IKEA merupakan salah satu hasil karya Swedia yang menjadi daya tarik bagi para pendatang. Walaupun gerainya sudah banyak tersebar di berbagai negara, IKEA tetap menjadi salah satu tujuan pertama kebanyakan mahasiswa di Swedia. Alasannya pun bervariasi, mulai dari untuk mencicipi Swedish meatballnya yang terkenal, membeli perabotan rumah, atau hanya untuk sekedar merasakan “Apasih bedanya IKEA di Indonesia dan di negara asalnya?”. Bagi saya, IKEA merupakan salah satu alasan terbesar kenapa saya memilih untuk melanjutkan pendidikan S2 di negara inovatif ini.
Program yang saya ambil di Swedia ini bernamakan Innovation through Business, Engineering, and Design, atau yang dengan mudah biasa disebut Innovation Program di Linnaeus University, Växjö campus. Kota Växjö sendiri ini terletak tidak jauh dari kota kecil bernama Älmhult yang merupakan kota lahirnya IKEA. Kota Älmhult ini dikenal sebagai kota IKEA. Kenapa? Karena di kota Älmhult terdapat IKEA pertama di dunia, IKEA Museum, IKEA Hotel, sampai kantor IKEA of Sweden. Bahkan banyak yang bilang sebagian besar dari 17.000 penduduk kota ini adalah pegawai IKEA. Karena letaknya yang berdekatan ini, Linnaeus University memiliki hubungan yang erat dengan IKEA dan telah berkolaborasi sejak tahun 2009. Salah satu bentuk kolaborasinya adalah dengan didirikannya program Innovation ini pada tahun 2014 silam.
Apasih yang ada di balik layar IKEA?
Di semester pertama program ini, kami beruntung sekali karena berkesempatan untuk bekerja sama dengan IKEA untuk mengembangkan produk-produk yang dapat menjadi solusi masalah global. Salah satu hal yang menarik dari proyek yang pernah kami kerjakan adalah mempelajari tentang proses kerja IKEA dari awal hingga akhir. Kami bisa melihat design process yang dilakukan oleh para ahli di IKEA sampai akhirnya ide-ide tersebut pun terpampang di gerai IKEA atau bahkan di rumah kalian.
Di bulan pertama, kami berkunjung ke kantor IKEA di Almhult setiap minggunya. Di sini kami belajar banyak tentang berbagai sudut pandang IKEA yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, seperti pengembangan produk “Home Smart” yang sekarang ini sedang marak. Walaupun sudah menjadi perusahaan besar, IKEA tetap berusaha untuk terus berkembang bersamaan dengan berkembangnya teknologi dan cara pikir orang-orang di berbagai belahan dunia. Tidak hanya itu, kami juga diberi kesempatan untuk mengunjungi IKEA Museum dan mencicipi berbagai makanan yang ada. Ternyata ragam makanan di IKEA tidak sebatas Swedish Meatballs saja, tapi juga ada yang terbuat dari ayam, salmon, bahkan vegetarian juga!
Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Selain kerjasamanya yang erat dengan IKEA dan berbagai perusahaan lokal lainnya, yang membuat program yang saya tempuh ini menarik adalah mahasiswa yang terdaftar di program ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Disamping asal negara, pendidikan yang ditempuh saat sarjana juga beragam. Program ini merupakan kolaborasi dari departemen Business and Economy, Engineering, dan Art and Humanities. Maka dari itu, mahasiswa yang terdaftar pun memiliki gelar sarjana dari berbagai program bisnis, teknik, dan seni. Saya sendiri memiliki gelar sarjana Arsitektur.
Melalui program ini, saya belajar banyak sekali mengenai dunia kerja. Mulai dari bekerjasama dengan orang-orang dari berbagai bidang, berkomunikasi dengan client, dan bahkan saya juga berkesempatan untuk belajar lebih banyak tentang berbagai metodologi dalam bidang bisnis dan teknik. Terlebih lagi, walaupun terbilang baru, koordinator program dari program Innovation ini juga telah mendapatkan penghargaan di Shanghai sebagai Innovation Leaders of the Year.
Tentunya banyak alasan mengapa Swedia merupakan pilihan terbaik untuk melanjutkan pendidikan. Sebagian besar penduduk berbicara bahasa Inggris dengan fasih, negaranya yang hijau dan terfokus akan sustainability, transportasi yang terstruktur, namun diatas semuanya, Swedia adalah negara dengan berbagai inovasi yang diimplementasikan tidak hanya dari bentuk produk, tetapi juga berbagai servis, teknologi, dan tentunya pendidikan. Melalui program yang saya tempuh di sini, tidak hanya belajar, tapi saya juga merasakan pengalaman bekerja yang belum tentu bisa saya temukan di tempat lain.
Shilla Fathi Anjadini
Master Program: Innovation through Business, Engineering, and Design
Linnaeus University
Editor: Ria Ratna Sari