Hiking bersama teman-teman PPI Scania (Sumber: Dokumentasi Pribadi Ahmad Avisiena Gaza)
Halo teman-teman! Mungkin ada dari teman-teman yang menjadikan hiking sebagai hobi bahkan sejak sebelum berangkat ke Swedia. Pada kesempatan kali ini izinkan saya berbagi pandangan saya mengenai perbedaan yang saya alami selama hiking di Swedia dengan yang pernah saya lakukan selama di Indonesia. Tulisan ini bukan untuk membandingkan mana yang terbaik di antara keduanya. Sebaliknya, tulisan ini ditujukan untuk membekali teman-teman pembaca apabila ingin melanjutkan hobi hiking-nya di Swedia.
Okay¸ sebelum memulai, mari kita samakan persepsi mengenai definisi hiking terlebih dahulu. Apabila merujuk ke kamus Bahasa Inggris Cambridge Dictionary, hiking adalah aktivitas pergi berjalan-jalan di area pedesaan/luar kota. Jadi, hiking yang saya bahas tidak hanya merujuk ke kegiatan berjalan di gunung, air terjun, atau bahkan hingga mendirikan tenda ya, melainkan semua kegiatan jalan-jalan selain di perkotaan menyusuri gedung-gedung dan mall, hehehe.
Lalu, saya akan membahas perbedaan dari hiking di Swedia dengan di Indonesia berdasarkan aspek 4M+1E (Man, Machine, Material, Method, dan Environment). *Maklum anak teknik.
1. Environment: Perbedaan cuaca yang ekstrem
Di Indonesia, cuaca yang mungkin terjadi berdasarkan pengalaman saya selama hiking (di Jawa Timur ya) hanyalah apakah akan hujan, berawan, atau cerah. Kalau pun hujan, saya akan berteduh sejenak di rumah-rumah atau kios sekitar tempat hiking sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Terkadang malah saya nekad untuk melanjutkan perjalanan.
Namun di Swedia, terutama di provinsi Scania tempat saya berkuliah, perbedaan cuaca bisa sangatlah ekstrem. Bisa jadi hari ini ketika musim semi cuaca sangat cerah dengan suhu mencapai 160 C. Namun sore hingga malamnya cuaca menjadi hujan/sekedar mendung dengan suhu 1 digit. Tepat keesokan harinya, salju bisa saja turun walaupun di bulan April, dengan suhu menjadi negatif. Belum lagi angin yang kencang yang bisa menurunkan feels-like temperature.
2. Man: Minimnya kehadiran pengelola & pedagang
Di Indonesia, tentu kita akan menjumpai pengelola tempat hiking sebagaimana tempat wisata lainnya di Indonesia, setidaknya mereka yang disebut pengelola yang menjaga pintu masuk untuk menarik biaya tiket masuk. Parkir pun tidak bisa sembarangan, harus sesuai dengan yang ditunjukkan oleh penjaga parkir. Dan tidak ketinggalan, pedagang penjual makanan/minuman yang menjajakan dagangannya entah di pintu masuk atau bahkan di beberapa titik sepanjang area hiking.
Namun jangan harap banyak menemukan hal demikian di Swedia. Sesuai dengan prinsip Allemansrätten, semua orang berhak menikmati keindahan alam. Tidak ada semacam gerbang. Penarikan biaya tiket masuk mungkin akan ditarik di tempat-tempat tertentu, tetapi opsi yang gratis pun sangat banyak terutama tempat-tempat yang dijaga keasriannya. Tidak ada penjaga parkir, kendaraan bermotor akan dikelola oleh sistem manajemen parkir. Di beberapa tempat hiking yang luas biasanya akan ditemui restoran/kafe di antara tempat parkir dengan ujung tempat hiking, namun tidak dengan taman nasional kecil/tempat hiking yang tidak terlalu besar. Persamaannya, jangan harap menemukan semacam pedagang makanan di tengah-tengah perjalanan hiking.
