Don’t save Hajj for the old age! You don’t know the date of your appointment with the angel of death. – Dr. Bilal Philips
Salah satu benefit studi di luar negeri adalah adanya kesempatan naik haji lebih mudah. Yup, apalagi di Swedia yang islamnya di sini adalah minoritas, maka kesempatan untuk naik haji di sini begitu mudah, dikarenakan kuota dari pemerintah Saudi Arabia hampir tidak pernah penuh. Nah, alhamdulillah summer 2019 kemarin, mumpung juga bertepatan dengan libur, saya menunaikan ibadah haji dari Swedia. Tentu saja banyak yang bertanya-tanya, berapa biayanya, bagaimana caranya, lalu adakah tantangan dan kendalanya, dsb. Nah, insya Allah akan saya jelaskan melalui tulisan saya di sini.
Berapa Biayanya?
Kebetulan tahun 2019 ini biaya haji dari Swedia naik cukup signifikan, sebab biro haji saya menginformasikan bahwa pemerintah Arab Saudi menerapkan aturan baru terkait kenaikan pajak sekitar 10%. Oh ya biro haji saya bernama Hadj Omra Resor yang berbasis di Masjid Stockholm, (bisa di cek di sini http://www.hajj.se), dan mereka memang biro haji pertama di Swedia dengan pengalaman sudah lebih dari 30 tahun. Biaya untuk paket Express (2 minggu) adalah 41,900 Swedish Krona, belum termasuk vaksin meningitis (menveo vaccine) 700 krona, serta membayar dam domba (karena saya mengambil Haji Tamattu’), 1250 Swedish Krona. Jika kurs kan ke rupiah sekitar 65 juta, dan tentu belum termasuk beberapa perlengkapan haji yang lainnya (contoh koper, baju ihram cadangan, dst). Jangan dibayangkan juga seperti di Indonesia yang kita mendapat koper, baju batik, dst. Kemarin saya hanya mendapat pakain ihram, tas kecil yang berisi sajadah, tas pinggang, beberapa perlengkapan mandi, siwak, dzikir counter, dan perlengkapan kecil2 lainnya.
Kalau dilihat memang lebih mahal 2x lipat dengan biaya haji reguler dari Indonesia, namun dengan tanpa masa tunggu (saya mendaftar bulan April 2019), juga ketika melihat ONH Plus di Indonesia yang sekarang biayanya 150 juta, itu pun juga masih menunggu sekitar 5 tahun, maka sebenarnya tidak mahal-mahal amat. Bahkan menurut saya lebih murah, karena seakan kita “membeli waktu tunggu” di Indonesia yang saat ini sudah mencapai 25 tahun (untuk provinsi saya di Jawa Timur). Bayangkan jika langsung berangkat dari Indonesia, saya mendengar ada beberapa biro travel yang menawarkan langsung berangkat di tahun yang sama namun biayanya bisa 300 smpai 400 juta. Sehingga kalau dihitung Cost-Benefit Analysis nya, Insya Allah benefit-nya jauh lebih besar.
Tantangannya Apa Nih?
Soal tantangan sudah tentu yang pertama adalah masalah biaya apalagi berstatus sebagai mahasiswa di sini. Selama setahun saya saving 4000 – 5000 sebulan dari uang beasiswa yang saya dapatkan. Menahan keinginan untuk jalan-jalan, beli barang-barang, dst. Tapi semuanya insya Allah ga sia sia kok 😀
Kedua adalah masalah bahasa. Nah, agen di sini selama perjalanan memakai bahasa Swedia dan Arab saja. Tidak ada bahasa inggris. Namun semua ketua regu dan ketua rombongan bisa berbahasa inggris fasih, jadi teman-teman pro-aktif saja tanya ke mereka. Juga saya tertolong karena ada juga jamaah Indonesia yang berangkat dari Swedia. Beliau bekerja di sini dan fasih berbahasa Swedish. Akhirnya nempel terus sama beliau hehe.
Ketiga adalah masalah persiapan. Jangan dibayangkan kayak di Indonesia yak, di sini semua harus serba mandiri. Ga ada manasik haji yang latihan simulasi thawaf, dst, hanya ada pertemuan dan itupun mempraktikkan hal yang sangat basic. Nah, saran saya ya silahkan browsing aja di internet terkait fiqih haji, dan segala pengetahuan terkait itu. Soal detail persiapannya, buku2 yang saya baca, sama beberapa referensi di internet, bisa juga diintip di blog saya ya (www.mfaizs.com)
Persiapan Administrasi
Nah, terakhir ini saya kasih detailnya ya soal syarat administrasi yang dibutuhkan. Sebenarnya simpel buangeettt, nggak ribet kayak di Indonesia kok hehe.
- – Paspor (harus berlaku 6 bulan at least dari tanggal keberangkatan) & Foto Copy
- – Residence Permit (harus berlaku 6 bulan minimal dari tanggal keberangkatan) & Foto Copy
- – Pas foto terbaru 4×4 dengan background putih. Untuk ukuran dan jumlah bisa jadi berbeda ya setiap tahun ketentuannya. Kalau waktu tahun 2019 ini saya hanya butuh 2 lembar foto.
- – Vaksin Meningitis. Untuk vaksin ini bisa dilakukan di SVEA Vaccine. Biayanya 700 krona untuk sekali vaksin. Nanti teman-teman akan dapat sertifikat vaksin buku berwarna kuning yang menandakan sudah vaksin. Nah ini langsung di staples di paspor saja ya sebelum diberikan ke agen, di staples di bagian belakangnya. Jangan lupa di scan atau di fotocopy.
- – Formulir yang harus diisi untuk pembuatan visa.
- – Jangan lupa kalau sudah menikah maka persiapkan juga buku nikah, foto copy nya yang sudah di legalisir.
- – Surat pernyataan mahram.
Nah untuk perempuan yang akan berhaji tetapi tidak didampingi oleh mahramnya. Salah seorang teman saya, seorang perempuan, berhaji dari Inggris juga menggunakan surat tersebut dalam tanda kutip dipersaudarakan dengan orang Indonesia lainnya yang membawa mahram, sehingga bisa untuk membuat visanya. Saya juga sudah menanyakan ke biro travel hajj.se, dan mekanisme ini bisa digunakan juga di sini.
Oh ya pastikan kesemua file discan dan diupload di drive juga ya, soalnya kadang waktu di Makkah / Madinah ini dibutuhkan. Juga waktu itu saya simpan di hp juga, biar gampang kalau sewaktu2 membutuhkan.
Terakhir, saya doakan semoga yang membaca ini bisa tergerak untuk berhaji dari sini. Percaya deh, ga ada ibadah yang bisa ngegantiin feel-nya berhaji (ga tau ya kalau ibadah nikah :p).
Kalau ada pertanyaan jangan sungkan-sungkan kontak saya yaaak 🙂
Mushonnifun Faiz Sugihartanto
M.Sc. Logistics and Supply Chain Management
Lund University
Editor: Ria Ratna Sari