Oleh: HAFIDZ NOVALSYAH; Penerima Beasiswa Pelindo III untuk Program Pasca-sarjana WMU
Malmö, Swedia – Kamis (29/9) gerimis pada pekan terakhir bulan September 2016, World Maritime University (WMU) kota Malmö yang diwakili oleh Presiden WMU, Cleopatra Doumbia-Henry menerima kehadiran delegasi Pemerintah Republik Indonesia (RI), yakni dari Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya yang diwakili oleh Sekretaris Kemenko Asep D. Muhammad, Deputi Kemenko untuk Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim, Safri Burhanudin, juga Duta Besar RI untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia, Bagas Hapsoro. Dalam pertemuan ini, Kemenko Maritim RI dan WMU menyepakati Nota Kesepakatan (MoU) di bidang kerja sama pelatihan dan pendidikan kemaritiman untuk untuk periode lima tahun ke depan.
Mimpi Pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bahari negeri dan mewujudkan poros maritim dunia dicoba direngkuh dengan tidak hanya melalui penegakkan aspek regulasi pengelolaan dan memperkuat teknologi armada kelautan, tetapi juga tidak lupa menggenjot lahirnya para cendekia maritim yang telah ditempa di panggung dunia. WMU adalah universitas khusus kemaritiman yang didirikan oleh International Maritime Organization (IMO), badan khusus yang beranggotakan 171 negara di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di situlah para siswa dari berbagai negara di dunia meniti jembatan ilmu untuk memajukan Tanah Airnya dalam mengelola samudera dan seisinya dalam koridor keadilan dan kebersamaan yang sejalan menuju kelestarian alam.
Hampir setiap tahun Ibu Pertiwi selalu mengirimkan anak bangsanya untuk menimba ilmu di WMU. Hampir setiap insan tersebut merupakan duta bangsa penerima beasiswa. Mereka dipercaya oleh berbagai institusi mulai dari BUMN Indonesia seperti Pelindo II, Pelindo III, dan Biro Klasifikasi Indonesia. Kemudian juga lembaga negara, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta TNI.
Berdasarkan data WMU, hingga tahun 2016 sudah ada 149 mahasiswa Indonesia yang lulus dari universitas tersebut. Dengan adanya MoU tersebut, Doumbia-Henry dalam situs universitas (30/9) menyatakan menyambut positif niat Pemerintah untuk menambah jumlah siswa yang dikirim ke WMU untuk mengikuti program pasca-sarjana. WMU mendukung tujuan Pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Seperti mendukung Tanah Air yang terbentang seluas hampir 6 juta kilometer persegi untuk memperkuat infrastruktur maritim termasuk sektor administratif dan kepelabuhanan. “Harapan (dari kerjasama ini) adalah aktivitas nyata sebagai kerangka kerja. Langkah besar berikutnya adalah implementasi, bukanhanya di atas kertas,” tegasnya usai penandatangan.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan Pemerintah dari MoU tersebut yakni guna lebih meningkatkan lagi kerjasama antara Indonesia dengan WMU dalam bidang peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan formal bidang kemaritiman di kampus WMU-Malmö, maupun melalui pendidikan dan pelatihan yang sifatnya ‘tailor-made’ (sesuai kebutuhan) sebagai upaya untuk mempercepat penyiapan SDM kemaritiman yang memiliki kompetensi dan keterampilan berstandar internasional, seperti keterangan yang dirilis Humas Kemenko Kemaritiman pada situsnya (29/9).
Dalam Rencana Strategis WMU 2016-2019 juga disebutkan misi utamanya yakni fokus pada pendidikan dan bertambahnya pemimpin di bidang maritim pada negara-negara dunia ketiga. Kemudian, WMU juga berkomitmen dalam mendukung United Nations Sustainable Development Goals (SDGs), di antaranya Tujuan Keempat yang fokus dalam memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan mempromosikan kesempatan yang sama bagi semua untuk dapat belajar kapan pun sepanjang hayat.
