Setiap awal tahun ajaran baru, layaknya di Indonesia, badan mahasiswa KTH yang secara resmi bernama THS (Tekniska Högskolan Studentkår) mengadakan open house unit-unit kegiatan yang terbuka untuk semua mahasiswa termasuk mahasiswa internasional. Satu yang menarik perhatian saya adalah KTH Formula Student. Begitu gembiranya saya untuk dapat melihat secara langsung mobil formula student setelah berbulan-bulan mengikuti media sosial KTH Formula Student bahkan sebelum dinyatakan diterima di KTH.
Formula Student sendiri adalah sebuah project mahasiswa dimana mereka dituntut untuk merancang, memanufaktur, menguji dan berlomba dengan mobil balap bergaya formula di kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di beberapa negara, seperti Jerman, UK, Jepang, dan India. Juli 2018 lalu, KTH Formula Student mengikuti kompetisi FSUK yang diadakan oleh Institution of Mechanical Engineers. Di Swedia sendiri, tidak hanya KTH, ada pula Lund University, Chalmers University, Kalrstad University, dan Linköping University yang memiliki project serupa.
Tim ini terbagi ke dalam beberapa departemen, di antaranya Vehicle Dynamics, Mechanical Design, Composite and Aerodynamics, Electric Powertrain, dan Marketing. Mulai tahun ini, terdapat departemen yang khusus mengerjakan pengembangan driverless vehicle sebagai respon dari diadakannya kategori khusus driverless vehicle di kompetisi-kompetisi formula student. Di departemen ini, teman-teman yang punya minat di bidang IT dan computer science dapat mengaplikasikan ilmunya dalam pengembangan khususnya dalam perception dan navigasi. Menurut saya, adanya kompetisi driverless vehicle sangat memacu perkembangan dunia otomotif dalam hal pengembangan teknologi maupun peningkatan penerimaan masyarakat akan driverless vehicle.
Sesuai dengan rencana awal sebelum datang ke Swedia, saya memutuskan untuk mendaftar departemen Mechanical Design. Proses seleksinya meliputi sebuah kuis online yang berisi beberapa pertanyaan teknis dan motivasi, kemudian dilanjutkan dengan sesi wawancara. Dalam mechanical design, setiap tiga hingga empat member akan dikelompokkan dan ditugaskan untuk mengerjakan sebuah project. Dalam project ini, setiap member dituntut untuk mengerjakan sesuatu secara terorganisir dan sistematis. Setiap ide yang muncul harus selalu tercatat dalam sebuah log book yang berfungsi untuk mendokumentasikan setiap pertimbangan dalam pemilihan konsep. Selain untuk bahan evaluasi internal, dokumentasi ini juga akan berguna saat sesi presentasi di depan para judge pada saat kompetisi berlangsung. Ketika muncul sebuah konsep matang yang disetujui bersama dalam satu grup kecil, konsep tersebut akan dikunci dalam sebuah presentasi concept freeze yang dihadiri oleh seluruh anggota tim KTH formula student. Dari konsep tersebut, sebuah desain yang detail akan dikembangkan dan dikunci lagi oleh kesepakatan seluruh anggota dalam sebuah presentasi design freeze. Setelah desain sudah ditetapkan, dimulailah pengadaan bahan baku, pembelian komponen off the shelf, dan manufaktur.
Aktivitas yang kami lakukan juga meliputi testing yang dilakukan di gokart tracks dan runway lapangan udara. Berikut sedikit cuplikan dari testing yang dilakukan di Järfälla.
Salah satu testing yang menurut saya paling berkesan adalah pengujian yang dilakukan di Lunda Airfield, yaitu runway militer yang sudah non-operasional. Terletak di suatu lahan kosong minim penghuni di Uppsala, cuaca dingin, dan langit abu-abu, sungguh suasana yang sangat berbau Skandinavia. Dan yang tak kalah penting: hamparan aspal mulus. Disana, beberapa test yang dilakukan di antaranya adalah slalom test dan acceleration test. Videonya bisa diklik di sini.
Sebagai bonus, saya sertakan cuplikan dari program director Vehicle Engineering yang sedang bermanuver dengan Volvo S90 setelah selesai menyelesaikan tugasnya dalam menginput data pengujian untuk sebuah mata kuliah Vehicle Engineering. Video ini diabil di hari yang sama dengan test drive Formula Student (video klik di sini). Tidak berhubungan dengan Formula Student, cuma karena video ini terlihat keren.
