juga menyebutkan bahwa mereka sudah pernah terlibat di acara ini sebagai pelajar, dan ingin kembali untuk berkontribusi membagi ilmu untuk para peserta-peserta baru.
Sehari sebelum acara, saya dan 3 teman saya dari KTH berangkat dari Stockholm dengan menggunakan kereta api. Kami naik kereta high speed train yang berangkat pada pukul 06.10, dengan alasan harga termurah. Kami sangat menikmati perjalanan karena disuguhi pemandangan yang indah di kanan kiri. Saking nikmatnya perjalanan, ketika sampai di Alingsås, kami tidak sadar bahwa high speed train hanya berhenti kurang dari 2 menit, sehingga ketika sampai di pintu kereta, kereta sudah terlanjur bergerak kembali dan kami terbawa ke Gothenburg. Karena pasrah, kami memutuskan untuk mengorganisir trip spontan di Gothenburg selama sekitar 5 jam dan memesan tiket kereta sore ke Alingsås dari Gothenburg Station.
Workshop dimulai dengan pembukaan dari Alingsås Energi. Disebutkan bahwa peserta tahun ini berjumlah sekitar 50 orang dari 27 negara yang berbeda. Kemudian, CEO Alingsås menjelaskan mengenai sejarah dan tujuan dari Lights in Alingsås. Tujuan dari acara ini adalah untuk menjadi contoh yang baik untuk penerapan desain lighting pada ruang publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, acara ini memiliki empat misi, diantaranya edukasi, eksibisi, event, dan experience. Misi edukasi dilakukan dengan mengadakan workshop yang melibatkan professional lighting designers sebagai workshop head, pelajar dan profesional sebagai peserta, supplier sebagai sponsor yang menyediakan produk lampu terbaru dan peralatan, serta electrical students di Alingsås untuk membantu para peserta membangun instalasi. Misi eksibisi, acara ini mengundang para perancang kota, arsitek, developer, serta kontraktor—untuk meningkatkan awareness para profesional di berbagai bidang tersebut terhadap dunia lighting design. Selain itu, acara ini juga terbuka untuk dinikmati oleh publik, sehingga meningkatkan potensi tourism kota Alingsås. Menurut saya, dengan adanya kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak, acara ini menjadi sangat bermakna—bukan hanya sebatas pameran light art installation. Konsep event yang sangat menarik dan tentunya bermanfaat untuk diadakan di Indonesia untuk menarik para tourist.
Acara dilanjutkan dengan presentasi para workshop head yang berisi perkenalan, serta tema dan lokasi masing-masing, Tema utama tahun ini adalah “Be The Light”, dengan tagline “It’s better to light a small candle than to curse the darkness”. Maknanya adalah bahwa dalam menghadapi segala krisis yang terjadi di dunia pada saat ini, lebih baik untuk berusaha melakukan kontribusi kecil dibandingkan mengeluhkan keadaan. Setelah selesai presentasi konsep, uniknya para peserta diberi kuisioner untuk memilih workshop head pilihan mereka dan kemudian akan dibagi menjadi kelompok-kelompok. Ketika pengumuman pembagian kelompok, saya sangat senang karena mendapat workshop head pilihan pertama saya, yaitu Cecilia Cronelid dan Johanna Enger. Mereka berdua adalah lighting designer alumni KTH yang memiliki lighting design & research consultant berbasis di Stockholm. Mereka berdua juga bekerja sebagai dosen di Konstfack University of Art Craft and Design School. Konsep mereka saya anggap paling menarik, karena terinspirasi dari sebuah riset yang berasumsi bahwa syaraf di dalam tubuh manusia dapat memancarkan cahaya.
Hari hari berikutnya dipenuhi dengan proses yang sangat menyenangkan, dimulai dari brainstorming konsep bersama tim saya dan para workshop head, melakukan eksperimen dengan berbagai material dan berbagai jenis light sources, serta mulai membangun instalasi di lokasi. Diantara proses pembuatan instalasi, tiap kelompok diwajibkan untuk melakukan presentasi untuk menjelaskan konsep dan rancangan instalasi. Saya terpilih untuk mewakili tim bersama dua orang lainnya untuk melakukan presentasi konsep serta presentasi final ke klien, yaitu pihak Alingsås Energi serta pemerintah kota.
Pada tanggal 28 September 2019, eksibisi dibuka untuk umum. Para pengunjung mengikuti tour yang dipimpin oleh para local guide senior yang sudah puluhan tahun terlibat dalam acara ini. Menurut saya, hal terindah pada acara ini adalah melihat respons para pengunjung yang sangat excited dalam berinteraksi dengan hasil karya kami. Hal ini sangat menginspirasi saya untuk terus berkarya dalam bidang yang sangat saya minati ini. Disamping itu, acara ini juga sangat bermanfaat untuk membangun koneksi dengan sesama pelajar maupun professional. Untuk para pembaca yang tertarik, eksibisi Lights in Alingsås masih dibuka sampai tanggal 3 November 2019! Infonya dapat ditelusuri lebih lanjut pada laman berikut ini: https://www.lightsinalingsas.se/en/plan-your-visit/
Sekian!
Dane Amilawangi
Master Student in Architectural Lighting Design, KTH
Stockholm
Editor: Ria Ratna Sari