Musim hangat di Swedia memang selalu dinanti-nanti setelah musim dingin nan gelap yang panjang. Lebih banyak aktivitas luar ruangan yang bisa dilakukan saat musim hangat dibandingkan saat musim dingin. Karena itu, lebih banyak orang dan juga keluarga yang memanfaatkan musim hangat untuk menghabiskan waktu bersama sekaligus menyerap asupan vitamin D dari matahari yang jarang muncul saat musim dingin. Swedia adalah salah satu negara dengan hutan terbanyak, area daratan Swedia memiliki sekitar 70% hutan. Ditambah di negara ini juga terdapat konsep Allemansräten, yaitu kebebasan untuk menjelajah di alam bebas tetapi dengan rasa tanggung jawab. Di Swedia, hutan dan daerah hijau sangat mudah ditemukan, paling dekat bisa ditemukan dengan berjalan 5 menit dari rumah. Oleh sebab itu, aktivitas yang biasanya dilakukan menjelajah hutan, bisa dengan cara memetik buah beri ataupun jamur. Piknik di area bukit juga bisa menjadi pilihan.
Melakukan aktivitas-aktivitas di atas memang sangat menyenangkan, tapi dibalik itu, kita juga perlu berhati-hati karena ada beberapa penyakit yang muncul di musim hangat. Salah satu yang paling umum di Swedia adalah penyakit yang ditularkan melalui kutu atau tick-borne diseases (TBD). Ada banyak penyakit yang bisa tertransmisi lewat kutu. Menurut European Centre for Disease Prevention Control atau ECDC, ada delapan penyakit yang penyebarannya melalui kutu. Dua penyakit yang paling sering menyerang adalah disebabkan oleh virus tick borne encephalitis dan Lyme disease yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi. Di blog ini, saya akan membahas kedua penyakit tersebut.
Apa itu TBE?
TBE merupakan singkatan dari tick-borne encephalitis. Virus ini menyebar melalui kutu spesies Ixodes ricinus. Virus paling sering muncul pada musim penghangat di Swedia yang dimulai dari bulan April sampai November ini, menyerang sistem saraf manusia. Virus ini paling sering muncul pada saat musim penghangat di Swedia dimulai dari bulan April sampai November. Virus ini menyerang sistem saraf manusia. Efek dari virus ini pada sistem saraf manusia bervariasi dari yang ringan sampai mematikan, kebanyakan efek dari virus ini bisa bertahan lama.
Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 7 hari atau hingga 28 hari tergantung pada setiap kasus. Selain melalui kutu, virus TBE juga bisa menyebar melalui makanan yang tidak higienis. Jika terinfeksi melalui makanan, masa inkubasi virus ini menjadi lebih pendek yaitu sekitar 4 hari. Gejala penyakit saraf yang disebabkan oleh TBE bisa bermacam-macam. Biasanya, orang yang terinfeksi memiliki gejala-gejala yang akan dijelaskan lebih lanjut pada penjelasan berikut ini. Ada dua fase dalam penyakit ini. Fase pertama biasanya ditandai dengan demam, sakit kepala, kelelahan, hingga mual. Karena gejala di fase pertama mirip dengan penyakit pada umumnya, maka virus TBE tidak bisa didiagnosis pada fase ini. Fase ini biasanya memakan waktu 2 sampai 10 hari. Selanjutnya, sebelum masuk ke fase kedua, gejala-gejala ini biasanya akan hilang dan seseorang akan merasa seakan sehat kembali. Masa ini biasanya terjadi dari 1 hingga sebulan sebelum fase kedua dimulai. Di fase kedua, sistem saraf utama mulai diserang. Penyakit-penyakit yang biasa muncul pada fase ini adalah meningitis, meningoencephalitis, myelitis, hingga kelumpuhan.
Menurut data ECDC, dari 20-30% pasien yang mengalami gejala fase kedua, 10% dari mereka masih mengalami gejala parah yang menyerang sistem saraf dalam jangka waktu yang cukup lama. Gejala fase kedua berbeda-beda tergantung umur pasien. Untuk anak kecil, biasanya penyakit yang akan muncul adalah meningitis. Untuk pasien usia di atas 50 tahun, penyakit yang muncul biasanya adalah meningoencephalitis. Untuk pasien usia di atas 60 tahun, ada resiko kerusakan sistem saraf dalam jangka waktu yang sangat lama.
Bagaimana proses transmisi virus TBE ke manusia dan bagaimana cara mendeteksinya?
Virus TBE ini sebenarnya berasal dari mamalia yaitu hewan pengerat. Kutu hanya berperan sebagai penyalur. Virus ini bisa berkembang di hewan mamalia lainnya seperti babi, domba, kelelawar, hingga anjing. Manusia dalam kasus ini adalah inang terakhir virus ini. Oleh sebab itu, virus TBE tidak menular ke sesama manusia. Selain melalui kutu dan makanan yang tidak higienis, manusia juga bisa tertular virus ini jika meminum susu yang tidak dipasteurisasikan terlebih dahulu. Namun, penularan melalui kutu adalah yang paling sering.
