“Setetes Darah Anda, Nyawa Bagi Sesama”
Moto dari Palang Merah Indonesia (PMI) di atas mungkin bukan hal asing lagi di telinga kita, apalagi yang sudah terbiasa donor darah. Ya, moto dengan tujuan mengedukasi masyarakat umum atas pentingnya ketersediaan stok darah untuk transfusi, memang selalu ditampilkan di banyak event donor darah di Indonesia. Dengan alasan mudah dijangkau dan hemat waktu, sejak beberapa tahun terakhir saya pun jadi rutin donor darah kalau ada event di sekitar kantor. Kebiasaan dari kecil yang selalu diajak ke PMI oleh orang tua, secara tidak sadar juga mempengaruhi kebiasaan untuk ikut berdonor.
Lalu setelah pindah ke Swedia untuk studi S2 selama 2 tahun, mulai penasaran bisa gak sih kita melanjutkan kebiasaan donor darah di sini? Jawaban singkatnya adalah bisa, tapi dengan banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Informasi paling up-to-date mengenai donor darah di Swedia bisa diakses melalui organisasi penyelenggara donor darah di Swedia yang bernama GeBlod di alamat website https://geblod.nu/
Pendonor di Swedia diwajibkan untuk bisa berbahasa Swedia untuk menghindari kesalahpahaman saat memberikan informasi kesehatan kita di formulir yang disediakan. Namun sejak setahun terakhir, GeBlod telah melatih beberapa perawat untuk dapat melayani English speakers untuk bisa donor darah. Sayangnya, pelayanan donor darah dengan bahasa Inggris baru ada di Stockholm di tiga cabang saja: Blodcentralen Odenplan, Norrtullsgatan 6; Blodcentralen Hötorget, Sveavägen 20; dan Blodcentralen Skanstull, Ringvägen 100.
Gambar 1. Formulir pernyataan kesehatan
Syarat umum yang harus dipenuhi calon pendonor di Swedia adalah:
- Berusia antara 18 – 60 tahun
- Berat badan minimum 50 kg
- Sedang tidak dalam keadaan sakit atau sedang mengkonsumsi obat-obatan
- Memiliki kartu identitas (ID kort dan lainnya) yang mencantumkan personnumer
- Hb minimal 125 g/L untuk wanita dan minimal 135 g/L untuk pria
Diluar dari syarat umum tersebut, ada beberapa syarat riwayat diri yang sebenarnya sedikit menyusahkan untuk kita yang berasal dari negara tropis, apalagi Indonesia yang merupakan salah satu negara yang terinfeksi malaria. Mereka akan melakukan tes darah sebelum setiap donor darah, namun tes tersebut tidak dapat mendeteksi parasit yang bisa ditularkan melalui darah, misalnya malaria. Dengan alasan tersebut, kita tidak dapat melakukan donor darah selama tiga tahun sejak tinggal di daerah yang rawan dengan malaria. Sayangnya, di Indonesia yang dianggap bebas malaria hanya di Jakarta, Jawa, dan Bali. Selain itu, riwayat perjalanan kita juga ikut diperhatikan. Untuk bisa donor darah, minimal enam bulan tidak bepergian ke daerah yang rawan dengan malaria. Negara-negara di garis khatulistiwa menjadi perhatian utama dalam riwayat perjalanan ini.
Dari diskusi dengan suster yang bertugas, mereka sangat concern terhadap darah yang didonasikan dan berharap memiliki stok darah untuk melindungi pasien penerima darah. Banyak tes darah yang dilakukan sebelum bisa melakukan donor. Untuk pendonor baru, cek laboratorium meliputi tes blood group, blood count, ferritin, hepatitis B, HTLV I/II, dan trypanosoma cruzi. Untuk setiap kali donasi, sampel darah kita juga dites untuk blood group, Hb, dan penyakit yang menular melalui darah seperti hepatitis B dan C, HIV, dan syphilis.
Ada dua kali tes yang dilakukan untuk bisa donor darah disini. Untuk pendaftaran pertama, darah kita diambil bukan untuk didonasikan ke pasien, tapi hanya untuk dilakukan tes di laboratorium. Kita juga diminta untuk menyampaikan kondisi kesehatan di formulir pernyataan kesehatan, dengan banyak sekali pertanyaan saat pendaftaran pertama. Suster yang bertugas lalu akan melakukan interview dan pengecekan menyeluruh; waktu itu aku sampai menghabiskan waktu satu jam. Jika dari interview dan sampel darah tersebut kita termasuk yang aman untuk mendonorkan darah, kita akan diundang untuk donor dalam waktu 3-4 minggu.