3. Machine: Ketersediaan internet dan alat komunikasi
Di Indonesia, tidak semua provider akan tersambung ke jaringan di tempat hiking, sehingga sinyal akan hilang. Untuk yang tersambung pun, terkadang ada yang masih kesulitan untuk tersambung dengan internet. Beruntungnya, di Swedia hampir semua tempat hiking telah ter-cover dengan jaringan komunikasi. Begitu juga dengan internet. Namun, perlu diperhatikan bila teman-teman hiking di perbatasan Swedia, biasanya provider kita akan tersambung dengan jaringan dari provider negara setempat. Tempat seperti inilah yang menjadi contoh tempat yang perlu diwaspadai apabila ingin mengaktifkan paket internet selama hiking.
4. Material: Hal-hal yang tersedia di tempat hiking
a. Papan informasi jalur per jarak dan medan untuk disabilitas
Apabila teman-teman pertama kali memasuki jalur hiking, terutama taman nasional sedang hingga besar, teman-teman akan menjumpai peta yang menunjukkan beberapa pilihan jalur yang bisa dipilih selama hiking. Jalur tersebut dibagi berdasarkan jarak tempuh dan tingkat kesulitan medan. Penunjuk kesulitan medan ini sangat berguna untuk teman-teman disabilitas dan yang membawa kereta bayi. Biasanya jalur tersebut disimbolkan dengan berbagai macam warna. Misalnya, jalur biru memiliki panjang tempuh 5 km dan aman bagi pembawa kereta bayi dan pengguna kursi roda. Teman-teman bisa memutuskan jalur mana yang ingin teman-teman tempuh selama hiking.
Namun, hal seperti ini sayangnya tidak bisa ditemui di taman nasional kecil/jalur hiking yang tidak terlalu luas, sehingga teman-teman perlu melakukan riset mengenai panjang tempuh dan kesulitan medan di website setempat. Di provinsi Scania sendiri informasi tersebut bisa ditemukan di Skaneleden.se dan lund.se. Papan informasi yang memuat informasi umum tentang jalur hiking/taman nasional kecil masih bisa ditemui.
b. Jalur penunjuk jalan
Ketika sudah memilih warna jalur di awal, teman-teman bisa mengikuti tanda warna jalur di sepanjang jalan. Tanda jalur ini biasanya bisa ditemukan di pepohonan/bebatuan dengan warna jalur. Teman-teman tidak perlu khawatir untuk tersesat di tengah jalan. Sekali lagi, jalur penunjuk jalan ini hanya bisa ditemui di taman nasional/jalur hiking yang medium ke atas.
c. Pelampung
Hal yang saya sukai selama hiking atau sekedar travelling di Swedia adalah ketersediaan pelampung di setiap titik tempat yang berair. Hal ini menandakan kesadaran pemerintah setempat terkait bahaya tenggelam. Jika teman-teman mendapati ada orang yang tenggelam, teman-teman bisa mencari ban pelampung yang disediakan.
Ketersediaan Pelampung di Setiap Tempat yang Memiliki Risiko Tenggelam (Sumber: Dokumentasi Pribadi Ahmad Avisiena Gaza)
5. Material : Hal-hal yang harus dibawa
a. Makanan dan minuman
Seperti yang disebutkan sebelumnya, teman-teman tidak bisa berharap bisa menemukan pedagang makanan dan minuman berjejer seperti di Indonesia. Kalaupun menemukan, harga yang ditawarkan biasanya lumayan mahal dan sulit menjamin adanya menu halal. Untuk itu, teman-teman disarankan untuk membawa makanan dan minuman sendiri, agar nantinya tidak kehabisan energi selama hiking.
b. Botol minum
Jika di tempat hiking disediakan toilet/kran air minum, teman-teman bisa mengisi ulang air minum dengan botol yang teman-teman bawa sendiri. Kalau ternyata tidak ada toilet/tempat pengisian ulang air minum, kehadiran botol minum pun tidak kehilangan fungsinya. Selain itu, bagi teman-teman yang muslim, botol minum juga berguna untuk wudhu apabila teman-teman tidak menjumpai toilet/air.
