Sudah hampir 3 minggu saya dan keluarga berada di Swedia semenjak kedatangan kami pada tanggal 20 Agustus 2019. Perkuliahanpun sudah dimulai selama seminggu. Dalam tulisan ini, saya akan berbagi tentang bagaimana kuliah di Swedia dengan membawa keluarga termasuk bayi. Saya akan menceritakan tantangan dan tentunya dilengkapi dengan tips dan trik untuk menghadapinya.
Untuk memulai perkuliahan yang jauh di utara bumi, saya bersyukur didampingi oleh support system saya, yaitu isteri dan bayi kami yang masih berumur 6 bulan. Tantangan demi tantangan dimulai semenjak datang ke Swedia.
Tantangan pertama adalah apply Residence Permit untuk saya dan keluarga di migrationsverket.se secara online. Kalian bisa cek detailnya di website nya PPI Swedia yang membahasa tentang ini. Tidak seperti yang dibayangkan, saya apply agak terlambat di akhir Mei sebelum libur lebaran, dan ternyata disetujui cuma dalam waktu 2 minggu, mudah sekali kan. Jadi jangan sampai yang sudah berkeluarga mengurungkan niat hanya karena memikirkan betapa ribet proses administrasinya. Jujur, saya baru sadar proses setiap administrasi di negara Swedia ini sangat sederhana dan tidak ribet sama sekali.
Tantangan kedua pastinya berburu tiket pesawat dari Indonesia ke Swedia yang sudah pasti sangat tidak ramah di kantong. Tips pertama yang bisa ditiru buat teman-teman yang membawa keluarga seperti saya adalah buat kartu ISIC, semacam kartu pelajar yang berlaku international dan bisa menawarkan diskon tiket pesawat yang cukup besar. Kita bisa mendapatkan tiket dengan harga 50-60% dari harga tiket seharusnya. Beberapa maskapai yang menyediakan tiket murah untuk pelajar yaitu seperti Qatar Airways, Etihad, Emirates, Cathay, dan lain-lain. Tips kedua, kalau kita membeli tiket melalui STA Travel Indonesia, harga tiket pasangan disesuaikan dengan harga tiket kita sebagai pelajar.
Tantangan ketiga adalah bagaimana mengatur sedemikian rupa bawaan kita agar tidak melebihi maksimal bagasi. Saya sendiri naik Qatar Airways mendapatkan total bagasi sebesar 70kg, masing-masing 30 kg bagasi untuk saya dan istri, dan 10 kg untuk infant. Kami juga mendapatkan max 7 kg per orang untuk tas di kabin. Meskipun 70kg cukup besar, tetapi untuk ukuran hidup dua tahun di Swedia, kami tetap harus memilah-milah barang yang perlu dibawa. Tidak mungkin bouncer, ember, playmat bayi dan baby chair kita bawa. Tapi tenang, stroller dihitung sebagai bagasi spesial dan itu free, kita bisa gunakan sampai boarding room saja selanjutnya stroller akan disimpan oleh crew pesawat, diberikan cover plastik dan disimpan di bagasi. Setelah kami sampai disini, kami baru bisa tahu mana saja yang sebenarnya perlu dibawa dan mana yang tidak setelah belajar dari pengalaman. Tips ketiga untuk yang membawa bayi, siapkan 1 koper cabin untuk semua keperluan bayi dan 1 tas bayi untuk segala hal terkait makanan, peralatan susu bayi, dan popok bayi. Sedangkan 1 koper besar yang masuk bagasi, pastikan dua per tiga nya kita isi semua untuk makanan atau minuman favorite seperti mie instan, rendang, bawang goreng, bumbu racik instan, teri kacang, kentang dan lain-lain yang bisa membuat kita bertahan hidup selama paling tidak 2 minggu – 1 bulan pertama di Swedia. Sisa nya baru untuk baju kita, pasangan dan bayi/anak. Pastikan membawa obat-obatan juga karena disini mahal. Jadi, lebih baik beli obat-obatan generik di Indonesia saja. Tips terakhir untuk yang membawa bayi adalah pakaikan ear muff ke bayi masing-masing 15 menit selama take off dan landing agar telinga bayi nyaman dan aman karena perubahan tekanan akibat perubahan ketinggian secara drastis.
Akhirnya sampai juga di bagian enak nya bisa saya ceritakan setelah saya tinggal sekitar 3 minggu di Swedia. Saya menemukan banyak perbedaan antara di Indonesia dan di Swedia dalam hal keramahan terhadap kaum special needs seperti orang tua, disabled, ibu hamil, ibu dengan bayi bahkan biker dan yang membawa hewan peliharaan. Di setiap bus selalu ada 2 space khusus yang bisa digunakan untuk yang berkebutuhan khusus di atas. Demikian juga di dalam kereta, bahkan tersedia gerbong khusus untuk mereka yang berkebutuhan. Di Swedia bahkan kita akan dengan mudah menemukan baby’s room di dalam toilet pria, agak geli sih sebenarnya, hahaha. Jangan lupakan juga trotoar di sini sangat ramah karena mulus dan selalu ada jalan landai untuk menghubungkan antara dua jalan yang beda ketinggian selain yang bentuknya tangga. Jadi jangan khawatir untuk jalan-jalan dengan stroller di semua fasilitas umum karena sangat aman dan nyaman banget.
Kiri :Simbol di pintu gerbong khusus kereta, Tengah : Toilet di Ikea Swedia, Kanan: Suasana gerbong khusus
O iya, jangan khawatir cari baju disini, saya beli beberapa di 2nd Hand Store untuk bayi saya dan murah cuma 45ribu rupiah per potong. Karena ini sudah mau musim gugur dan cuaca bakalan lebih dingin beberapa bulan kedepan, saya mencari beberapa baju agak tebal buat bayi saya. Di Swedia surganya barang bekas berkualitas baik ada di toko 2nd hand store atau bahkan di forum dan aplikasi jual beli di Facebook, Shpock, atau Tradera. Apalagi kalau mahasiswa senior sudah mau pulang kampung, sudah pasti banyak yang jual murah atau bahkan dihibahkan dengan cuma-cuma. Sedankan untuk membeli perlengkapan bayi yang baru seperti ember, baby chair, handuk bayi, dan lain-lain bisa ke IKEA ya, dan mostly harganya lebih murah dari harga di Indonesia.
(Kiri : Beli ember di IKEA, Tengah : Suasana di 2nd Hand Store Emmaus Malmo, Kanan : Pakaian bekas buat bayi)
Ternyata sudah panjang kali lebar kali tinggi ceritanya. Semoga ada kesempatan lagi untuk berbagi pengalaman buat bapak, ibu, teman yang mau sekolah di Swedia sambal membawa bayi atau anak-anak nya. Semoga bermanfaat ya teman-teman ?
Rhama Aditya Putra – Lund
Candidate MSc in Logistics and Supply Chain Management
Lund University
Halo Mas Rhama, saya sedang mendaftar PhD student di Stockholm University. Dari informasi yg saya dapatkan, PhD student akan menerima salary sebesar SEK 24,100/bulan. Kira-kira kalau untuk membawa keluarga jumlah ini apakah mencukupi? Mungkin bisa diberikan gambaran rata2 biaya hidup di sana berapa 🙂
Kemudian jika membawa anak usia SD, biaya sekolah di sana apakah gratis ya utk anak2?
Ditunggu infonya.. terima kasih banyak 😉