Munculnya virus Severe Acute Respiratory Syndrome – Coronavirus 2 (SARS-CoV 2) yang menggemparkan seluruh dunia menjadi bukti bahwa ancaman penyakit menular akan terus relevan di masa kini dan masa depan. Faktanya, masih banyak penyakit infeksi yang mengintai kesehatan masyarakat Indonesia maupun dunia, mulai dari penyakit yang umum terdengar seperti Tuberkulosis dan Demam Berdarah Dengue, sampai penyakit yang baru bermunculan seperti Flu Burung (Avian Influenza) tahun 2005, Flu Babi (Swine Flu) tahun 2009-2010, dan yang terakhir adalah Covid-19 pada tahun 2019-2020. Dan tentu saja, bagi orang yang berkecimpung di bidang kesehatan dan biologi, terutama bagi yang tertarik dengan penyakit infeksi, adanya kasus-kasus ini menjadi hal yang menarik untuk dipelajari.
Saat ini, saya sedang belajar di akhir tahun pertama (dan akan memasuki tahun kedua) program studi Master of Infection Biology, Uppsala University. Sesuai dengan tagline: ‘prepare for the microbial attack!’ program ini menyediakan amunisi keilmuan dan pengalaman yang cukup lengkap untuk menjadi ahli biologi infeksi dalam menghadapi serangan penyakit infeksi. Durasi program master ini totalnya 2 tahun dengan 120 kredit (hp), dan pada akhir tahun mahasiswa wajib mengambil thesis sejumlah 30 kredit (hp) pada semester akhir.
Kurikulum yang digunakan sangat komprehensif (tidak hanya mencakup pendekatan penyakit menular dari sisi molekuler, mikrobiologi, imunologi, namun juga melihat perspektif luas dari sisi kesehatan masyarakat). Pada semester pertama, mata kuliah wajib Microbiology and Immunology akan memberikan fondasi kuat dan merata pada seluruh mahasiswanya mengenai mekanisme molekuler dari sisi mikrobiologi dan imunologi pada bakteri dan virus. Pada semester kedua, mahasiswa akan dibekali materi mengenai agen infeksi lainnya (jamur, protozoa, dan parasit), penyakit infeksi dari sudut pandang kedokteran, mikrobiologi evolusi, farmakologi dan resistensi antibiotika, serta epidemiologi. Pada tahun kedua, keilmuan yang diberikan akan berfokus pada perspektif yang lebih luas (infeksi zoonosis, food safety in industry, serta kesehatan global). Pada modul Global Health di semester ketiga, akan ada kesempatan untuk terjun langsung ke International Center for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh untuk mengetahui bagaimana dampak penyakit menular pada kesehatan masyarakat di negara berkembang. Selanjutnya, mahasiswa akan dibekali modul advance scientific research and methodology (termasuk pelatihan hewan eksperimental) sebagai persiapan untuk thesis pada semester keempat.
Bagi saya yang memiliki latar belakang dokter klinis, pengalaman studi di program ini memberikan perspektif baru yang sangat berguna bagi saya dalam memahami permasalahan penyakit infeksi yang sering ditemui di Indonesia, seperti resistensi antibiotika dan penyakit infeksi emerging. Proses pembelajaran yang mencakup kuliah interaktif, diskusi dan seminar, serta laboratorium (baik wet-lab maupun computer lab untuk bioinformatika) pada setiap modul menjadikan proses belajar di sini sangat menyenangkan. Salah satu laboratorium yang menurut saya unik adalah proyek 2 minggu di modul virologi. Saya mendapatkan kesempatan untuk bekerja di salah satu grup riset Anders Hafren di kampus Swedish Agricultural University (SLU) untuk mempelajari bagaimana berbagai virus tanaman menyerang sel eukariot (dalam hal ini sel tumbuhan). Pada kesempatan ini, saya banyak belajar metodologi laboratorium seperti proteasome assay analysis , confocal microscopy, western blot dan quantitative PCR.
Gambar . Salah satu visualisasi distribusi protein dalam sel tumbuhan yang terinfeksi berbagai virus dengan mikroskop konfokal (Sumber: dokumentasi Pribadi)
Bagi saya dengan background klinisi dan belum pernah memakai mikroskop canggih ini, pengalaman ini sungguh menarik.
Selama setahun belajar di kampus ini, ada satu hal yang sangat saya sukai dengan proses pembelajarannya: pengajar yang sekelas professor sangat terbuka untuk dijadikan tempat bertanya jika kita tidak mengerti. Para pengajar di program ini menekankan bahwa hal terpenting adalah proses bagaimana kita bisa mendapatkan dan mengerti ilmunya, bukan untuk mendapatkan nilai ujian yang bagus. Seringkali dalam seminar dan ujian, kita diberikan feedback konstruktif agar mahasiswanya dapat mengerti materi dengan lebih baik. Di sini, atmosfer kesetaraan antara mahasiswa dan pengajar sangat kuat, sehingga kita bahkan dapat memanggil professor dengan sebutan nama. Istilah yang sering digunakan mengenai kesetaraan posisi ini adalah flat hierarchy. Selain itu, suasana kelas yang sangat internasional (di kelas saya, ada 35 orang dari berbagai negara di benua Eropa, Asia, Afrika dan Amerika) menjadi pengalaman berharga untuk belajar bagaimana berkomunikasi dan berkolaborasi, baik ketika dalam suasana belajar maupun suasana santai.
Gambar . International Dinner program Master of Infection Biology angkatan 2019-2021. (Dokumentasi Pribadi)
Masih ada satu tahun lagi waktu saya belajar di Swedia, dan semoga proses pembelajarannya akan sama menyenangkannya dengan satu tahun yang telah saya lewati. Bagi teman-teman yang tertarik dan ingin mengetahui lebih mendalam mengenai program ini, silahkan kunjungi website program ini : https://www.uu.se/en/admissions/master/selma/program/?pKod=MIB2M .
Sampai bertemu di Swedia!
Afandi Charles
M. MedSc in infection Biology
Uppsala University
Editor: Annusyirvan Ahmad Fatoni