Swedia sepertinya menjadi negara yang kalah pamor sebagai tujuan studi lanjut diantara negara-negara maju lainnya. Salah satu alasannya adalah ranking universitas. Hanya sedikit universitas-universitas Swedia yang masuk dalam jajaran ranking 100 besar universitas dunia. Melanjutkan studi di kampus dengan ranking tinggi tentu akan memberikan banyak keuntungan. Di dunia kerja, status sebagai lulusan dari universitas top dunia akan memberikanmu “spotlight” di mata para employers.
Di Indonesia, bagi beberapa kalangan ranking universitas juga dianggap sebagai faktor penting dalam melihat kualitas akademik seseorang. Jika kamu ingin berkarir sebagai pengajar, beberapa universitas di Indonesia mensyaratkan pelamar merupakan lulusan dari universitas dengan ranking yang lebih tinggi dibanding universitas tersebut dalam proses seleksi dosen. Beberapa penyedia beasiswa dari Indonesia juga mensyaratkan admission di universitas-universitas ternama agar bisa disponsori studinya. Dua contoh situasi di atas menjadi alasan mengapa Swedia kurang diminati pelajar-pelajar Indonesia sebagai negara tujuan studi lanjut.
Menurut saya, sebenarnya pertimbangan memilih kampus lebih tergantung pada rencana karir yang kita miliki. Kuliah di universitas dengan ranking rendah tidak berarti menyurutkan peluang menjadi pengajar atau peneliti, juga tidak mengurangi kesempatan bekerja di manapun kita mau. Jika rencana karir kamu tidak menuntutmu untuk menjadi lulusan dari universitas dengan ranking yang tinggi, mengapa tidak mengambil kesempatan kuliah di universitas dengan ranking yang lebih rendah untuk mewujudkan rencana karirmu?
Terlebih lagi untuk studi doktoral, yang notabene studinya berafiliasi dengan satu laboratorium atau research group tertentu. Seringkali ranking universitas tidak mencerminkan kualitas masing-masing research group di sebuah universitas. Di mata pelajar yang mencari universitas tujuan studi lanjut, kadang research group yang baru dan belum menunjukkan riset-riset berkualitas bisa terangkat pamornya jika universitasnya punya ranking yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, kadang research group yang sudah mature dan terkenal dengan hasil riset yang baik akan tenggelam pamornya jika universitasnya punya ranking yang rendah. Di antara beberapa institusi pemeringkatan universitas, nampaknya pemeringkatan berdasar subjek studi lebih cocok untuk dijadikan rujukan awal dalam memulai mencari universitas tujuan studi yang tepat, seperti ranking yang dikeluarkan oleh Times Hgher Education (THE) – klik disini.
Selain itu, beberapa universitas memiliki akses terhadap fasilitas atau objek penelitian unik yang membuat penelitian dengan topic tertentu menjadi lebih mature, namun universitas tersebut tidak memiliki ranking yang tinggi. Contohnya, LTU-Kiruna yang terletak di dekat dengan Esrange Space Center di Kiruna. Esrange adalah sebuah rocket range dan research center yang didirikan oleh European Space Research Organization (ESRO). Dan LTU-Kiruna adalah salah satu dari sedikit universitas di dunia yang menawarkan program Master of Space Engineering.
Universitas-universitas di Swedia nampaknya tidak terlalu berambisi untuk meningkatkan rankingnya dari tahun ke tahun. Alih-alih serius meningkatkan rankingnya, karakteristik akademisi Swedia justru dituntut untuk mendapatkan grant untuk membiayai riset dan gaji mereka sendiri. Salah satu imbasnya adalah kolaborasi yang intens dan kuat antara universitas dengan industri, karena dana bisa berasal dari industri. Terlebih lagi, paradigma industri Swedia yang memberikan kepercayaan penuh pada hasil-hasil riset kampus sebagai salah satu kunci daya saing dan kemajuan perusahaan. Saya pun ketika awal datang ke Swedia sempat terheran dengan ritme kerja orang-orang Swedia. Mereka ini – orang swedia secara umum – kerjanya tidak keras, tidak pernah lembur, banyak fika-nya, banyak liburnya, tapi negaranya bisa maju dan kaya. Di kemudian hari saya pikir, kolaborasi antara universitas dan industri inilah salah satu kuncinya. Mereka bekerja dengan efektif. Negara menghargai inovasi untuk menopang kemajuan industrinya. Tema-tema riset yang diangkat seringkali merupakan masalah yang benar-benar dihadapi industri. Sehingga hasil riset pun benar-benar dinantikan oleh industri. Oleh karena itu pula, lebih banyak riset terapan dibandingkan riset fundamental. Hal ini juga mengurangi jumlah riset doktoral yang hasilnya sekedar berhenti jadi buku disertasi.