Setelah menerima undangan melalui email atau SMS (sesuai dengan preferensi kita yang disampaikan di formulir pendaftaran), kita dapat langsung menuju Blodcentralen yang tertera, namun kita juga dapat menunda beberapa minggu jika kondisi tubuh kurang sehat. Pendonor diharapkan dalam keadaan sehat dan sudah sarapan untuk mendapatkan kualitas darah yang terbaik. Khusus untuk English speakers, layanan hanya dibuka pada hari Rabu atau Kamis di jadwal yang sama dengan suster yang terlatih menangani English speakers. Mereka mengharapkan kita dapat menghubungi Blodcentralen pada pagi hari di hari yang sama untuk memastikan jadwal. Kita akan diminta untuk mengisi formulir kesehatan lagi, tapi dengan jumlah pertanyaan yang jauh lebih sedikit dari pendaftaran pertama. Setelah interview singkat dan Hb kita mencukupi, kita akan langsung diminta untuk ke tempat pengambilan darah. Darah pertama dimasukkan ke dalam kantong yang lebih kecil untuk keperluan analisa laboratorium dan yang kedua sebanyak 4,5 dl digunakan untuk transfusi ke pasien yang membutuhkan. Disini, suster menjelaskan darah yang diambil akan dibiarkan mengalir tanpa dipompa. Suster yang menangani sangat baik dan profesional. Dia menjelaskan semua langkah dan menjawab semua pertanyaan yang aku sampaikan, bahkan menawarkan dan mengambilkan jus lemon untuk diminum saat pengambilan darah.
Gambar 2. Pengambilan darah
Setelah pengambilan darah selesai, suster memberikan suplemen zat besi sebagai pengganti zat besi yang hilang dalam darah dan meminta kita untuk beristirahat sejenak sambil makan dan fika (istilah coffee break di Swedia). Kita bisa mengambil makanan sendiri. Ada beberapa jenis makanan, minuman, dan buah-buahan yang disediakan, tapi semua bahan makanannya dijelaskan dalam bahasa swedia. Suster juga menyarankan kita untuk memilih sebuah souvenir berupa boneka kecil atau beberapa jenis mug yang disediakan di etalase. Kita dipersilakan untuk pulang saat kondisi tubuh sudah membaik. Menariknya, kita akan menerima informasi jika darah kita telah digunakan oleh pasien. Dari pengalaman saya sekitar 2 -3 minggu. Untuk donor berikutnya, GeBlod akan mengirimkan email undangan lagi seperti sebelumnya, dalam waktu 3 bulan setelah donor darah terakhir.
Gambar 3. Informasi darah telah diterima pasien
Jadi, untuk memberikan konklusi mengenai apakah bisa donor darah di Swedia, saya coba memberikan beberapa kasus:
- Ivan dari lahir dan tinggal di Jakarta sebelum ke Swedia untuk kuliah S2 di Stockholm. Riwayat perjalanannya dalam enam bulan terakhir adalah negara-negara subtropis dan negara di sekitar Swedia. Ivan sempat beberapa kali mengunjungi luar pulau Jawa dan Bali namun sudah cukup lama. Ivan dapat langsung mendonorkan darahnya di Stockholm tanpa harus menguasai bahasa Swedia lebih dulu.
- Stanley tinggal di Sulawesi sebelum berangkat ke Swedia untuk kuliah S2 selama dua tahun di Uppsala. Dalam kasus ini Stanley tidak dapat mendonorkan darahnya sama sekali selama studi S2 karena harus menunggu tiga tahun untuk dinyatakan bersih dari potensi menularkan malaria karena Stanley menetap di luar Jakarta, Jawa, atau Bali.
- Ratna tinggal di Bandung dan beberapa kali harus melakukan perjalanan bisnis di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand sebelum berangkat ke Swedia untuk studi S2 di Malmo. Suster akan memastikan apakah lokasi tujuan perjalanan tersebut merupakan daerah potensi malaria, karena di Malaysia dan Thailand terdapat lokasi-lokasi yang dianggap merah, namun juga ada yang dianggap aman. Namun untuk Singapura, semua daerah dianggap aman. Jika daerah tujuan dianggap aman, Ratna harus terlebih dahulu bisa berbahasa Swedia untuk bisa donor darah di Malmo. Karena pelayanan untuk English speakers sampai saat ini masih terbatas di wilayah Stockholm, dan akan menjadi kurang praktis jika Ratna harus bepergian ke Stockholm setiap mau donor darah.
Semua kasus tersebut juga tetap harus memenuhi persyaratan lainnya. Dan pendaftaran untuk jadi pendonor paling cepat adalah enam bulan setelah keberangkatan dari Indonesia (dengan catatan telah mendapatkan ID kort dalam enam bulan tersebut) karena meskipun tinggal di tempat “aman” dari potensi menularkan malaria, Indonesia tetap masuk kategori negara tropis yang menjadi perhatian untuk GeBlod.
Artika Farmita
Badai Kesuma
ICT Innovation track Data Science
KTH Royal Institute of Technology
Editor: Annusyirvan Ahmad Fatoni