Hej, allihopa! Jag saknar er! (Halo semuanya, aku kangen teman-teman!) Senang bisa ada kesempatan untuk nulis lagi untuk blog PPI Swedia. Kali ini aku mau membagikan pengalaman serunya mengambil elective course ke universitas lain di Swedia.
Sebagai mahasiswi PhD, aku harus memenuhi credit course sebanyak 90 credits. Jadi, pada dua tahun pertama ini, aku diberi kesempatan untuk belajar dan meraih ilmu secara mendalam pada topik-topik yang aku minati. Akan tetapi, aku terkendala karena ternyata topik-topik yang ku minati belum disediakan di Linnaeus University. Akhirnya, aku memutuskan untuk berkonsultasi dengan teman-teman PhD-ku dan juga supervisor-ku. Mereka bilang bahwa sangat memungkinkan kok untuk mengambil elective course di universitas lain. Singkat kata, aku mencari informasi terkait course yang ada di luar kampusku dan menemukan beberapa opsi.
Opsi-opsi tersebut benar-benar sangat menarik dan sesuai dengan minatku. Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil beberapa elective courses yang disediakan oleh Lund University. Alasan utamaku memilih belajar di Lund University karena lokasi kota Lund yang lumayan terjangkau dari kotaku, yaitu sekitar 2-2,5 jam dengan kereta. Selain itu, dosen-dosen yang mengajar adalah peneliti yang terkenal di bidang yang berkaitan dengan topikku, yaitu humanitarian logistics and supply chain management. Jadi, aku semakin yakin kalau aku akan mendapatkan banyak ilmu ketika belajar di Lund University.
Pemandangan indah dalam perjalan kereta dari Växjö menuju Lund (Sumber: dokumentasi pribadi)
Aku sempat bingung bagaimana caranya bisa mendaftarkan diri untuk belajar course yang aku minati. Atas saran dari beberapa teman-teman PhD-ku, aku memutuskan untuk approach course coordinator di Disaster Risk Management and Climate Change Adaptation, Lund University. Course coordinator-nya sangat ramah dan mengarahkanku langsung ke administrator untuk melakukan pendaftaran. Jadi, untuk melakukan pendaftaran mereka perlu akses nilai dan credit-ku di Ladok dan mengisi formulir yang mereka kirimkan melalui e-mail. Dalam formulir tersebut, aku harus meminta izin dari supervisor dan head of department-ku untuk menempuh studi di Lund University.
Elective course pertamaku adalah societal resilience, yang berkaitan dengan bagaimana masyarakat, pemerintah, dan organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana dapat bekerja sama untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana alam dan non-alam, serta bagaimana mereka bisa menanggulangi bencana-bencana tersebut dan tetap berkembang. Misalnya, ketika ada bencana banjir di sebuah kota, mereka sudah memiliki persiapan, misalnya membuat mesin drainase yang baik dan membeli perlengkapan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi banjir. Setelah banjir sudah surut, mereka dapat bekerja sama untuk menormalisasi sungai dan menanam pohon. Wah menarik banget! Ternyata dengan meningkatkan societal resilience, kita juga bisa meningkatkan sustainability baik terhadap perekonomian suatu daerah, lingkungan yang hijau, dan juga solidaritas masyarakat untuk gotong royong membangun komunitas yang tahan bencana.
Aku belajar banyak hal tidak saja dari materi dan juga kelas yang diberikan oleh dosenku. Aku juga belajar melalui simulasi, studi kasus, dan bahkan melalui documentary movies, contohnya “Trouble the water” dan “Nou Bouke” (Kalau teman-teman suka film documentary yang berbau sosial, aku rekomendasikan dua judul tersebut). Tidak lupa, aku benar-benar merasa bersyukur karena banyak teman-teman di kelasku, total kami semua yang sedang menempuh course ini adalah 60 orang. Mereka dari berbagai negara (contoh: Kanada, Rusia, Turki, Belanda, Kroasia, Jepang, dan Denmark), latar belakang, pengalaman kerja (contoh: United Nations, Unicef), dan universitas lain (contoh: Ecole Centrale de Nantes) yang saling berbagi pengetahuan terkait kompleksnya pencegahan, penanganan, dan pemulihan bencana alam. Misalnya, Thibault mahasiswa pertukaran pelajar, dari universitas di Prancis. Ia berasal dari jurusan environment policy, jadi ketika kami berdiskusi dengan teman-teman lain, ia selalu memberikan perspektif dari pihak pemerintah yang bertanggung jawab dalam membuat dan mengubah kebijakan. Atau juga dengan Erik mahasiswa safety engineering dari Engineering department, Lund University. Dia sangat ahli dalam perhitungan terkait tingkat keamanan suatu infrastruktur dan bagaimana cara penangangan kondisi darurat tertentu.
