Oleh : Bintang Bergas Cendekia
Stockholm is a state of minds. Itulah kalimat pertama mengenai Stockholm yang saya temui pertama kali. Kalimat yang tertulis pada acara penyambutan para mahasiswa asing yang datang untuk melanjutkan studi di Stockholm tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Sebuah kalimat lugas, sederhana, namun penuh makna.
A state of minds bila diartikan ke bahasa berarti “sebuah negara pikiran”. Pertama kali saya membacanya saya langsung mengaitkannya dengan Nobel Prize yang dicetuskan dan hingga kini rutin diselengarakan di negara ini. Mungkinkah ini berarti Swedia adalah negara pikiran yang sangat menghargai inovasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan hingga mereka sangat bangga dengan julukan Nobel Prize country? Berbagai asumsi atas pertanyaan itu terus terlontar sepanjang perjalanan saya menuju kampus untuk pertama kalinya. Hingga akhirnya, hari demi hari, yang saya jalani di kota ini membuka tabir makna sebenarnya dari “state of minds”.
Swedia memang negara yang sangat menghargai inovasi. Fakta ini sebenarnya sudah saya ketahui sebelum berangkat ke sini. Sistem pendidikan Swedia sepertinya sangat percaya diri untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai bidangnya, tetapi juga inovatif. Hal ini terlihat pada tujuan program studi yang tertulis di website maupun di kurikulum setiap program studi. Segala macam ide, pikiran, dan pengetahuan sepertinya menjadi modal yang dipercaya telah membentuk Swedia saat ini, sebagai salah satu negara maju di Eropa.
Makna di balik state of minds juga dapat diliihat dari jumlah universitas, tepatnya 18 universitas, yang tersebar di Stockholm. Jumlah yang lebih dari cukup untuk merepresentasikan betapa sibuknya kota ini dengan aktivitas perkuliahan, penelitian, maupun kegiatan akademik lainnya. Belum lagi ditambah dengan fakta jumlah mahasiswa yang mencapai lebih dari 100.000 orang, atau sekitar sekitar 1/9 dari keseluruhan penduduk Stockholm, yang semakin menegaskan dominasi akademisi di kota ini.
Aktivitas Research and Development (R&D) yang marak juga turut mengokohkan slogan Stockholm sebagai “state of minds”. Yang menarik, dorongan untuk melakukan riset tak hanya dipicu oleh aktivitas rutin universitas. Pihak industri di sini pun telah menjadikan riset sebagai kebutuhan untuk dapat bertahan dalam persaingan maupun perkembangan industri. Pernah dalam suatu kesempatan dosen saya dengan bangga menjelaskan kurikulum mata kuliahnya yang sudah didesain sedemikian rupa agar mahasiswa tak hanya mendapatkan teori, namun juga pengalaman atau studi kasus yang dipelajari langsung dari industri terkait. Singkatnya, kolaborasi universitas-industri dalam aktivitas R&D sudah sangat erat terjalin. Bahkan hampir semua website industri di Swedia memiliki laman khusus untuk berkolaborasi dengan para mahasiswa dalam aktivitas penelitian tesis, internship, ataupun summer job.
Satu hal lainnya yang membuat saya terkesan adalah kecintaan masyarakat Swedia yang begitu besar terhadap buku. Hal ini terlihat dari kebiasaan membaca yang sangat kental pada masyarakatnya. Di kota ini kita akan sering menjumpai orang-orang yang mengisi waktu senggangnya ketika dalam perjalanan di kereta atau bis dengan membaca. Tak heran apabila Stockholm memiliki banyak perpustakaan yang hampir tak pernah sepi dari pengunjung. Total ada sekitar 50 perputakaan yang nyaman dan memiliki koleksi buku berlimpah tersebar di penjuru kota. Mulai dari kalangan tua dan muda ramai berkunjung untuk membaca, atau sekadar belajar di tempat ini. Bahkan di beberapa perpustakaan juga disediakan tempat khusus untuk pengunjung anak-anak, yang tentunya dapat merangsang minat baca mereka sedari kecil. Tak hanya itu, toko second hand pun selalu ramai dikunjungi orang-orang yang mencari buku bekas. Suatu fenomena yang tidak mudah dijumpai di negara lain.
Pikiran, ide, ataupun opini, mulai dari yang “nyeleneh” hingga yang realistis menjadi hal yang sangat berharga di sini. Seringkali dalam perkuliahan kita dilatih untuk berpikir kritis dan melakukan “brainstorming” untuk mencari solusi dari studi kasus yang menjadi bahasan di perkuliahan. Tak heran ada begitu banyak kompetisi yang “sekadar” memperlombakan ide para pesertanya. Suatu hal yang menandakan Stockholm sebagai Ibukota yang merepresentasikan Swedia, menjadi salah satu inisiator dalam mencetuskan dan menyebarkan ide ke seluruh dunia. Stockholm, is really a state of minds!