Sungguh masih melekat dalam hati, salah satu kata bijak idola saya, eyang Habibie. Beliau mengatakan bahwa Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar, keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha. Saat saya dinyatakan lulus pada seleksi beasiswa LPDP tahun 2017, lagi-lagi saya percaya pada kekuatan usaha dan doa. Padahal saat itu usia saya sudah tidak muda lagi, dan bahkan usia maksimal mendaftar LPDP loh, hihi. Kemudian dengan status saya yang mempunyai dua anak yang akan saya bawa saat menjalani pendidikan. Yang lebih membuat saya bersyukur lagi adalah, dengan IPK yang pas-pasan, alhamdulillah saya bisa mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk melanjutkan pendidikan Magister di Swedia.
Tantangan tidak berhenti disitu. Keluarga dan teman-teman dekat mempertanyakan tentang perkuliahan saya di Swedia, seperti emang bisa kuliah sambil bawa dua anak, sendirian pula? Nanti pas kamu kuliah anak-anak siapa yang jaga? Sekolah anak-anak gimana? emangnya cukup uang dari beasiswa untuk menghidupi tiga orang di Swedia?” Saya cuma bisa jawab dengan santai, “Bisa!” Eitss tapi jangan salah, sebelum bisa jawab dengan santai, saya sudah melakukan penelitian selama berbulan-bulan yah teman-teman.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman tentang bawa dua anak untuk ikut kuliah ke Swedia. Saya akan bagi tulisan ini menjadi dua bagian. Pertama, pengalaman persiapan keberangkatan atau sebelum pergi ke Swedia. Kedua, pengalaman pada saat menjalani perkuliahan di Swedia.
Bagian pertama: Pengalaman persiapan keberangkatan.
Yang paling penting pada tahap ini yaitu mendapatkan Residence Permit (RP) dan sekolah untuk anak-anak. Karena tidak di-cover oleh beasiswa, maka untuk mendapatkan RP, saya harus mempersiapkan uang deposit untuk anak-anak saya. Dana deposit tersebut harus ada di rekening atas nama kita sebagai wali. Besaran dana deposit tersebut yaitu 2.100 sek/bulan dan harus dikalikan 11 bulan untuk RP setahun pertama. Jadi, untuk dua anak saya harus ada dana deposit sebesar Rp. 74.000.000,-. Info lebih lengkap nya bisa dilihat disini yah: Permit for a family member. Aplikasi RP saya di-granted setelah 2,5 bulan. Lumayan lama memang jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain yang prosesnya hanya sekitar satu bulan saja. Sempat deg-degan karena sudah H-20 keberangkatan, tapi RP belum granted, sehingga belum berani beli tiket pesawat. Jadi saran saya, secepatnya apply RP, jangan ditunda-tunda. Apalagi jika ingin bawa keluarga, karena prosesnya cenderung lebih lama.
Untuk mengurus RP ini prosesnya lumayan simple yah teman-teman. Prosesnya kurang lebih seperti berikut (sesuai pengalaman saya):
1. Kita hanya isi aplikasi secara online disini
2. Proses biometric – yaitu rekam foto diri, sidik jari, dan tandatangan. Ini semua anggota keluarga harus datang ke Swedish Embassy yah.
3. Setelah granted, nanti Swedish Embassy akan menghubungi kita untuk ambil kartu fisiknya (yang ini bisa diwakilkan, tidak perlu diambil oleh orang yg bersangkutan).
Saat itu tidak ada tes kesehatan seperti keberangkatan studi ke negara lain, seperti UK misalnya, yang membutuhkan surat keterangan bebas TBC, dll.
Gambar 1. Saya mengambil RP yang sudah granted
Nah sekarang mengenai mendaftarkan sekolah anak. Dulu saya mendapatkan informasi yang salah kalau registrasi sekolah anak itu baru bisa dilakukan setelah sampai di Swedia, dan setelah memiliki personnummer (kalian bisa baca tentang personnummer disini). Kenyataannya, kita bisa apply sekolah anak-anak bahkan ketika kita masih ada di Indonesia. Yang pertama harus dilakukan adalah cek sekolah terdekat ke tempat tinggal kalian di Swedia, lalu langsung hubungi antagning.grundskola dan informasikan tentang kedatangan kalian, dan sekolah yang diinginkan. Sebelum saya mendapatkan email antagning.grundskola, saya cek website masing2 sekolah loh, lalu email langsung ke sepuluh kepala sekolah di sekitar alamat rumah, dan mereka menyarankan saya untuk menghubungi email diatas – masih kebayang panik nya saat itu, anak-anak belum dapat sekolah. Nantinya, segala macam pendaftaran sekolah, pindah sekolah, daftar daycare, dilakukan online melalui Uppsala Kommun untuk yang studinya di kota Uppsala. Tapi, untuk login kesini teman-teman harus sudah punya Bank-ID atau request password yang nantinya akan dikirim ke alamat tinggal di Swedia. Jadi, kalian harus sudah ada di Swedia.