Hasil brainstorming dalam sebuah grup diskusi dan kami presentasikan bersama di kelas. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Another great experience, aku berpartisipasi dalam course kedua yang masih erat kaitannya dengan societal resilience, yaitu capacity development. Disini aku dituntut untuk dapat bekerja sama dalam tim untuk membuat proyek program pengembangan untuk negara di Zimbabwe. Negara Zimbabwe memiliki permasalahan terkait dengan perubahan iklim yang ekstrim dan menyebabkan masyarakat Zimbabwe mengalami kesulitan untuk bercocok tanam dan mendapatkan makananan pokok. Kami mengusulkan untuk mengembangkan platform untuk pemerintah dan petani yang mempermudah pengumpulan dan pengolahan data terkait perubahan iklim sepanjang waktu. Jadi, pemerintah dan petani dapat memiliki gambaran mengenai curah hujan dan kemungkinan adanya bencana alam (contoh: banjir dan kekeringan) terhadap kesiapan penyimpanan pangan dan tanaman apa yang cocok ditanam dalam waktu tertentu. Selain itu, kami juga mengusulkan untuk melakukan pelatihan mengenai penggunaan dan perawatan platform tersebut, supaya dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama dan berdampak pada sustainable food security. Di akhir dari sesi proyek kami, kami mempresentasikan dan mempromosikan ide proyek kami kepada teman-teman dan juga dosen yang berperan sebagai pihak eksternal (misalnya: donatur, Unicef, dan sebagainya). Setelah sesi presentasi dan promosi, pihak eksternal memberikan tanggapan dan masukkan terhadap ide proyek kami, dan memutuskan apakah ide kami dapat dieksekusi di negara Zimbabwe. Seru bukan? Kami benar-benar belajar mengimplementasikan ilmu yang kami dapatkan dalam studi kasus secara real. Aku benar-benar bersyukur dapat belajar banyak hal dalam capacity development course.
Akhir kata, untuk teman-teman PPI Swedia yang mungkin saat ini lagi galau dalam memilih elective courses yang teman-teman minati belum tersedia di universitas tempat studi saat ini, teman-teman bisa berkonsultasi kepada supervisor dan course coordinator. Also, teman-teman bisa loh melihat opsi di universitas Swedia di kota lain. Proses pendaftaran untuk belajar di universitas di Swedia lain sangat mudah karena sudah terintegrasi di Ladok, jadi teman-teman tidak perlu khawatir. Dan hal yang paling penting, teman-teman akan mendapatkan kesempatan dan pengalaman baru ketika kuliah di universitas di Swedia di kota lain, dari jalan-jalan di kota baru, budaya belajar baru, teman-teman baru, dan tentunya ilmu baru. Tidak lupa, buat teman-teman yang tidak sedang berkuliah di Swedia, semangat ya! Semoga cita-cita teman-teman bisa tercapai untuk berkuliah di Swedia, maupun negara lainnya. Ditunggu kedatangan teman-teman disini. Lycka till! (Good luck!).
P.S: Yang mau mampir Växjö, berkabar yak, nanti ku jemput dan kuajak jalan-jalan, makan-makan, dan fika dan yang masih banyak pertanyaan, boleh banget DM IG ku.
Ester Lisnati
PhD student in Logistics and Supply Chain Management
Accounting and Logistics Department
School of Business and Economics
Linnaeus University, Växjö
IG: ester_lisnati