Kuliah di Swedia sendiri sebenarnya menawarkan kepada kita beragam hal yang lebih dari pendidikan berkualitas yang tercerminkan dari ranking kampus. Secara umum, universitas-universitas di Swedia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi dan merata. Swedia memiliki atmosfer pendidikan yang unik dengan kolaborasi yang kuat diantara akademisi, industri dan pemerintahan. Swedia juga menawarkan sistem sosial dan benefit sosial yang menguntungkan dan mungkin yang terbaik di dunia. Selain itu, di Swedia kamu juga akan merasakan work-life balance yang selalu diimpikan orang-orang Indonesia – setidaknya oleh saya sendiri 😀 . Swedia pun juga terbuka dengan pendatang yang ingin berkarir di sini. Di sini kamu bisa mendapatkan extensive residence permit sampai 6 bulan setelah lulus studi, yang merupakan peluang menarik jika kamu punya rencana karir bekerja di Swedia. Tidak banyak negara yang mau menawarkan kelonggaran seperti ini.
Di tulisan berikutnya, saya akan membahas lebih banyak mengenai kelebihan-kelebihan kuliah dan tinggal di Swedia sebagai seorang PhD student, yang sulit kamu dapatkan jika kuliah dan tinggal di negara lain. Tunggu ya!
Pertimbangan dalam mencari universitas
Berbicara mengenai memilih kampus untuk studi lanjut, khususnya doktoral yang mana penelitian menjadi tolok ukur utama studi, pertimbangan-pertimbangan lain yang menurut saya lebih penting dari ranking kampus tujuan, diantaranya:
- Maturity dari laboratory / research group
Maturity dari lab yang kita tuju bisa dilihat dari berapa lama lab tersebut berdiri dan seberapa produktif kualitas dan kuantitas riset yang dihasilkan. Jika ada lab yang relatif baru, maka kita bisa lihat kepakaran dari masing-masing anggota lab dalam topik riset yang diangkat oleh lab tersebut. Kita bisa baca-baca portofolio riset anggotanya
- Fasilitas / instrumen pendukung riset
Riset tentu membutuhkan fasilitas yang memadai untuk dijalankan. Fasilitas yang terbatas tentu mengakibatkan potensi pengembangan ide riset yang terbatas
- Network yang dimiliki research group
Network yang luas baik ke akademisi maupun ke industri merupakan cerminan bahwa research group yang kamu tuju mendapatkan kepercayaan atas produk-produk risetnya dari berbagai pihak.
- Dukungan finansial
Di manapun kamu kuliah, pastikan finansial untuk tuition fee, research fee, dan living cost terpenuhi. Jika kamu apply beasiswa, pastikan berapa besar dan apa saja komponen yang dibiayai. Besarnya saving, atau kecukupan dana bila bawa keluarga mungkin juga bisa jadi pertimbangan pribadi.
- Portofolio alumni
Alumni adalah produk utama dari sebuah institusi pendidikan. Kesuksesan karir alumninya dapat menjadi cerminan kualitas pendidikan yang didapatkan di universitas tersebut.
Beberapa hal tersebut bisa kamu jadikan pertimbangan ketika kamu mencari universitas untuk studi lanjut. Oh ya, jika kamu punya kenalan yang sedang kuliah di universitas yang kamu tuju. Jangan ragu untuk menghubunginya dan menanyakan hal-hal detil mengenai penelitian yang kamu minati di universitas tersebut. informasi dari orang yang sudah mengalami langsung pendidikan di universitas impianmu tentu akan lebih valid dan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai riset di sana.
Dan jika kamu punya pertanyaan tentang riset dan universitas di Swedia, silakan kontak kami ya!
Anandika
PhD student in Division of Operation and Maintenance
Lulea University of Technology
kontak saya di sini
2 thoughts on “Menyoal Ranking Universitas di Swedia, Pentingkah untuk Karirmu?”