Halo! Apakabar?
Suatu sapaan yang tidak umum didengar ketika kita berada di Lycksele. Lycksele adalah kota kecil di utara Swedia dan berada di regional Lappland. Kami berangkat dari Umeå menggunakan mobil pribadi teman kita untuk ke Lycksele. Waktu yang ditempuh sekitar 2 jam dengan jarak dari Umeå, atau sekitar 140 KM. Sepanjang perjalanan kami melewati beberapa kota kecil sekitaran regional Västerbotten seperti Vännäs dan Granö.
Lycksele terkenal dengan sekolah Samiyang didirikan pada tahun 1634. Pada saat kita sampai di Lycksele, kita akan disambut dengan Rumah Sami yang terletak di sebrang Sungai Umeälven. Rumah Sami tersebut adalah Restoran Lapppkåtan yang masih menjadi bagian dari Hotel Lappland. Udara pada saat itu hujan salju lebat (seperti biasanya, kami di Utara di Swedia menikmati salju lebih dari 6 bulan).
(Lappkåtan. Photo. Source Private Documentation from Puspita Soebijantoro)
Kami tiba di Lycksele sekitar pukul 10 pagi. Waktu yang pas untuk istirahat dan menikmati brunch, bukan? Kalau kalian ke Lycksele, wajib ke Budhas Kaffeerosteri. Kami menuju Budhas Kaffeerosteri yang dimana, Kafe tersebut milik teman Indonesia kita yaitu Mas Budha. Beliau sudah tinggal di Swedia lebih dari 15 tahun dan menggeluti usaha di bidang Kopi. Untuk bisa menjadi ahli di bidang Kopi, Mas Budha sudah mengikuti beberapa kompetisi Kopi dan di tahun 2017 Budhas Kaffeerosteri menjadi Årets Kaffebar berdasarkan White Guide Cafe 2017. Keren ya?
Pada saat kita tiba, kita disambut dengan ramah tama ala Indonesia. Kapan lagi ya di Lycksele bisa bercengkrama, bercanda dengan segelas Kopi menggunakan Bahasa Indonesia? Di dalam kafenya ditata sangat comfy dan rustic dengan beberapa pernak-pernik Indonesia dan Swedia. Oh ya, di Kafe ini semua produknya Organik lho!
(Mas Budha yang sedang membuat Espresso. Beliau memakai Batik, Lho ! Photo. Source Private Documentation from Olivi Silalahi)
Saya memesan Dirty Chai yaitu Chai Tea Latte yang dicampur dengan segelas Espresso. Sebagai penyuka kopi, saya menikmati sekali kopi ini. Selain itu, saya diberi tester jenis Kopi Suke Quto yang berasal dari Ethiopia yang rasanya light dan fruity. Selain kopi, Sandwhich dan makanan manis pendamping Fika pun dijual seperti Kanelbulle, Appelpaj, Pecannötterpaj, Citronbiskvit, dan lainnya. Saya memilih untuk mencoba Vegomacka yaitu Wrap yang dibuat dari Tunnbröd atau roti tipis yang diisi oleh Homemade Hummus yang dibuat oleh istrinya Mas Budha, acar kol ungu, toge, dan tentunya Västerbottenost.
Setelah kami menikmati Brunch, kita berjalan mengelilingi pusat kota Lycksele yang tidak terlalu besar. Lalu kami menemukan sesuatu menarik, yaitu Sparka. Kita menggunakan Sparka untuk bermain di atas sungai. Yak, benar sekali di atas sungai. Sungai di Lycksele masih beku dan kita bisa berjalan di atas sungai tersebut.
(Sparka och Sparkering Photo. Source Private Documentation from Puspita Soebijantoro)
Setelah berkeliling dan bermain Sparka kami berkunjung ke rumah salah satu teman dan beristirahat sejenak. Walaupun kota Lycksele kecil, kami merasakan kehangatan dari orang-orang disini. Mereka mengenal satu sama lain seperti tetangga. Kami berterimakasih pada teman kami yang sudah mau mengajak kita mengunjungi Lyckesele. Kapan lagi gak sih?
Sejenak istirahat dari rutinitas sekolah dan menulis thesis. Waktunya kembali ke rutinitas.
Sekian sharing dari saya. Yuk main ke utara!
/Puspita H Soebijantoro