Oleh Satu Cahaya Langit
Selamat hari wanita sedunia! Judul aslinya Internasional Women’s Day. Gue seneng banget kalo ngomongin cewek apalagi di Swedia ini, haduh cewek Swedia cakep semua! Dan bukan cuma modal cakep aja, tapi cewek Swedia itu juga kuat fisik dan semangatnya, serta pinter otaknya. Swedia memang salah satu negara yang tingkat persamaan gender-nya tinggi. Gue mewawancarai dua cewek Indonesia alumni kampus Swedia yang sekarang lanjut bekerja di Stockholm; Kiki dan Alicia. Yuk kita simak apa tanggapan mereka soal hari penting ini.
Makna hari wanita sedunia
Bagi Alicia Nevriana, atau Alicia, makna hari wanita sedunia adalah sebagai penanda sudah sejauh apa perempuan mendapatkan haknya, sudah sejauh mana perempuan bisa berkontribusi di masyarakat. Alicia mengambil contoh dari aspek pendidikan. Teorinya, perempuan bisa sekolah sampai jenjang mana pun. Tapi di penerapannya kita masih temui banyak kendala.
Sedangkan bagi Kiki yang tahun lalu lulus pendidikan magister jurusan wireless system di KTH Stockholm, makna hari wanita sedunia adalah hari di mana dunia mengapresisasi dan berterima kasih kepada semua wanita yang berjuang untuk haknya.
Pentingnya persamaan hak pria dan wanita
Baik Kiki maupun Alicia sependapat bahwa persamaan hak sangat penting. Kiki menambahkan, walaupun secara kodrat pria dan wanita memang berbeda, tapi ada banyak hal di mana hak yang dimiliki kedua pihak haruslah setara seperti hak memilih pemimpin, belajar, kenaikan jabatan, gaji, dan masih banyak lagi.
Usaha dan aksi kecil yang bisa dilakukan wanita secara individual
Bagi gue pribadi, kadang berjuang sendirian itu bikin kita nggak tahu harus mulai dari mana. Kadang juga merasa apa yang akan kita lakukan nggak akan bikin perubahan sama sekali. Kiki menjawab pertanyaan gue dengan tegas, bahwa wanita itu tidak boleh pasif dan harus aktif mencari tahu hak dan kewajibannya. Jika sudah tahu, baru langkah bisa diambil untuk memperjuangkannya.
Kalau menurut Alicia, wanita harus saling mendukung dan tidak bisa berdiri sendiri dalam perjuangannya. Langkahnya bisa dimulai dari mengajak teman kemudian mengumpulkan suara. Alicia sadar mungkin tidak semua perjuangan akan disetujui oleh sesama kaum wanita. Ada juga yang akan menolaknya (misalnya isu kesetaraan gender), tapi tidak boleh juga saling nyinyir.
Harapan bagi kaum wanita di masa mendatang
Alicia rindu agar wanita di masa mendatang bisa bebas menjadi dirinya sendiri, tanpa stigmatisasi atau embel-embel ”tapi kamu kan perempuan”.
”I hope we don’t have to justify ourselves in doing what we want to do just because we’re women,” lulusan magister global health epidemiology di Karolinska Institute itu menambahkan.
Sedangkan Kiki berharap agar di masa mendatang tidak ada wanita yang diperlakukan tidak adil. Agar wanita bisa memilih bahagia dengan caranya masing-masing setelah tahu punya hak apa saja.
” Yang penting nggak dijajah pria. Hahaha,” ujarnya.
Yang bisa dipelajari dari Swedia mengenai wanita dan haknya
Menurut Kiki, Swedia bisa menjadi contoh dalam hal persamaan hak pria dan wanita. Tidak ada peraturan yang dia temui di negara ini yang merugikan satu pihak (pria ataupun wanita). Semua orang bebas berbuat apa saja tanpa memedulikan jenis kelamin mereka.
Alicia pun sependapat dengan Kiki. Ia menilai banyak yang bisa diambil contoh dari Swedia. Salah satunya hak untuk cuti hamil dan melahirkan yang cukup panjang dan bisa dibagi kepada suami. Dalam bidang kesehatan pun ada contoh seperti setiap wanita dewasa berhak mendapat vaksin gratis untuk kanker serviks (salah satu penyebab kematian utama pada wanita).
Ketika mendengar Alicia bicara mengenai vaksin serviks, gue inget masa ketika baru datang untuk kuliah dulu pada September 2015. Di mana gue dan istri gue Suci, terkagum-kagum karena mendapat undangan vaksin serviks gratis. Sebagai dokter umum di Indonesia, Suci tahu kalau vaksin serviks itu penting banget.
Tidak melupakan wanita di sudut yang jauh di sana
Sebagai penutup, gue akan menyimpulkan sedikit. Bahwa perjuangan hak wanita itu memang penting karena faktanya memang masih banyak wanita yang tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Di Swedia mungkin kondisinya sudah lebih baik sehingga membuat kita mulai melihat ke tempat-tempat di mana kondisinya masih kurang baik.
Karena kita semua bersaudara, kita semua bertanggung jawab.