Oleh : Budi Octasari Susanto
Bagi sebagian besar masyarakat di Swedia, nama Indonesia masih terbilang asing. Baik dari sisi pariwisata, budaya, makanan dan lain-lain. Restoran Indonesia di sini pun tidak sebanyak restoran Thailand, China, India atau restoran Timur Tengah. Karena pada tahun 2016 jumlah mahasiswa Indonesia di Uppsala meningkat tajam, salah satu mahasiswa Indonesia di Uppsala yang akrab disapa Jody mencetuskan ide untuk menggelar acara demi meningkatkan eksistensi mahasiwa Indonesia di Uppsala. Acara tersebut juga bertujuan memperkenalkan bagaimana budaya Indonesia, makanannya, karakter, dan keramahan orang Indonesia. Untuk itulah pada tanggal 6 Mei 2017 lalu diadakan acara “Indonesian Culture Day” di mana masing-masing mahasiswa Indonesia diharapkan mengundang 2-5 orang temannya yang berasal dari negara lain.
Penyusunan konsep acara dan persiapan acara sudah dimulai sejak sat bulan lalu. Aryani sebagai penanggung jawab acara mengaku lebih banyak merasakan senang karena bisa berkumpul dan menyiapkan semuanya bersama-sama. Rasa capek tidak begitu terasa karena semua terasa seru dan menyenangkan. Mendekati hari pelaksanaan, persiapan menjadi semakin padat. Menyiapkan banyak menu makanan Indonesia yang memerlukan banyak langkah penyajian dan bahan/bumbu yang bervariasi menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Apalagi kami harus memasak untuk porsi besar karena target peserta sekitar lima puluh orang ditambah mahasiswa Indonesia sendiri yang jumlahnya sekitar dua puluh orang. Beberapa mahasiswa bahkan menyiapkan makanan sampai larut malam. Totalitas yang patut diacungi jempol!
Pagi harinya kami disambut dengan cuaca cerah. Kami sepakat untuk mengenakan baju batik/kebaya supaya lebih menunjukkan identitas Indonesia. Sejak pukul 10.00 tamu sudah mulai berdatangan. Acara dimulai dengan ngobrol-ngobrol santai sambil fika (istilah masyarakat Swedia untuk coffee break). Menu yang kami sajikan adalah klepon, lemper, wedang ronde, serta kopi dan teh yang dibawa dari Indonesia. Kami sengaja memilih beberapa menu yang dapat dikonsumsi oleh seorang vegetarian karena di Swedia cukup banyak orang yang menjadi penganut vegetarian. Selain itu memang hampir setiap acara di Swedia selalu menyediakan menu tersebut. Seusai fika acara dilanjutkan dengan bermain permainan tradisional Indonesia yaitu tebak kata, lomba makan kerupuk, dan memasukkan pensil ke dalam gelas. Untuk permainan tebak kata, sistemnya mirip dengan acara “komunikata”. Peserta dibagi menjadi beberapa tim. Salah satu mahasiswa Indonesia memberikan beberapa kata dalam bahasa Indonesia (ditulis pada kartu) dan peserta harus membisikkan kata yang mereka baca dengan secara estafet ke teman satu timnya (tanpa sebelumnya diajarkan terlebih dahulu bagaimana menyebutkan kalimat Bahasa Indonesia tersebut). Peserta yang berdiri di urutan paling akhir harus menyampaikan pesan yang diterima. Sayangnya, semua tim gagal menebak kata yang kami berikan. Mungkin karena mereka tidak familier dengan Bahasa Indonesia. Setelah itu Aryani menjelaskan makna dari kata-kata tersebut serta penjelasan singkat mengenai tata bahasa Indonesia yang cukup sederhana. Ketika lomba makan kerupuk, peserta sangat antusias dan beberapa bahkan menawarkan diri menjadi sukarelawan untuk bermain. Karena sulit untuk menemukan kerupuk yang sama dengan yang sering digunakan untuk acara lomba 17 Agustus di Indonesia, kami menggantinya dengan rice cracker yang jika dilihat lebih mirip dengan jajanan rengginang. Cukup susah bagi kami mengatur ketinggian kerupuk karena postur mereka yang tinggi semampai.
Pada permainan selanjutnya kami mengganti permainan pensil ke dalam botol menjadi memasukkan pensil ke dalam gelas supaya lebih unik. Beberapa peserta masih sangat antusias untuk bermain meskipun peserta dari Swedia sebagian besar masih malu-malu untuk ikut bermain seperti teman saya, Fredrik, yang harus saya paksa untuk ikut bermain. Ia mengatakan mau bermain jika saya juga ikut bermain. Alhasil, ikutlah saya dalam permainan tersebut. Ternyata tidak butuh waktu lama bagi peserta untuk menyelesaikan misi memasukkan pensil ke gelas meskipun terkadang terhalang terpaan angin. Karena udara di luar mulai dingin, kami memutuskan melanjutkan acara di dalam ruangan untuk mendengarkan alunan biola dari Fida Amalia Fathimah. Fida memainkan lagu Indonesia Raya dan Indonesia Pusaka yang diikuti oleh semua mahasiswa Indonesia.
