“Menjadi seorang mahasiswa bukanlah sebuah beban, melainkan peluang”
Satu setengah tahun menempuh jenjang Master di Swedia menyadarkan saya akan mewahnya hak menjadi seorang pelajar. Bukan saja aspek keistimewaan secara finansial saja yang diperoleh, jauh lebih dari pada itu, banyak kesempatan dan peluang tersedia di kala status “pelajar” itu melekat di diri kita. Melalui tulisan ini, saya ingin bagikan keistimewaan yang saya alami selama menjadi mahasiswa di Swedia, khususnya di Lund University.
- Kesempatan mendapat potongan harga!
Mungkin ini bagian yang paling sepele, namun dampaknya paling bisa dirasakan secara nyata! Yaps, bukan pelajar namanya jika tidak tertarik dengan potongan harga atau diskon. Di negara Swedia sendiri, menjadi pelajar adalah sebuat kebahagiaan dimana terdapat harga khusus pelajar baik untuk sistem transportasi umum (kereta, bus, trem, pesawat), pembelian kebutuhan sandang di beberapa retails and merchant, hingga kebutuhan pangan (resto, café, kantin). Hal ini cukup menarik mengingat diskon yang ditawarkan beragam hingga 25-30% dibandingkan harga normal. Cukup menarik bukan?
- Kesempatan aktif mengikuti kegiatan keilmiahan
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan di kelas dan laboratorium, menjadi pelajar semacam memberi tiket masuk bagi saya untuk ikut dalam berbagai kompetisi, konferensi, seminar serta aktivitas riset. Selama 1.5 tahun ini, saya beruntung mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai jenis perlombaan dan konferensi seperti: Lund Innovation Bootcamp 2018, Developing Solutions for Developing Countries 2019 di USA, Aarhus Symposium 2018 dan 2019, Nordic Baltic Indonesian Scholars Conference 2019 di Denmark, International Leadership Training program dan Asian Congress on Nutrition 2019 di Bali, Food Tech Conference 2019 di Swedia, serta terlibat dalam beasiswa riset oleh P&A Dejmek 2019 dan Master tesis Tetra Pak 2020.
- Kesempatan untuk aktif berorganisasi
Terdapat begitu banyak wadah untuk berkontribusi dimulai dari organisasi pelajar seperti PPI, organisasi kemahasiswaan seperti Nations, Students Unions, serta Clubs, maupun organisasi di luar kampus baik skala regional maupun internasional. Manajemen waktu dan skala prioritas merupakan dua hal utama yang menjadi pertimbangan sebelum memutuskan mengambil tanggung jawab lebih seperti yang saya alami ketika menjadi sekretaris PPI Swedia maupun menjadi fasilitator dalam berbagai kegiatan seperti international mentor bagi mahasiswa baru, café language untuk melatih Bahasa Inggris anak-anak usia remaja di sekolah, serta mengajar sekolah minggu di gereja. Menariknya, keberagaman budaya dan latar belakang menjadi suatu tantangan tersendiri yang justru mengasah kemampuan adaptasi dan kepemimpinan saya.
- Kesempatan aktif bersosialisasi dan berkomunitas
Potluck dan piknik merupakan dua istilah yang tak asing bagi kalangan pelajar. Sekedar berkumpul bersama teman-teman sekelas atau komunitas untuk berbagi masakan, menonton film, karaoke, atau travelling menjadi hiburan yang “wah” bagi pelajar di luar negeri. Prinsip utama untuk bersosialisasi cukup satu, yaitu mau membuka diri dan berbagi. Hal ini cukup ampuh untuk menyeimbangan kehidupan sosial di Swedia selain belajar.
- Kesempatan menjadi tutor
Sistem pendidikan di kampus Swedia yang berfokus kepada kolaborasi dan bukan kompetisi memjadikan “group work” merupakan makanan sehari-hari sebagai bagian dari tugas atau proyek mata kuliah. Di sisi lain, hal tersebut merupakan kesempatan bagi kita untuk berbagi ilmu maupun pengalaman dengan teman dalam kelompok. Beberapa jurusan di kampus Lund bahkan membuka kelas tutorial untuk mata kuliah tertentu yang dirasa sulit atau dikenal dengan Supplemental Instructions. Sebagai fasilitator atau dikenal dengan SI-leader, saya memiliki peran untuk membantu junior saya dalam memahami mata kuliah tertentu tanpa harus menggurui, melainkan mendorong mereka secara berkelompok untuk belajar dan memahami topik perkuliahan melalui diskusi, kuis, maupun presentasi.
- Kesempatan menjadi student ambassador
Di akhir tahun pertama, saya mengikuti seleksi menjadi student ambassador untuk Fakultas Teknik (LTH) dengan tanggung jawab utama menulis blog fakultas secara rutin, korespondensi email, membantu penyelenggaraan penyambutan mahasiswa baru, serta beberapa acara sosial lainnya seperti international dinner, expo pendidikan, serta kunjungan. Selain mendapatkan insentif berupa gaji per tahun, menjadi student ambassador membuka peluang untuk membangun komunikasi dengan pihak kampus serta mahasiswa dari beragam jurusan maupun angkatan.
Dengan semua kesempatan yang ada, pilihan tetaplah berada di tangan kita. Tentu saja untuk mencapai sesuatu yang lebih, diperlukan usaha lebih keras bahkan tak jarang harus meninggalkan zona nyaman dan membayar “harga”, namun disitulah titik pertumbuhan itu dimulai. Apabila banyak orang berpikir bahwa manjadi mahasiswa identik dengan kerja lembur bagai kuda, maka saya memandang dari perspektif suatu kesempatan untuk belajar, bertumbuh, berproses, dan bermanfaat bagi sekitar dengan fleksibilitas dalam hal waktu dan pilihan.
Selamat berkarya!
Cynthia Andriani
MSc Student in Food Technology and Nutrition
Lund University (2018-2020)
Editor: Ria Ratna Sari