Tjena allihopa!
Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya kepada teman-teman mengenai serunya mengikuti Buddy program yang dibuat oleh setiap universitas di Swedia, khususnya di kampus saya Linnaeus University, Växjö. Buddy program adalah sebuah platform dimana teman-teman dapat mendaftar untuk mencari Buddy (search a Buddy) ataupun menjadi Buddy (Become a Buddy), nantinya teman-teman pasti akan mendapatkan Buddy dari manca negara. Pencarian Buddy biasanya ditujukan kepada pelajar yang baru tiba di Swedia yang masih memerlukan tips terkait cara belajar, tips beberlanja, cara membooking laundry, cara meminjam buku, dan masih banyak hal lagi. Sedangkan untuk menjadi Buddy, setidaknya kamu harus sudah menempuh studi selama satu tahun di Linnaeus University. Dengan menjadi Buddy, pelajar tersebut dapat memberi tips, hang out dengan buddy-nya (pelajar baru), dan hal-hal seru lainnya. Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan pengalaman saya ketika mencari Buddy dan menjadi Buddy, serta keuntungan dari program ini bagi pelajar yang berkuliah di Swedia, khususnya Linnaeus University.
Mencari Buddy
Pada tahun pertama, saya adalah satu-satunya orang Indonesia yang berkuliah di Linnaeus University, Växjö. Sehingga, saya sering dirundungi oleh kesepian dan rasa rindu terhadap keluarga dan tanah air setiap waktu. Sekitar 3 bulan selanjutnya, saya mulai mengetahui adanya platform Buddy program yang disebarkan melalui Homepage Facebook milik kampus. Kemudian saya mendaftarkan diri untuk program tersebut untuk mencari seorang buddy. Langkahnya cukup mudah, hanya dengan mengisi form. Hal yang menarik selama pendaftaran, saya dapat mengisi preferensi buddy yang saya inginkan, misalnya saya ingin memiliki buddy seorang perempuan dengan hobby membaca buku dan memasak dan dari negara bagian benua Afrika. Setelah menunggu 1 minggu, akhirnya saya dihubungi oleh buddy saya dan kami memutuskan untuk memulai perkenalan kami dengan Fika bersama. Semenjak kami bertemu, kami menjadi begitu akrab, nama buddy saya adalah Ruth dan ia berasal dari Congo. Kami sering menghabiskan waktu berakhir pekan bersama seperti menonton film, membuat taco, dan pergi ke gereja bersama. Ditambah lagi saya juga belajar bahasa Swedia dari Ruth karena ia sudah tinggal sekitar 10 tahun di Swedia. Bahkan, saya sempat berkunjung ke rumah keluarganya di Stockholm pada liburan musim panas tahun lalu. Hingga saat ini kami masih sering berkomunikasi satu sama lain, walaupun kami tengah sibuk dengan thesis masing-masing.
Menjadi Buddy
Pada tahun kedua saya memutuskan untuk mengikuti program untuk menjadi buddy, karena saya merasakan banyak manfaat dan pertolongan oleh Ruth, buddy saya terdahulu. Saya ingin setidaknya bisa menolong teman-teman baru yang juga memiliki kesulitan ketika baru pertama kali tiba di Swedia. Tidak disangka ternyata saya terkoneksi dengan 4 pelajar, yaitu: Albert dari Taiwan, Jisu dari Korea Selatan, Moon dari Korea Selatan, dan Momoka dari Jepang. Saya sudah mulai berkomunikasi dengan mereka bahkan sebelum mereka sampai di Swedia. Saya memberikan berbagai macam tips terkait hal apa saja yang penting dibawa dan hal yang nantinya bisa dibeli di Växjö. Ketika mereka tiba, saya membantu mereka untuk berbelanja makanan, membeli sejumlah baju musim dingin dan perabotan lainnya, dan membeli kartu transportasi. Tidak lupa saya mengajak mereka untuk berkeliling kampus Linnaeus yang sangat luas dan juga kota Växjö. Setiap minggunya kami selalu meluangkan waktu untuk masak bersama. Biasanya saya akan masak makanan Indonesia dan mereka akan memasak makanan dari negara asal mereka. Banyak hal-hal seru lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Namun, untuk saat ini kami tidak bisa bertemu secara langsung untuk mencegah wabah pandemi COVID-19 menyebar di lingkungan kampus kami dan Växjö. Stay safe everyone! ☺
Keuntungan mengikuti Buddy Program
Bagi saya mengikuti program ini memberi banyak manfaat dan keuntungan bagi saya dan juga buddy saya (mutual relationship). Kami belajar satu sama lain mengenai banyak hal seperti budaya, bahasa, tips dan trik, cara memasak makanan khas daerah masing-masing, dan sebagainya. Terlebih lagi program ini sangat cocok bagi saya yang ingin merasakan pengalaman bersosialisasi dengan teman-teman dari manca negara. Pengalaman tersebut tidak akan dilupakan dan tidak bisa didapat ketika menempuh studi di Indonesia. Melalui program ini saya tidak lagi melalui suka duka saya sendirian, melainkan ada buddy saya yang selalu mendukung saya, begitu juga sebaliknya. Teringat saya tengah putus asa dengan tugas saya yang tak kunjung selesai, selalu ada Ruth, Momoka, Albert, Jisu, dan Moon yang selalu menyemangati saya, membuatkan saya kue, dan bercanda dengan saya. Jika suatu saat kami akan berpisah karena telah usai menempuh studi kami, saya memiliki alasan untuk traveling ke Congo, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Karena saya akan bertemu dengan mereka disana ☺.
Sekian dari pengalaman saya mengenai Buddy Program, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian sudah atau berminat mendaftar Buddy Program di kampus kalian? Hej då!
Ester Lisnati Jayadi
Linnaeus University, Växjö
Business Process Control and Supply Chain Management, Fronts in Logistics
Editor: Ria Ratna Sari
1 thought on “Serunya mengikuti Buddy Program di Linnaeus University”