Jalesveva Jayamahe
Usai penandatangangan Nota Kesepahaman, Safri Burhanudin berkesempatan untuk memberikan kuliah umum kepada sekitar seratus mahasiswa pascasarjana WMU yang datang dari 49 negara, termasuk Indonesia. Turut hadir juga sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Lund University. Safri yang merupakan doktor lulusan Universite de Bretagne Occidentale, Perancis tersebut membedah tentang Kebijakan Kelautan Nasional Indonesia dan Poros Maritim.
Membuka presentasinya dengan sampul depan Majalah Time yang memuat potret Presiden Jokowi, Ia mengutip janji pidato inagurasi bahwa kini Indonesia akan bekerja keras sebagai Negara maritim. Samudera, lautan, teluk dan selat merupakan masa depan penduduk Nusantara. Saatnya mengembalikan slogan para pendiri bangsa agar berkumandang lagi, ‘Jalesveva Jayamahe’ (Bahasa Sansekerta: Di Lautan Kita Jaya).
Safri menjelaskan ada lima keunggulan komparatif dari sumber daya maritim Indonesia, yakni negeri kepulauan yang besar, keanekaragaman biota laut, unsur kelautan yang dinamis dengan variasi cuaca, lintasan rute laut internasional, dan posisi geotektonik. “Karenanya bagi kami, gempa itu biasa. Bahkan Indonesia juga disebut sebagai 10 persen supermarket gempa dunia,” ujarnya berseloroh.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan cita-cita menjadi Poros Maritim Dunia, Indonesia bertumpu pada lima pilar, yaitu budaya, ekonomi, infrastruktur, diplomasi, dan keamanan. Terkait pilar yang terakhir disebut, Randri Amamonjy Ando, mahasiswa asal Madagaskar, bertanya apa langkah Indonesia dalam menjaga wilayah lautnya yang luas.
“Indonesia dan negara-negara tetangganya terus meningkatkan latihan keamanan bersama untuk saling menjaga (teritorialnya) atas nama kemanusiaan. Cara ini juga untuk meredam ketegangan karena masih ada batas-batas negara yang belum disepakati bersama,” jawab Safri berdiplomasi. Ia juga ‘menantang’ para mahasiswa untuk menemukan cara dan solusi dari isu batas Negara di lautan tanpa peluru (damai). “Itu juga bahasan tugas dari siswa IMO kan?” tanyanya retoris yang disambut senyum oleh hadirin.
Harus Kompak
Di tengah keterbatasan waktu kunjungannya di WMU, Duta Besar Bagas Hapsoro beserta jajaran KBRI Stockholm memberikan pelayanan konsuler untuk anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia. Selain itu bersama Delegasi Kemenko Maritim juga membuka pintu diskusi yang dimanfaatkan oleh para kandidat doctoral dan master untuk menanyakan cara memperoleh berbagai data resmi Pemerintah untuk mendukung penelitian.
Salah satu anggota delegasi, TB. Haeru Rahayu (Direktur Pendidikan dan Pelatihan Maritim Kemenko Maritim), mengakui bahwa berlapisnya birokrasi pemerintah kadang justru memperlambat beberapa korespondensi, seperti terkait akses data resmi. Namun pihaknya menegaskan bahwa pada prinsipnya pihaknya terbuka untuk membantu keperluan pengembangan keilmuan. Anggota PPI Swedia yang berasal dari Lund University dan WMU secara bergantian menyampaikan saran dan masukan kepada delegasi terkait bidang keilmuannya secara spesifik di bidang maritim yang disambut dengan respon positif dari pihak delegasi.
Diskusi ditutup dengan pernyataan Dubes Indonesia yang menambahkan bahwa misi Kedubes RI memiliki kesamaan dengan institusi pemerintah lainnya di dalam negeri, yakni untuk mewujudkan Nawacita. “Saya memotivasi PPI sebagai ‘the choosen people’ agar (salah satunya) mengembangkan GDP kelautan Indonesia yang sangat potensial. Demi membangun Indonesia, kita harus kompak!” tegasnya menutup diskusi hangat di sore yang dingin itu.
Halo min, ijin pembahasan cara mendapat beasiswa di WMU dong min? Please