Kutu yang terinfeksi bisa ditemukan dimana saja? Kutu suka hidup dan berkembang di wilayah yang hangat dan lembab, mereka bisa menularkan virus terutama saat mereka ada pada masa menjadi nimfa dan dewasa. Maka itu, virus ini bisa menginfeksi orang-orang yang sedang beraktivitas, contohnya, memetik beri dan jamur, memancing, berkemah, dan kegiatan lainnya di luar ruangan dengan kondisi sesuai dengan deskripsi di atas. TBE bisa didiagnosis menggunakan ELISA yang mendeteksi antibodi IgM yang didapat dari cairan tulang sumsum. Antibodi IgM bisa dideteksi 0-6 hari setelah infeksi.
Apa itu Borreliosis?
Satu lagi penyakit yang paling sering terjadi di golongan TBD adalah Lyme borreliosis yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi. Dari 15 spesies di bakteri ini, lima diantaranya bisa menginfeksi manusia. Sama seperti TBE, bakteri Borrelia burgdorferi juga menginfeksi manusia melalui kutu dengan spesies Ixodes ricinus. Gejala infeksi bakteri ini hampir sama dengan infeksi virus TBE diiringi dengan sejumlah ruam yang muncul di tubuh. Ruam bisa muncul di bagian dekat lutut, pundak, dan bagian lainnya.
Sama seperti infeksi TBE, infeksi Borreliosis juga memiliki 2 fase. Setelah terinfeksi, gejala yang muncul biasanya adalah sakit kepala luar biasa yang berkepanjangan dan ruam tanpa gatal. Setelah bakteri terus berkembang biak, infeksi mulai menyerang sistem saraf utama. Gejala yang muncul biasanya bervariasi mulai dari kelumpuhan pada wajah atau bagian tubuh lainnya, meningitis limfoma, dan pembengkakan pada sistem saraf. Gejala-gejala ini biasanya muncul sekitar 6-12 minggu setelah infeksi, biasanya sakit kepala juga masih berlanjut.
Diagnosis infeksi Borrelia burgdorferi
Cara mendeteksi bakteri Borrelia burgdorferi sedikit berbeda dengan cara mendeteksi virus TBE. Tes laboratorium menggunakan cairan sumsum tulang otak sangat dibutuhkan untuk mendeteksi dan menentukan tahap infeksi. Sama seperti virus TBE, antibodi tubuh kita juga bereaksi kepada bakteri Borrelia burgdorferi dan bisa dideteksi dari 4 sampai 8 minggu setelah terinfeksi. Jika infeksi diduga sudah menyerang sistem saraf, akan dibutuhkan tes DNA Borrelia untuk menentukan perawatan lanjutan.
Pencegahan infeksi penyakit TBD
Untuk pencegahan infeksi virus TBE, sudah ada vaksin yang bisa digunakan. Sejauh ini, vaksinasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah TBE. Di Swedia, masyarakat bisa mengontak atau mengunjungi vårdcentral (puskesmas) terdekat di kota masing-masing. Biaya yang ditawarkan juga bermacam-macam, biasanya vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam jangka waktu yang berbeda. Salah satu info vaksinasi TBE bisa dicek di website ini:
Jika terkena infeksi virus TBE, perawatan yang diberikan berbeda-beda tergantung dengan gejala yang muncul. Misalnya, jika yang muncul adalah meningitis, penanganan akan diberikan sesuai dengan penyakit tersebut.
Sayangnya, untuk infeksi Borrelia burgdorferi, belum ada vaksin resmi yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi. Maka dari itu, jika belum divaksin, baik untuk infeksi TBE dan Borrelia burgdorferi, usahakan untuk selalu memakai pakaian yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh saat berkegiatan di luar ruangan di musim penghangat. Jangan lupa untuk selalu cek gigitan kutu, termasuk di kepala, setelah setiap kegiatan di luar ruangan. Perhatikan juga kebersihan makanan kalian di musim tersebut. Jika ada kutu yang menempel pada tubuh, jangan panik dan coba menghilangkannya menggunakan pinset dan juga desinfektan. Informasi lebih lanjut untuk menghilangkan kutu bisa dilihat disini: https://www.cdc.gov/ticks/removing_a_tick.html.
Pasien yang terinfeksi bakteri Borrelia burgdorferi dianjurkan mengonsumsi antibiotik, biasanya amoxicillin untuk melawan infeksi. Besar dosis yang diberikan juga berbeda-beda sesuai kebutuhan dan tingkat infeksi. Namun, seperti yang dijelaskan di atas, sel-sel yang rusak karena infeksi kemungkinan akan memakan waktu lama untuk sembuh jadi rasa sakit akan bertahan dalam waktu yang lama.
Musim penghangat memang menjadi yang ditunggu-tunggu setelah kurang lebih 5 bulan menghadapi suhu dingin di Swedia. Namun, jangan lupa untuk memperhatikan penyakit yang berpotensi muncul di musim tersebut. Lakukanlah pencegahan sebelum terpapar penyakit dan jangan sungkan untuk bertukar informasi tentang penyakit maupun pencegahannya. Bagi yang sedang tinggal di Swedia, jangan lupa juga untuk selalu mengecek informasi dan rekomendasi terbaru di kommun (kecamatan) masing-masing.
Devi Anasava
Bachelor’s programme in Molecular Biodesign at the University of Skövde
Edited by : Ayu Puspawati