Gambar 2. Penampakan RP saya dan kedua anak saya
Nah, karena telat mendapatkan informasi yang benar, maka sampai kedatangan kami di Swedia, kota Uppsala tepatnya, anak-anak belum mendapatkan sekolah. Akan tetapi sudah mendapatkan jadwal interview dari hasil korespondensi dengan antagning.grundskola tadi. Saya sampai Swedia pada tanggal 22 Agustus 2019, dan dijadwalkan interview untuk penempatan sekolah anak-anak pada tanggal 30 Agustus 2019.
Gambar 3. Email dari Uppsala Kommun mengenai interview sekolah anak
Pada saat interview, bukan hanya saya yang di-interview, akan tetapi anak-anak juga. Anak-anak ditanya seputar kesehatan mereka, kemampuan berbahasa Inggris mereka, dan kemampuan berhitung (Matematika). Dari hasil interview inilah nanti mereka akan menempatkan anak-anak di sekolah mana. Lalu saya tanya mengenai berapa lamakah prosesnya sampai ada keputusan? Jawabannya adalah tidak tentu, bisa dua minggu atau bahkan hingga dua bulan, tergantung dari ketersediaan tempat di sekolah yang ditunjuk. JENG JRENGG… Sedangkan perkuliahan saya dimulai 3 hari setelah interview (3 Sept 2019). Hehe tantangan baru dimulai.
Gambar 4. Family Picture pertama di Swedia, didepan Uppsala University Main Hall.
Bagian Kedua: Pengalaman pada saat menjalani perkuliahan di Swedia
Karena anak-anak belum terdaftar di sekolah manapun, mau ga mau saya harus bawa anak-anak ke kampus. Satu lagi yang menurut saya salah strategi adalah begitu sampai Uppsala, saya ikut-ikutan euforia beli sepeda, dan memilih sepeda sebagai sarana transportasi. Kalau tidak ada anak-anak, mungkin ini pilihan terbaik. Tetapi, pilihan terbaik untuk yang membawa anak-anak, saya sarankan pilih dulu bus sebagai sarana transportasi. Jadi, hampir satu bulan saya bawa anak-anak ke kampus memakai sepedah. Anak tertua (Ghazi, 10 tahun) gowes sepeda sendiri, sedangkan anak kedua (Chiara, 8 tahun) saya bonceng. Enaknya disini, kampusnya ramah anak-anak. Saat saya kuliah, anak-anak bisa menunggu di sofa-sofa di depan ruang kelas, di perpustakaan, atau bahkan bisa masuk ke kelas kalau memang tempatnya memadai, dan tentu saja sudah minta izin sama profesor yang mengajar.
Gambar 5. Perpustakaan Ekonomikum – Ghazi kanan Atas, Chiara kiri atas – salah satu spot anak-anak saat nunggu mamihnya belajar.
Gambar 6. Kampus Ångström – sofa di depan kelas – spot anak-anak saat nunggu mamihnya kuliah
Gambar 7. Kampus Ångström – Saat anak-anak ikut kuliah, masuk ke kelas
Alhamdulillah tanggal 30 September anak-anak dapat keputusan mengenai sekolah mereka. Ghazi mendapatkan sekolah di Domarringens Skola, dan Chiara di Almtuna Skola. Tantangan baru sebenarnya, karena arah sekolah mereka berlawanan. Setiap pagi saya harus menempuh 13 km untuk mencapai kampus. Tapi masih lebih baik sih dibandingkan kuliah dikintilin sama mereka hehe. Setelah dapat sekolah, pihak sekolah meminta saya untuk daftar Fritids (semacam daycare) untuk anak di tingkat 1-3, dan leisure club (masih semacam daycare tapi fasilitas lebih lengkap, misalnya ada PS, home theater, meja billiard, meja ping pong, dll) untuk anak tingkat 4 keatas. Semua pendaftaran secara online disini. Jadi gimana bagi waktunya antara kuliah dan jaga anak-anak?
Biasanya, jadwal perkuliahan sudah ada untuk satu periode (tiga bulan). Oleh karena itu, saya bisa menyesuaikan dengan jadwal menjemput anak-anak dari sekolah.
