Jika dibandingkan dengan biaya hidup di Indonesia, biaya hidup di luar negeri terbilang relatif lebih tinggi, terutama di Skandinavia yang dikenal sebagai negara-negara “mahal”, termasuk Swedia, bahkan diantara negara-negara lainnya di Eropa. Pertanyaannya, apakah mungkin hidup di Swedia dengan biaya terjangkau?
Per Desember 2018, pemerintah Swedia menetapkan besaran SEK 8190 untuk biaya hidup standar per bulan. Nominal ini pula yang menjadi acuan untuk besaran dana per bulan minimal yang wajib dimiliki pada saat mengajukan aplikasi visa Swedia. Apakah nominal tersebut cukup untuk hidup layak di Swedia? Meski jawabannya bersifat relatif, bagi penulis yang hidup di selatan Swedia (wilayah Scania) nominal tersebut dirasa lebih dari cukup. Rata-rata pengeluaran per bulan yang dibutuhkan penulis selama menempuh studi dan tinggal di Lund hanya sebesar 75% dari nominal tersebut. Caranya tidak sulit dan terbilang bisa konsisten dilakukan, yakni: berbelanja dengan cermat.
Biaya untuk makanan selalu menjadi pos terbesar dalam kategori biaya bulanan (setelah biaya sewa akomodasi). Sebagai mahasiswa yang sempat menjalani diet vegetarian (tidak mengkonsumsi produk hewani kecuali produk dairy, keju, dan telur), penulis terbiasa berbelanja dan masak sendiri untuk mengontrol pos ini. Hal ini juga demi kemudahan hidup karena makanan terjamin gizi dan kebersihannya. Maka, belanja bahan makanan dengan cermat merupakan kunci kesuksesan untuk menekan pos pengeluaran ini. Di Swedia, terdapat beberapa supermarket yang kelasnya pun berbeda-beda. Dari “kasta” tertinggi (contohnya Coop), “kasta” menengah (misalnya ICA), hingga “kasta” terendah (Lidl/Willys/Netto). Untuk berbelanja bahan makanan, penulis melakukannya setiap minggu (untuk produk segar seperti sayur, buah, dan susu) dan setiap bulan (untuk produk yang awet lebih lama seperti beras, pasta, dan makanan kaleng). Walau begitu, jadwal ini tidak bersifat kaku — karena bisa diganggu-gugat sesuai isi diskon katalog.
- Berikut merupakan kiat berbelanja bahan makanan ekonomis di Swedia:
1. Survey lapangan dan buat daftar acuan
Tidak ada yang menjamin bahwa supermarket dengan kasta termahal akan menawarkan harga yang serba lebih mahal dibanding supermarket dengan kasta di bawahnya. Pada akhirnya, harga terbaik akan berbeda sesuai jenis produknya. Contohnya harga eskrim a la Conelo merk ICA Basic lebih murah dibanding eskrim merk Lidl. Maka, survei langsung ke tiap supermarket dan membuat catatan mengenai di mana harga termurah untuk tiap produk amatlah penting untuk dilakukan.
2. Rajin memperbaharui diri dengan info katalog diskon mingguan supermarket
Setiap supermarket memiliki katalog diskon yang diperbaharui per minggu untuk mengetahui segala info terbaru terkait harga diskon dan/atau promo dari tiap supermarket. Terkadang harga diskon produk di supermarket termahal bisa jadi lebih murah dibanding harga normal produk serupa di supermarket kasta terendah. Tips dari penulis: rajin mengakses website masing-masing supermarket untuk mengecek diskon terbaru secara daring di awal minggu atau lebih efisien dengan mendaftarkan diri menjadi member dan memperoleh update berkala — plus keuntungan-keuntungan lain yang diberikan kepada member.
- 3. Kunjungi supermarket lokal yang terindikasi menawarkan harga lebih murah
Selain kelima supermarket besar dari berbagai kasta, ada pula supermarket/ toko bahan kebutuhan setempat yang mungkin penampilannya lebih tidak menarik dibanding supermarket, tapi menawarkan harga yang lebih murah. Di Lund, contohnya, ada beberapa toko kecil (yang kebetulan semuanya dimiliki oleh orang Timur Tengah dan India) yang menjual bahan makanan dengan harga yang sangat miring. Misalnya, harga tomat per kilo yang hanya SEK 7, sementara harga di Lidl/ ICA mencapai SEK 25-30. Untuk pilihan yang lebih lengkap, ada dua swalayan lokal di Malmö yang menawarkan harga miring (khususnya untuk harga sayur dan buah) dengan pilihan yang lebih lengkap dan tempat yang lebih besar, seperti Lucu Food dan Abdos Food AB. Sekadar info tambahan, harga buah dan sayur di Swedia amatlah mahal jika dibandingkan dengan di Indonesia — hal ini mungkin dikarenakan iklim di Swedia yang tidak memungkinkan banyak varian buah dan sayur tumbuh, sehingga harus mengimpor dari negara lain dan harganya pun menjadi lebih mahal. Oh iya, harga Indomie di toko-toko ini juga biasanya lebih murah dibanding di ICA atau di toko makanan Asia.
- 4. Berbelanja di pasar kaget/tradisional setempat
Di beberapa kota di jam dan hari tertentu, ada pasar kaget setempat yang digelar di lapangan terbuka dan menjual aneka ragam bahan makanan segar (khususnya sayur dan buah). Di Lund, pasar ini ada setiap minggu, namun pilihannya tidak begitu banyak dan harganya pun tidak begitu miring. Namun demikian, produk yang dijual terlihat lebih segar dan menggoda. Di Malmö, pasar ini ada setiap hari (kecuali Minggu) dengan skala yang lebih besar, beragam, dan lebih murah dibandingkan dengan yang ada di Lund. Selain lebih segar dan murah, terkadang pasar ini juga menyediakan produk yang tidak ditemukan di supermarket (e.g. buncis, jagung segar dengan kulitnya, dll.).
Dengan menerapkan keempat poin di atas, penulis berhasil menekan pos pengeluaran bahan makanan menjadi 1/8 dari total kebutuhan standar bulanan Swedia. Jangan lupa, hal-hal lain yang perlu diperhatikan mencakup: kebutuhan diet pribadi (jangan lupa perhitungkan keseimbangan gizi, ya. Jangan sekadar “yang penting murah”) dan perhitungan ongkos untuk ke supermarket/ tempat belanja (jangan sampai biaya yang dihemat dari belanja lebih kecil daripada ongkos yang dibutuhkan untuk pergi ke tempat tersebut).
Jadi, mari kita patahkan bersama stigma “Swedia mahal” dengan semangat berbelanja hemat dan sehat!
- Imakulata Muladi
- Accounting and Finance – Corporate Financial Management
- Lund University