Oleh Satu Cahaya Langit
KenalDia adalah rubrik kenalan sama teman-teman mahasiswa Indonesia di Swedia. Setelah edisi pertama kemarin kita kenalan dengan sebagian dari tim media, edisi kedua ini kita akan kenalan dengan manusia unik yang barusan terpilih menjadi koordinator pusat (KorPus) PPI Swedia periode 2017-2018.
Philipe Gunawan biasa dipanggil dengan banyak sebutan. Gue sendiri manggil dia Philip. Beberapa teman lain manggil Gun, bahkan ada yang manggil dengan sebutan “Lord”. Mahasiswa tahun pertama di KTH Stockholm ini mengambil jurusan Sustainable Energy Engineering. Pendidikan sebelumnya dia enyam di ITB. Tahun ini doi baru berusia 26 tahun.
Gue: Lip, menurut lo kenapa sih pelajar Indonesia harus melanjutkan kuliah ke Swedia?
Philipe: Dari dulu waktu gue kuliah di ITB, dosen gue sering bilang kita harus lanjutin kuliah di luar (negeri). Bukan hanya cari ilmu, tapi juga cari budaya positif. Selain itu Swedia itu sustainable banget! Mereka nggak pake fossil fuel, jago mengelola sumber daya. Kotanya bersih banget juga. Jadi kalau mau belajar sustainability, ya di sini belajar langsung dari para praktisinya.
Kalau udah selesai S2 nanti, mau langsung pulang atau…?
Gue masih menimbang-nimbang dua pilihan sih. Langsung pulang dan membangun Indonesia atau gue lanjutin PhD dulu lalu pulang dengan ilmu yang lebih banyak. Tapi intinya gue pasti pulang karena gue mau membangun negeri gue.
Lo nggak mau kerja di Swedia setelah lulus?
Dulu gue pernah sih kerja di perusahaan asing, di Halliburton. Jadi gue merasa udah cukup. Sekarang gue mau fokus bangun kredibilitas dan cari ilmu. Cita-cita gue mau kaya Pak Arcandra Tahar.
Menurut lo nggak enaknya tinggal di Swedia apa?
Dingin banget! Dan nggak begitu banyak hiburan. Tapi alamnya bagus sih, jadi menolong sedikit.
Temen lo di sini kebanyakan berasal dari negara mana?
Swedia ada. China, Amerika Serikat, dan India
Bedanya kuliah di Indonesia dan di Swedia apa?
Waktu di ITB dulu, ujiannya manusiawi. Ada ujian tengah tahun dan akhir tahun. Satu pelajaran itu dipelajari dalam tenggat waktu yang lebih panjang jadi bisa lebih ”napas”. Di KTH sini, ditumpahin sekaligus. Udah gitu abis liburan pula.
Untuk lulus aja sih gampang, tapi untuk dapet nilai sempurna susahnya minta ampun. Karena masalah bahasa juga, kadang gue merasa lebih enak kalau diskusi sama orang Indonesia kayak waktu di ITB.
Mengalami kesulitan nggak kuliah di sini?
Nggak sih sejauh ini.
Kalau lagi nggak belajar, lo ngapain biasanya?
Jalan-jalan keliling kota sama sahabat gue Raka, dan juga teman-teman lainnya. Gue juga suka masak, baca buku, kumpul sama anak-anak Indonesia lain. Anak-anak bule juga sih.
Ada tips untuk pelajar Indonesia yang mau kuliah di Swedia?
Nggak usah bawa banyak barang dari Indonesia. Beli di sini aja, ada kok banyak. Misalnya rice cooker dan lain-lain. Terus, kuliah S2-nya jangan sampai nggak punya alasan dan misi, nanti jadinya asal-asalan. Harus kuat juga, biar terus termotivasi dan nggak gampang menyerah. Soalnya kalau tinggal di luar gini sih banyak godaan.