Gambar 8. Jadwal sehari-hari
Kalau ada kuliah jam 7 pagi, saya skip dan ikut sesi kedua jam 8 pagi. Kalau ada kuliah wajib, biasanya saya antar anak-anak lebih pagi, dan telp daycare bahwa mereka akan datang lebih pagi. Oh iya, sekolah dan daycare disini gratis yah. Namun untuk leisure club-Ghazi, saya harus bayar 150 kr per bulan, semacam biaya administrasi gitu. Anak-anak sekolah pukul 08.10 – 14.30. Lalu lanjut ke daycare dan maksimal sampai pukul 17.30. Jika diluar jam segini, misal ada keperluan mendadak, atau saya ada mandatory course sampai sore, harus booking dan info ke daycare. Nah, me-time saya ada di antara pukul 08.00 – 16.30. Misal kalau gak ada kuliah, bisa belajar di perpus, kerja kelompok, jogging, belanja, bahkan ngopi sambil baca novel favorit. Yang paling penting jangan telat jemput anak-anak sekolah aja hehe.
Gambar 9. Chiara di Museum kota – Stadsbiblioteket Uppsala
Lalu bagaimana dengan family time dengan anak-anak? Biasanya saat weekend, kami keliling museum atau perpustakaan, baik di Uppsala atau kota-kota dekat Uppsala seperti Stockholm. Kemudian karena setiap hari kami makan masakan rumahan (kunci hidup hemat mahasiswa disini hehehe), seminggu sekali setidaknya saya ajak anak-anak makan diluar, sekedar nongkrong di cafe, berenang, atau piknik di taman. Untungnya di Swedia sini, tidak pernah kehabisan taman bermain.
Gambar 10. Ghazi dan Chiara berenang di Fyrishov
Gambar 11. Ghazi dan Chiara di Naturhistoriska Riksmuseet – Stockholm
Informasi Terakhir dari saya mengenai biaya hidup kita bertiga disini. Uang beasiswa tidak cukup untuk mengcover biaya kami bertiga. Setiap bulan nya saya harus mengeluarkan uang tambahan sekitar 4000 sek. Dimanakah pengeluaran terbesar? Jawabannya adalah di makanan dan rekreasi. Per minggu pengeluaran nya beragam, sekitar 2000an sek. Rekap mingguan nantinya akan saya rekap perbulan, masuk ke excel sheet, dan proporsi pengeluaran nya yaitu 70% makanan, 15% rekreasi, 5% transport, dan 10% lain-lain. Informasi lain mengenai pengeluaran di Swedia untuk pelajar yang bawa keluarga, bisa dibaca di sini yah.
Gambar 12. Contoh catatan pengeluaran mingguan
Demikian informasi dari saya. Kalau tertarik melihat kisah kami, silahkan dilihat di IG @iiratna. Semoga memberi gambaran yah buat teman-teman yang akan segera berangkat ke Swedia untuk melanjutkan pendidikan. Bagi teman-teman yang masih ragu mau melanjutkan perkuliahan di negara mana, yukss ke Swedia, wealthy disini bagus, khususnya yang membawa anak. Pendidikan gratis, daycare gratis, kesehatan gratis (Digital Health in Sweden), taman bermain banyak dan gratis. Tunggu apa lagi?!
ii Ratna Yanti Kosasih
Industrial Management and Innovation
Uppsala University
Editor: Annusyirvan Ahmad Fatoni
Reference:
- https://www.kammarkollegiet.se/engelska/start/all-services/insurance-for-foreign-visitors/student-insurance/students-who-pay-tuition-fees
- https://www.migrationsverket.se/English/Private-individuals/Studying-and-researching-in-Sweden/Higher-education/Residence-permit-for-higher-education.html
- https://www.uppsala.se/skola-och-forskola/
- https://www.uu.se/en/students/support-and-services/insurance/
- https://uppsala.ist.se/uppsala/login.htm
- https://www.skatteverket.se/privat/folkbokforing/personnummerochsamordningsnummer.4.3810a01c150939e893f18c29.html
- https://www.nrm.se/
- https://fyrishov.se/bad/
- https://bibliotekuppsala.se/web/arena/stadsbiblioteket
- https://www.bankid.com/en/
Hi Ratna,
Saya dengan Yenni, calon mahasiswi S2 di Dalarna University Swedia untuk academic year 2022/2023.
Apakah saya boleh minta contact number atau alamat email Ratna?
Saya mau minta sharing pengalaman Ratna terkait dengan experience yang Ratna jalani sewaktu melakukan pengurusan residence permit untuk anak2 Ratna di Indonesia dikarenakan saya juga akan membawa 2 anak saya pada waktu berkuliah di Swedia di bulan Agustus 2022 ini.
Saya sudah membaca tulisan Ratna namun masih ada beberapa hal yang mau tanyakan, semoga Ratna berkenan ya.
Terimakasih banyak sebelumnya.
Salam,
Yenni (+628121049633)
Hi Mba Yenni,
Berikut ya untk emailnya Ratna: liratnakosasih@gmail.com
Best Regards,
Chris