Sekitar pukul 12.00, peserta menikmati menu makan siang yang telah disajikan yaitu nasi tumpeng lengkap dengan lauk dan dekorasinya tempe bacem, telur pindang, perkedel kentang, bakwan jagung, sate ayam, gado-gado, telur balado, terong balado dan tak lupa kerupuk udang sebagai pelengkap serta dan es cendol sebagai pencuci mulut. Meskipun kami menyajikan beberapa menu makanan yang pedas, namun kami menyesuaikan tingkat kepedasan makanan tersebut untuk tamu-tamu internasional. Peserta tampak antusias dan banyak bertanya kepada kami tentang cara pembuatan dan bahan-bahan yang digunakan. Bahkan beberapa peserta tampak sibuk mengambil foto tumpeng yang telah didekorasi secara apik oleh Bu Jojo, Jody, dan Nadhira. Selama sesi makan siang, alunan gamelan dan video tentang makanan Indonesia juga ditampilkan di layar. Tak lupa dekorasi berupa kain batik di dinding untuk menambah suasana menjadi lebih “Indonesia”. Hampir semua makanan yang kami sajikan ludes karena peserta sangat penasaran untuk mencoba satu per satu tiap menu yang kami sajikan.
Seusai makan siang, acara dilanjutkan dengan pembagian cindera mata untuk peserta yang berhasil memenangkan permainan di awal acara. Untuk memberi kesempatan pada peserta lain yang belum memenangkan lomba, diadakan kuis tambahan yang pertanyaannya seputar pengetahuan umum tentang Indonesia. Beberapa peserta sangat antusias untuk menjawab. Pemenang kuis dan pemenang games di awal acara boleh memilih antara magnet kulkas atau gantungan kunci berbagai bentuk dengan motif batik, pembatas buku berbentuk wayang, dan tempat pensil bermotif batik yang kami sediakan. Acara ditutup dengan foto bersama mahasiswa Indonesia dan peserta. Meskipun acara kala itu sudah selesai, beberapa peserta masih tinggal sebentar untuk sekadar mengobrol atau makan beberapa camilan fika yang masih tersisa. Bahkan teman sekelas saya masih penasaran dan banyak bertanya tentang Indonesia.
Seusai acara ini kami tak lupa meminta testimoni dari peserta. Berikut beberapa testimoni yang diberikan:
What do you think about this event?
Fredrik (Sweden) : “Very interesting and very good food and nice people.”
Nipuni (UK) : “I think it’s really great one of my collegue who study with me in my master program, she’s from Indonesia. So she invited me to the event and I’ve never tried Indonesian food before. So it’s the first for me and I really like it. It’s so much variety. The sweets, the drink. It was really good.”
Huimin, Cheng Wang, Yinyin (China) : “That’s pretty brilliant. Make me want to maybe someday to have Chinese Culture Day.”
Flo (Germany) : “It was great. Delicious. I am food hangover now. I learn a lot about Indonesian culture today. And yeah, It was really a lot of fun.”
Sayuri (Japan) : “It’s so nice. I enjoy the Indonesian food.”
What do you know about Indonesia before you came here?
Fr : “I knew one word “mempertanggungjawabkannya.”
N : “Not much. I knew there’re a lot of islands and people are quite exotic but apart from that, nothing more.”
SCY : “I know Indonesia from Cornellius. I know Chinese Idols and stars, they celebrate their wedding in Bali Island. Most famous place of Indonesia for Chinese.”
Fl : “I knew something about it because my girlfriend is from Indonesia but I learned way more here.”
Sa : “Indonesia has many islands, a lot of culture and nature.”
Which one is your favourite food?
Fr : “The peanut sauce. That was the best.”
N : “There was a couple actually. The yellow rice is so nice and also the dessert coconut milk with the sweets. That was really refreshing. It was so nice. I’ve never tried it before.”
SCY : “This one (Klepon). This is very amazing. This one explodes in my mouth. And this one (Lemper) is my favourite. And also this drink (Es cendol).”
Fl : “I really like the Tempe and also those like balls what is it called? The green one. That was really good.”
Sa : “It’s very difficult to decide. I don’t remember the name. I like the spicy vegetable, the yellow one.”
Should we held similar event next time?
Fr : “Yes, for sure. Definetely.”
N : “Absolutely. Even if it’s every few months, I’ll come.”
SCY : “Yes of course. I’ll come.”
Fl : “Yes please. Maybe next semester already. Not like one year but next semester.”
Sa : “Of course you should. I’ll come again with my friend or my husband. Because today I came by myself like alone. But I wanna show my friend about Indonesia.”