Hai teman- teman. Perkenalkan saya Wildan, saat ini saya studi di Stockholm University (SU), Department of Data and Systems Sciences, dengan Master Program di Strategic Information System Management. Kampus saya sendiri terletak jauh dengan kampus pusat SU yang berada di Frescati. Dalam tulisan kali ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman saya berkuliah di pusat industri TIK di Swedia, yang juga sering disebut Silicon Valleynya Eropa (1).
Apakah itu?
Jurusan saya mempelajari tentang manajemen dan strategi IT dari segi manajemen IT resources, optimasi proses, dan Digital Transformation. Untuk elective program yang ditawarkan pun beragam, terdapat program machine learning, e-government, IT entrepreneurship, dan lain- lainnya. Departemen saya sendiri memiliki 8 jurusan international master programs di bidang IT, dan berlokasi di NOD Building yang menyatu dengan beberapa perusahaan, startup, dan lembaga penelitian EU dan kampus seperti Fujitsu, ESRI, Kista Science City, Egovlab EU, dan lain sebagainya. Berkuliah di gedung bersama dengan lingkungan industri IT merupakan pengalaman unik tersendiri bagi saya. Karena gedung kami pun berdekatan dengan berbagai perusahaan IT seperti Ericsson, Microsoft, Adobe, IBM, dan berbagai start-up lainnya.
Dimana itu?
Lokasi kampus saya sendiri berada di Kista, sebuah daerah di antara bandara Arlanda dan Central Stockholm. Kota Stockholm sendiri memiliki 26 municipalities. Nah meskipun untuk menuju Kista saya melewati Solna Municipality, daerah tersebut masih merupakan bagian dari Kota Stockholm.
Mengapa disebut Silicon Valley Eropa?
Kista sendiri disebut sebagai Silicon Valley eropa karena pesatnya pertumbuhan start-up dan juga tingkat keberhasilan start-up yang ada disana, yangmana hal ini bukan dipertimbangkan dari luasnya lokasi itu sendiri.
(Gambar: Lokasi dan Acara Triple Helix Talk di NOD Building, Dokumentasi Pribadi)
Fakta menarik apa saja yang ada disana?
Selain merupakan pusat bisnis dan industri IT, Kista juga merupakan daerah yang banyak dipadati oleh imigran, utamanya imigran dari timur tengah. Sehingga ketika awal mula kami berkuliah di sana, saya dan rekan- rekan pelajar dari berbagai belahan dunia merasa heran karena kami seperti merasa berada di “benua lain”. Namun terlepas dari hal tersebut, saya merasa Kista sudah seperti rumah saya sendiri. Banyak fasilitas dasar yang bisa dengan mudah saya temukan di dalam satu tempat dan bisa membuat saya merasa “berada di rumah”. Seperti diantaranya: terdapat masjid jami’, pusat toko kebutuhan halal dan bumbu- bumbu, mall dengan berbagai supermarket murah dan clothing store dengan harga bersahabat! Selain itu terdapat pula restoran cepat saji, pusat kebugaran, cafe, foodcourt halal, dan perpustakaan kota di dalam mall atau lebih sering disebut Galleria. Hal unik lain yang saya sukai adalah lokasinya yang dekat dengan kantor pemerintahan, bank, dan pusat kesehatan (vardcentral). Sehingga ketika saya mengambil Id Kort (semacam KTP) dan tes kesehatan saya hanya perlu berjalan beberapa meter dari kampus. Selain menjadi tempat favorit saya, Kista sendiri pun menjadi salah satu tempat jajan terfavorit teman- teman PPI swedia, terdapat kebab super enak Mangal, dan ayam cepat saji favorit: Marry Brown.
Pengalaman Menarik
Respon Cepat terhadap COVID
Jika dilihat ke belakang, ada banyak sekali pengalaman yang membekas dan berkesan disana. Saya mengalami dua periode studi pra dan pasca pandemi. Pengalaman ujian di aula NOD, kelas offline hingga online class, dimana kelas online tersebut sudah dimulai dua minggu sejak kasus covid. Bagi saya hal ini sangat luar biasa, ketika negara lain belum ada kebijakan lockdown, pihak universitas sendiri sudah merespon kondisi dengan sangat cepat yakni sekitar awal bulan Februari tahun 2020 yang juga diikuti oleh institusi lain di Stockholm.
Wawancara dengan C Level MNC dan mengenal Flat Hierarchy
Hal menarik lainnya adalah pengalaman mencari manajemen function untuk departemen IT di multinational company. Bagi kami international student, hal itu sangat mengejutkan. Baru saja dua bulan kami berkuliah, kami sudah diminta untuk mewawancarai eksekutif di tempat yang bahkan kami belum familiar. Singkat cerita, setelah berbagai diskusi, akhirnya kami sekelas berjuang mencari narasumber. Kami mengirim email dan mengontak eksekutif dari mulai manajer hingga C-Level di perusahaan- perusahaan yang ada. Tidak dinyana, setiap orang yang kami hubungi umumnya selalu menjawab email kami within one-day, tak peduli apapun posisinya. Tentu hal ini sangat berkebalikan sekali dengan apa yang umumnya saya rasakan. Ternyata budaya flat hierarchy, lagom, namun kerja cepat benar benar sudah menyatu. Hal ini saya alami sendiri dari bagaimana “dengan mudahnya” mengobrol dan berbicara dengan directors dari industri, dan bahkan politician atau pejabat di pemerintahan pusat Swedia. Pengalaman 1. Orang swedia umumnya tetap rendah hati dan approachable, tidak peduli apapun posisi mereka. Jika diberi nomor telepon, jangan pernah tidak enak untuk reach-out, termasuk dalam hal melamar kerja!