Selain fokus pada project dan testing, para anggota juga diharapkan untuk aktif dalam kegiatan marketing dan sponsorship seperti yang kami lakukan dalam kunjungan ke Scania Research & Development Center di Sodertalje beberapa pekan yang lalu. Dalam kegiatan tersebut, kami berkesempatan untuk bercakap-cakap dengan karyawan Scania sekaligus bertukar informasi tentang kedua belah pihak dalam sebuah mingling session. Yang tak kalah penting, dari acara tersebut kami juga dapat memperluas jaringan dengan orang-orang yang secara langsung bekerja di research and development dalam industri otomotif, sebuah kesempatan yang jarang ditemui di Indonesia. Highlight dari kegiatan tersebut tentunya adalah ketika kami diberi kesempatan untuk menjajal truk-truk Scania di test track facility mereka. Sungguh tak terbayang sebelumnya bahwa pengalaman pertama menyetir truk dan menyetir di Swedia akan terjadi secara bersamaan.
Berdasarkan pengalaman saya selama dua bulan dalam tim ini, banyak softskills yang dapat dituai. Selain ketepatan waktu yang jelas sangat dihargai di sini, respek terhadap tiap individu, dan keamanan kerja adalah adalah nilai- nilai yang selalu dipraktikkan. Sebagai contoh, setiap menggunakan alat machining seperti bor, gergaji, dan gerinda, setiap anggota harus meminta izin ke seluruh member yang ada di dalam garasi sehingga mereka tidak terkejut dan terganggu. Pengerjaan mesin harus selalu dilakukan dengan disertai perlengkapan perlindungan yang lengkap untuk menjamin keselamatan semua anggota yang terlibat.
Satu hal menarik yang muncul adalah ketiadaan rasa sungkan. Hal ini terasa karena tidak adanya budaya yang membatasi jarak hirarkis antara anggota baru dan senior. Terasa pula suasana diskusi yang terbuka karena tidak ada anggota baru yang minder karena merasa “kekurangan ilmu”. Contoh yang paling menggambarkan adalah ketika kami berkemas sebelum testing di suatu malam, beberapa anggota (termasuk saya) harus pulang terlebih dahulu karena berbagai alasan. Saya agak terkejut dengan respon para lead yang sangat memahami bahwa kami harus pulang sebelum larut malam. Terlebih lagi, ucapan apresiasi selalu diberikan kepada para anggota yang mau bekerja hingga larut – sebuah gestur yang sangat menunjukkan penghargaan kepada setiap individu. Budaya “pulang setelah bos pulang” tidak dikenal disini.
Bagaimana dengan hardskills? Selain keahlian spesifik sesuai dengan departemen yang dituju, bahasa adalah kemampuan yang menurut saya paling terasah di sini. Sebagai gambaran, ada 13 anggota dalam Mechanical Design dengan delapan anggota dari Swedia, satu dari Spanyol, tiga dari India, dan satu dari Indonesia. Dalam lingkungan seperti itu saya dipaksa untuk selalu menggunakan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Namun, jangan mengira bahwa skor speaking IELTS yang memuaskan sudah cukup untuk mampu menyampaikan konsep-konsep yang sulit dijelaskan. Sebagai contoh sederhana, dalam Bahasa Indonesia sehari-hari mungkin kita akan berkata,
“Tolong saat muter baut kunci L-nya harus tegak lurus supaya kepala bautnya gak cepet aus”. Kalimat sejenis itu tentunya tidak akan pernah disampaikan dalam speaking test IELTS atau kursus speaking mana pun. Lingkungan yang memaksa penggunaan Bahasa Inggris praktis seperti ini benar-benar mengasah kemampuan bahasa saya.
Menarik kan? Perlu diingat bahwa kami berkompetisi dalam kategori electric vehicle dan driverless vehicle. Teman-teman yang berlatar belakang elektroteknik dan computer science sangat ditunggu partisipasinya. Bahkan, teman-teman yang berlatar belakang social science pun dapat bergabung ke divisi marketing. Background mechanical tentunya tetap dibutuhkan dalam mendesain sistem kemudi, suspensi, chassis, dan lain-lain. Dari cerita saya di atas, sudah adakah yang tertarik untuk kuliah di Swedia dan menjadi teammate kami di masa depan?
Johan Aliabudi Yahya
Master Student in Vehicle Engineering
KTH Royal Institute of Technology