Bicara tentang aktivitas mahasiswa Indonesia di luar negri tentunya tidak hanya belajar dan terlibat dalam organisasi dong pastinya, hal lain yang juga tentunya menarik yaitu tentang membawa dan memperkenalkan budaya Indonesia yang terbawa dalam citra diri tiap-tiap mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi nya di luar negri. Sebagai orang yang memiliki kebanggaan tersendiri sebagai orang Indonesia, kesempatan belajar di Swedia ini saya gunakan tidak hanya untuk mendapat ilmu sebanyak-banyaknya dan memperluas networking, akan tetapi juga untuk berkontribusi membuat nama Indonesia semakin menarik di mata dunia. Hal-hal kecil yang biasa saya lakukan untuk membuat orang mengenal Indonesia dimulai dari memperkenalkan ciri khas masakan Indonesia, tidak jarang pula saya mengajak beberapa teman-teman internasional untuk menikmati santapan makanan khas Indonesia di suatu restauran Indonesia di Gothenburg ( salah satu kota di Swedia dimana saat ini saya sedang belajar dan tinggal ). Di sisi lain, saya juga mendapatkan kesempatan yang cukup menarik untuk memperkenalkan budaya Indonesia yaitu melalui tarian. Pada tanggal 6 Desember 2019, saya bersama sebelas mahasiswa PPI Gothenburg 2019 berkesempatan untuk tampil menari dalam suatu acara untuk menyambut perayaan Santa Lucia yang di selenggarakan oleh salah satu organisasi pemerintah di Gothenburg. Acara ini adalah acara privat namun bisa dikatakan cukup besar karena tamu yang hadir kurang lebih 200 orang.
Kalian pasti penasaran kok bisa mahasiswa tahun pertama bisa terlibat dalam acara pemerintah lokal ??? Nah, disini saya akan mulai bercerita lebih panjang kali lebar hihihi tapi tenang teman-teman, jangan khawatir yaaa karena ini tidak akan sepanjang jurnal akademik yang biasa menjadi makanan sehari-hari mahasiswa Indonesia di Swedia hahaha. Jadi, komunitas mahasiswa Indonesia di Gothenburg menjalin relasi yang cukup baik dengan komunitas penduduk Indonesia yang tinggal di Swedia a.k.a Foreningen. Silaturahmi dengan penduduk Indonesia merupakan hal yang menurut saya yang sangat penting untuk dilakukan karena kita dapat menambah keluarga baru. Selain itu, dengan keberadaan penduduk Indonesia yang sudah lebih lama tinggal di Swedia yang juga sudah pasti kenyang dengan pengalaman tentang cerita hidup di Swedia, mereka bisa menjadi tempat mahasiswa Indonesia bercerita, bertukar pikiran, dan meminta saran.
Jadi, kesempatan untuk tampil di acara penduduk lokal tersebut didapatkan karena ada salah satu penduduk Indonesia yang bekerja di organisasi tersebut. Beliau berinisiatif untuk mengisi acara tersebut dengan menampilkan tarian Indonesia. Saat beliau memberitahu dan mengajak mahasiswa untuk ikut serta berpartisipasi tentunya saya menyambutnya dengan sangat excited. Karena ini merupakan salah satu hal yang sangat ingin dilakukan dalam usaha saya untuk memperkenalkan budaya Indonesia.
Latihan tari dilakukan seminggu sekali setiap sabtu sore selama tiga jam. Weekend dipilih menjadi waktu untuk latihan karena mempertimbangkan kesibukan mahasiswa Indonesia yang penuh dengan aktivitas akademik selama weekday dan juga penduduk Indonesia yang mayoritas juga bekerja selama weekday. Hal menarik lain selama latihan menari yaitu penduduk Indonesia selalu membawakan makanan Indonesia yang menjadi snack selama latihan, yang tentunya membuat niat latihan semakin tinggi haha. Karena moto mahasiswa di sini adalah “ tidak bisa bilang tidak jika ada makanan Indonesia “. Latihan berlangsung selama dua bulan sebelum akhirnya kami tampil. Selama proses latihan, kami berlatih menarikan beberapa jenis tarian, namun kami memutuskan untuk menarikan satu tarian untuk di tampilkan di acara tersebut yaitu “ Maumere “. Bagi orang Indonesia, tarian ini pasti sangat familiar di telinga kita karena ini adalah tarian sejuta umat, ditarikan dimana saja mulai dari senam bersama dan pastinya tarian wajib di setiap pesta pernikahan. Alasan dibalik terpilihnya tarian ini adalah tarian ini lumayan sederhana untuk diikuti dan ditarikan bersama sama dengan orang-orang bahkan bagi mereka yang baru melihat tarian ini pertama kali. Tujuan utamanya yaitu mengajak penduduk lokal untuk ikut serta menari bersama sehingga mereka akan lebih familiar dengan lagu dan gerakan tarian tersebut. Ketika mereka familiar dengan hal-hal tersebut, tentu itu akan mudah membekas di ingatan mereka.
Saat tampil, para penari memakai baju khas Indonesia. Bagi perempuan memakai kebaya dan dihiasi aksesoris ginang, bagi yang laki-laki memakai kain khas Indonesia yang dililitkan di luar celana dasar. Ahhhh rasanya bangga sekali memakai baju khas Indonesia di salah satu acara penting tersebut, tidak pernah sebelumnya merasa sebangga ini dengan hanya memakai baju khas Indonesia.
Benar saja, saat dimana kami menari kami meilihat wajah-wajah antusias para penonton. Begitu banyak juga yang merekam tarian yang kami tarikan. Pada saat kami selesai tampil, penonton meminta kami menarikan nya lagi dan itu lah saat dimana kami mengajak penonton bersama-sama menari Maumere. Lima menit terasa begitu cepat akan tetapi sangat membekas di benak saya karena di empat bulan pertama hidup di Swedia, saya telah melakukan hal yang memang ada dalam di list sebelum saya ke Swedia.
Tidak akan behenti sampai disini, PPI Gothenburg masih akan terus mempersiapkan diri untuk acara Budaya Indonesia yang lebih besar lagi yang akan diselenggarakan di bulan April tahun 2020 tentunya dengan lebih banyak variasi tarian dan partisipasi yang lebih besar lagi dari seluruh mahasiswa dan mahasiswi PPI Gothenburg. I’ll see you in another fascinating story of my experience introducing Indonesian Culture to the world.
Citra Janiencia Setiani
Master of Accounting and Financial Management Program
Handelshögskolan Göteborg
Editor: Ria Ratna Sari