Gambar: Swafoto melepas ketegangan setelah Global IT Management Presentation bersama tim
Diverse student background
Hal menarik lain yang saya alami adalah berkuliah dengan teman dari rentang umur, jenis profesi, jabatan, dan latar belakang yang berbeda. Untuk program saya, kami memiliki mahasiswa kurang lebih berjumlah 85 siswa yang terdiri dari student dengan background IT, non IT, berusia 20-an tahun hingga sekitar 69 tahun. Yep, betul 69 tahun! Disini saya belajar bahwa perbedaan atribut pribadi seperti usia, suku, ras, agama, dan perbedaan orientasi seksual menjadi hal yang sudah wajar. Salah Satu rekan studi dari Jerman pernah berkata, “Aku begitu heran bahwa kita bisa memanggil professor hanya dengan nama, bahkan nama depannya! Di negaraku ini merupakan hal yang mustahal!”, begitu kurang lebih ungkapannya jika diterjemahkan. Dengan banyaknya mahasiswa dan rapatnya irisan disiplin ilmu di bidang Computer Sciences, umumnya kelas yang saya miliki selalu berpindah- pindah dan berbaur dengan kelas dari program master lain dan exchange students. Banyak diantara kami yang berkuliah sembari bekerja, berkeluarga, menjadi pegawai negeri, engineer, dan memiliki background non-IT. Dibawah Social Science Department dengan berbagai konsentrasi disiplin IT di dalamnya. Untuk program saya sendiri tidak menuntut background di bidang IT.
Kebebasan belajar yang kami miliki di kelas adalah: bebas memotong pembicaraan jika ada pertanyaan “because there are no such stupid questions”, melihat professor sebagai entitas yang setara.
Tingginya ekspektasi studi dari sponsor untuk lulus 75% mata kuliah yang kami jalani, serta tuntutan rekan sekelompok dalam group work sempat menjadikan saya commute 2-4 jam setiap hari dari rumah untuk pergi ke kampus baik ada ataupun tidak ada kuliah. Dari sinilah saya belajar untuk menjadi pribadi yang lebih asertif dalam menyampaikan aspirasi, pendapat, dan pertanyaan. Selain itu dengan padatnya aktivitas organisasi yang saya ikuti, group work, praktikum lab dan tugas individu menuntut saya akan manajemen waktu dan prioritas yang lebih baik. Tanpa adanya manajemen yang apik, impian untuk bisa melebarkan jaringan profesional, dan pertemanan hanya akan menjadi mimpi.
Fakta menarik lain yang sayang jika dilewatkan tentang Kista
- Di Swedia, hampir setiap minggu kami memiliki sarana untuk pitch idea untuk start-up yang disponsori oleh perusahaan korporasi besar dan pemerintah
- Setiap kampus memiliki inkubator/ accelerator bisnis. Kista memiliki inkubator start-up dengan tingkat keberhasilan tertinggi kedua di dunia, yang berada di bawah binaan STING.
- Jika kita memiliki ide yang menarik ketika presentasi proyek, besar kemungkinan kita akan didekati oleh inkubator dan akan mendapatkan pendanaan dan mentorship untuk ide produk atau inovasi yang kita presentasikan.
- Karena Kista juga merupakan pusat imigran dari timur tengah, disana sering terdapat pengajian, kegiatan kerohanian muslim, dan bagi masyarakat muslim yang ingin berhaji, biaya yang diperlukan relatif lebih kecil dibandingkan dengan di Indonesia. Selain itu, keberangkatan bisa dilakukan langsung di tahun berikutnya.
Demikian kurang lebih informasi yang bisa saya bagi mengenai, uniknya kuliah di Swedia, Stockholm, Stockholm University, dan di Kista! Semoga bermanfaat. Hej då!
Referensi:
- Page 84. The Business of Global Energy Transformation: Saving Billions through Sustainable Models. Mats R. Larsson. Global Energy Transformation Institute. 2012, Palgrave Macmillan. Macmillan Publishers Limited, Houndmills, Basingstoke, Hampshire RG21 6XS, United Kingdom. https://books.google.com/books?id=RX4x1amBi44C&lpg=PA84&dq=Global%20Transformation%20kista&hl=sv&pg=PA84#v=onepage&q=Global%20Transformation%20kista&f=false
- https://www.lokalnytt.se/artiklar/409/nod-kistas-nya-innovativa-motesplats-invigd
Wildan Martoyo
Master’s in Strategic Information System Management
Stockholm University
Editor:
Darmawan Prasetya