Bagi kalangan akademisi, jurnal ilmiah merupakan bagian sentral dari pekerjaan mereka. Jurnal biasanya menjadi tolak ukur kinerja akademisi dalam mengevaluasi berbagai hal, diantaranya : kenaikan jabatan, pelaksanaan hibah penelitian, kepakaran seseorang dalam suatu bidang, dan lain sebagainya. Oleh karenanya akses terhadap jurnal ilmiah adalah hal yang nyaris mutlak bagi kalangan akademik, terutama peneliti di institusi pendidikan tinggi. Jurnal ilmiah yang dimaksud adalah jurnal terindex. Ada beberapa rujukan index yang sering dipakai oleh kalangan akademik, diantaranya: scopus, web of science, google scholar, danish norwagian index, dll.
Sayangnya, mendapatkan akses terhadap jurnal-jurnal tersebut tidaklah mudah (at least ”tidak murah”) bagi beberapa kalangan. Umumnya, para peneliti/akademisi tidak membeli jurnal-jurnal berbayar dengan uang mereka sendiri, melainkan akses didapat dari institusi tempat mereka berkerja yang berlangganan jurnal tersebut. Biaya langganan jurnal ini tidaklah murah, sebuah institusi bisa mengeluarkan dana sebesar 5.000-600.000 USD. Dengan biaya langganan sebesar ini, sudah sewajarnya jika institusi menginginkan timbal balik yang besar. Namun, banyak pihak meragukan timbal balik yang menguntungkan dari berlangganan jurnal ini [1].
Hambatan akses jurnal yang diakibatkan karena biaya ini menjadi penghambat berkembangnya ilmu pengetahuan dan penghambat bagi para peneliti yang berkarya di institusi yang memiliki keterbatasan pendanaan. Contohnya adalah peneliti di Indonesia, di mana relatif sedikit institusi riset di Indonesia yang berlangganan jurnal-jurnal ilmiah (yang jumlahnya juga relatif sedikit).
Tingginya biaya akses ini tidak bisa diterima karena tidak ada biaya produksi yang tinggi dalam memproduksi jurnal. Saat ini, akses jurnal hanya dilakukan melalui internet sehingga seharusnya menurunkan biaya produksi, tidak seperti publisher buku konvensional yang memiliki biaya produksi dan distribusi yang relatif lebih tinggi. Di sisi lain, sebenarnya penulis jurnal tidak mendapatkan bagian keuntungan materiil apapun secara langsung dari publisher. Padahal, penulis harus membayar fee agar artikelnya bisa diterbitkan.
Oleh karena hal tersebut, jurnal-jurnal open access semakin banyak jumlahnya dari waktu ke waktu. Maksud dari open access adalah akses jurnal secara gratis kepada siapapun, yang tentu menjadi solusi untuk permasalahan yang sudah disebutkan di atas.
Di Swedia, open access mendapat tempat khusus di antara para akademia. Pemerintahan Swedia sendiri memiliki target untuk mempublikasikan open access atas seluruh hasil riset di Swedia pada tahun 2026. Untuk mencapai hal ini, Bibsam Consorsium (sebuah konsorsium yang menaungi 85 organisasi pendidikan di Swedia) tidak segan memutus kontrak berlangganan dengan Elsevier (1900 jurnal) – sebuah publisher besar yang memiliki banyak jurnal, sering kita ketahui dengan nama sciencedirect [2]. Akibatnya, banyak institusi riset di Swedia tidak lagi memiliki akses terhadap jurnal-jurnal elsevier yang diterbitkan pada Juni 2018 dan setelahnya. Di sisi lain, hal ini sebenarnya merupakan hambatan baru bagi peneliti di Swedia, karena berkurangnya akses terhadap jurnal-jurnal baru. Buat kamu yang akan memulai kuliah di Swedia, jangan kaget dengan hal ini ya. Sebelum itu, Swedia memelopori DOAJ (Directory of Open Access Journals). DOAJ adalah database/direktori terbesar yang berisi beragam jurnal open akses di dunia. DOAJ pertama kali dicetuskan di Nordic Conference on Scholarly Communication pada tahun 2002. Selanjutkan Lund university memulai membangun dan memaintainnya. Hingga tahun 2013, DOAJ diambil alih oleh Infrastructure Services for Open Access (IS4OA) [3].
Tanggal 29 April 2019, saya mengecek akses jurnal-jurnal Elsevier – yang terbit setelah Juni 2018 – dengan koneksi akun kampus. Saya tidak memiliki akses untuk beberapa paper, namun ada juga yang masih bisa saya akses. Saya sendiri kurang yakin bagaimana restriksi akses ini diterapkan. Namun pihak kampus terus memberikan dukungan dan bantuan penuh agar para akademisi masih bisa memiliki akses terhadap jurnal-jurnal yang dibutuhkan.
Beberapa tips untuk mendapatkan akses terhadap jurnal yang kita tidak berlangganan diantaranya adalah dengan meminta langsung kepada penulis jurnal. Selain itu dengan meminta tolong kolega yang memiliki akses, agar kolega tersebut berkenan membagi jurnal tersebut kepada kita. Oleh karenanya, selalu perbanyaklah teman yang berkuliah atau bekerja di institusi pendidikan lain, suatu saat kita akan membutuhkan bantuannya. Cara lain adalah dengan meminta tolong di forum-forum online berbagi akses jurnal. Di Facebook ada beberapa grup semacam ini. Jadi lebih baik kamu search dan join ke sana.
Di tahun 2010, di tengah masa studinya seorang mahasiswi bernama Elbakyan turut frustasi dengan permasalahan akses jurnal ini. Dengan wawasan yang dia miliki dan bantuan koleganya, akhirnya dia mampu meng-hack akses berbagai jurnal online dan menyediakannya pada sebuah website agar dapat diakses oleh siapapun tanpa membayar. Meski tindakannya disebut sebagai tindakan kriminal, namun hingga sekarang banyak orang telah memanfaatkan situs tersebut. Saya tidak mengajak anda untuk turut memanfaatkannya. Saya hanya menceritakan kisah seorang mahasiswi.
Anyway, good luck buat studimu!
Mvh,
Anandika
Penulis Reguler PPISwedia.se
Doctoral Student
Operation and Maintenance Division
Avdelningen för Drift, Underhåll och Akustik
Luleå Tekniska Universitet
Kontak saya di sini – linkedin atau di sini – Quora.
Referensi:
- 1. https://www.theguardian.com/science/2014/jun/16/universities-get-poor-value-academic-journal-publishing-firms
- 2. https://openaccess.blogg.kb.se/2018/05/16/sweden-stands-up-for-open-access-cancels-agreement-with-elsevier/
- 3. https://en.wikipedia.org/wiki/Directory_of_Open_Access_Journals#cite_note-10
tambahan bahan bacaan:
Artikel saya yang lain:
Potensi kontribusi alumni Swedia bagi Indonesia
Menyoal ranking universitas di Swedia, pentingkah untuk karirmu?
Beragam Keuntungan Kuliah S3 di Swedia
Temukan kesempatan S3-mu di Swedia, di sini!
Kisah (Tidak) Sedih dari Ujung Dunia
Gaji Mahasiswa Doktoral Swedia