Oleh Satu Cahaya Langit.
Salah satu hal yang dibanggakan orang Swedia terhadap negaranya adalah alamnya. Meski sebenarnya jika dibandingkan dengan Indonesia alam di sini masih kalah jauh, tapi kecintaan mereka terhadap alamnya ditunjukkan dengan lebih baik. Dari hal kecil seperti rutin mendatangi dan berjalan di hutan dan pantai, hingga masalah hukum; perlindungan alam serta perawatannya. Saya sendiri menjadi lebih suka alam sejak tinggal di Swedia. Saya memutuskan untuk lebih banyak lagi menulis dan mempromosikan alam Swedia. Destinasi alam pertama kita: Taman Nasional Skuleskogen.
Taman Nasional Skuleskogen
Skuleskogen terletak di bagian antara Swedia tengah dan utara. Kota besar yang terdekat dengannya adalah Umeå, yang berada 143km di utara Skuleskogen. Sisi timur taman nasional langsung bersentuhan dengan laut Baltic. Skuleskogen berada di dataran tinggi pesisir, atau high coast, atau dalam bahasa Swedianya: Högakusten.
Skuleskogen diresmikan pada tahun 1984. Karena berada di ketinggian, kita bisa melihat pulau-pulau lain ketika menyusuri jalur pejalan kakinya. Walaupun tingginya hanya sekitar 200 meter, tapi jalurnya mulai dari permukaan laut, jadi tantangannya tetap ada juga, bagi yang suka jalan menanjak.
Di dalam taman nasional terdapat danau, pantai, bukit dan juga wetland yang menjadi daya tarik utama. Yang paling terkenal mungkin Slåttdalsberget yaitu celah antara dua tebing tinggi di tengah taman nasional. Tapi itu yang terlihat. Ada satu hal unik lagi dari Skuleskogen yang hampir tidak kasat mata yaitu fakta sains bahwa permukaan tanah di Skuleskogen naik hampir satu senti setiap tahunnya, menjadikannya dataran yang paling cepat kenaikan permukaannya di bumi.
Jalur pejalan di dalam taman nasional tidak terlalu banyak dan tidak juga jauh. Hanya sekitar 7-10 kilometer dari pintu utara ke pintu barat.
Cara ke sana
Cara termudah ke Skuleskogen adalah dengan bus karena tidak ada stasiun kereta yang dekat dengannya. Dari Stockholm ambil bus menuju Umeå dan turun di Docksta (jika ingin masuk lewat pintu barat) atau Bjästa (jika ingin masuk dari pintu utara). Perjalanan bus dari Stockholm memakan sekitar 7 jam. Jika tersedia, menurut saya bagus sekali jika ambil bus malam. Sehingga sampai di tempat sekitar jam 5 pagi dan bisa langsung jalan tanpa harus menginap dahulu. Jika bagi kamu itu terlalu lama, bisa juga ambil pesawat menuju Umeå kemudian disambung bus.
Tentu saja bisa juga menyewa kendaraan dari kotamu dan melakukan road trip ke Skuleskogen. Di taman nasional ini (dan hampir semua taman nasional) memang ada tempat parkir kendaraan.
Waktu terbaik berkunjung ke Skuleskogen
Musim panas tentu saja jadi pilihan terbaik untuk datang ke setiap tempat di Swedia. Tapi di luar itu, musim semi dan musim gugur juga bisa menjadi pilihan baik karena warna dedaunan yang berbeda dari biasanya. Yang harus dicatat adalah walaupun musim panas, karena posisinya yang tinggi, Skuleskogen bisa berubah jadi dingin di malam hari. Jadi pastikan untuk membawa kantung tidur (sleeping bag) yang benar agar tidak kedinginan.
Perjalanan saya di Skuleskogen
Akhir Juli 2016 saya pergi kesana bersama dua teman dari China. Kami melakukan perjalanan 3 hari 2 malam. Berangkat dari Stockholm malam hari dan sampai di Bjästa dini hari berikutnya. Mulai berjalan masuk ke taman nasional setelah sarapan pagi. Bukan sarapan di warung atau restoran, tapi duduk di tepi danau dan menyantap bekal. Nikmatnya tidak kalah dengan makan di warung.
Rute yang kami ambil adalah utara ke barat. Setelah masuk melalui pintu utara, kami duduk lagi ketika melihat pantai dan sebuah meja kayu. Salah satu hal di Swedia yang saya nikmati: tersedianya banyak tempat duduk di alam. Mungkin kamu bisa bilang, “Di hutan kan kita bisa duduk di mana saja”, tapi jika kita berpikir lebih jauh, tidak hanya anak muda yang datang ke taman nasional seperti ini, ada juga orang tua. Mereka akan memerlukan tempat duduk seperti itu. Ditambah lagi, adanya meja akan memudahkan kita untuk meletakkan makanan bersama.
Jalanan mulai naik dengan curam dan kami berjalan dengan hati-hati. Kami beruntung karena cuaca sedang cerah saat itu. Setelah berjalan beberapa jam, kami tiba di sebuah kabin di tepi danau. Skuleskogen memiliki banyak kabin yang bisa ditinggal secara cuma-cuma untuk pengunjungnya. Kabin-kabin tersebut umumnya berukuran 40 meter persegi atau lebih dan memiliki 4-6 tempat tidur bersusun. Ada juga tungku perapian dan alat-alat memasak dasar. Saya rasa kabin ini dibuat untuk para pengunjung yang datang di musim yang lebih dingin. Tidak semua taman nasional di Swedia memiliki kabin yang bisa ditinggali.
Karena sedang musim panas, banyak pengunjung yang menginap di danau tersebut tapi menggunakan tenda masing-masing. Karena kami hanya membawa kantung tidur, kami memutuskan tidur di kabin. Beruntung karena belum ada yang memakai kabin itu untuk malam tersebut. Kami memasak mi instan dan istirahat sambil makan sejenak sebelum meletakkan barang kami dan jalan-jalan di sekitar danau.
Esok harinya kami kembali berjalan menuju pintu keluar barat dengan melewati celah tebing yang terkenal sembari mengambil beberapa foto. Di perjalanan kami banyak berpapasan dengan wisatawan lain, mulai dari orang tua hingga anak-anak. Anak-anak di Swedia memang dibiasakan untuk datang ke alam sejak kecil.
Perjalanan berakhir ketika kami sampai di Docksta, yang merupakan kota tempat kami akan naik bus. Petualangannya singkat tapi memberi kesan yang spesial bagi saya. Kelak saya ingin mendatangi taman nasional lain di Swedia, di Eropa dan juga di Indonesia, ketika sudah kembali nanti.