Botol Minum dan Sajadah sebagai Perlengkapan Ibadah yang Wajib Dibawa selama Hiking (Sumber: Dokumentasi Pribadi Ahmad Avisiena Gaza)
c. Pakaian yang sesuai
There is no bad weather, just bad clothes. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, cuaca di Swedia benar-benar unpredictable. Cuaca bisa berganti secara drastis dalam hitungan jam. Persiapan pakaian seperti pakaian tebal, jas hujan, sarung tangan, dan jaket windbreaker benar-benar menjadi pakaian yang wajib dipakai selama hiking di Swedia, atau setidaknya dibawa dalam perjalanan.
d. Perlengkapan penghangat dan persiapan suhu dingin (body warmer dkk)
Tingkat ketahanan teman-teman yang berasal dari Indonesia terhadap suhu dingin sangatlah berbeda-beda. Daripada berspekulasi seberapa kuatkah kita menahan dinginnya suhu dan angin di Swedia, ada baiknya hal tersebut dipersiapkan sejak sebelum berangkat hiking. Hand & body warmer, krim badan dan wajah, lipbalm, dan obat anti alergi menjadi perlengkapan yang sebaiknya dipersiapkan apabila teman-teman berencana untuk hiking.
e. Kompas & alat ibadah
Jangan terlalu berharap di tempat hiking teman-teman akan menjumpai musala/silent room. Teman-teman yang muslim wajib bersiap diri untuk shalat di mana saja, termasuk ketika hiking. Sajadah tipis untuk travelling dan mukena adalah hal yang teman-teman perlu bawa. Kompas kecil juga bisa menjadi alat yang bermanfaat bila sewaktu-waktu sinyal internet hilang sehingga tidak bisa membuka kompas online.
f. Kantong plastik sampah
Ingat, Orang-orang Swedia sangat menjunjung tinggi kebersihan. Oleh karena itu, keberadaan kantong plastik besar untuk tempat sampah sementara sangat berguna untuk menjaga kebersihan. Selain itu, kantong plastik sampah yang biasanya berukuran besar ini bisa digunakan sebagai alas duduk jika nanti tidak menemui tempat duduk/kursi yang kering.
g. Paket internet & power bank
Karena teman-teman tidak akan kesulitan menemukan sinyal selama hiking, hambatan yang mungkin terjadi ada dari segi handphone dan paket internetnya sendiri. Sebelum berangkat, pastikan paket internet masih aktif hingga nanti kembali dari hiking. Power bank juga menjadi hal yang harus ada, terlebih lagi jika handphone teman-teman sangat mudah drop. Penggunaan aplikasi penting selama hiking seperti google translate, online compass, google maps, media pembayaran (Swish), & transport apps adalah contoh pentingnya handphone dalam keadaan aktif dan tersambung ke koneksi internet.
h. Teropong, untuk pengamat burung
Di beberapa area hiking teman-teman bisa menemukan papan informasi mengenai jenis flora dan fauna yang hidup di area tersebut. Apabila teman-teman menggemari pengamatan burung, ikan, dan makhluk hidup lain, teropong akan menjadi alat yang berguna, walaupun tidak wajib.
i. Perlengkapan perkemahan seperti biasa, jangan lupa pikirkan suhu!
Apabila teman-teman memutuskan untuk berkemah juga, tentu perlengkapan standar seperti tenda, sleeping bag, dan tali temali menjadi hal yang wajib dibawa. Tetapi hal yang perlu ditekankan adalah, suhu rata-rata di Swedia tentu sangat berbeda dibandingkan dengan di Indonesia. Teman-teman harus memastikan apakah perlengkapan standar tersebut mampu menjaga dari suhu dingin dan cuaca yang unpredictable.
6. Method: Persiapan sebelum hiking
a. Membaca informasi sekilas mengenai tempat hiking di internet
Di Swedia, informasi mengenai tempat-tempat hiking dan wisata alam bisa ditemukan di halaman resmi pemerintah setempat. Terdapat beberapa informasi yang berguna seperti apa yang bisa teman-teman lihat selama hiking di tempat tersebut, sejarah singkat, dan alternatif transportasi yang bisa dipilih untuk menuju ke sana.
b. Melihat ramalan cuaca
Selalu update ramalan cuaca, mulai dari cuacanya sendiri, kecepatan angin, kemungkinan suhu per jam, feels-like, dan kemungkinan salju. Ingat, asumsi dasar dalam forecast adalah forecast salah. Ramalan cuaca bakal secara rutin di-update, sehingga jangan berpatokan pada ramalan cuaca yang tertera jauh-jauh hari.
c. Melihat jadwal transportasi umum dan lokasi parkir
Biasanya jalur bus menuju tempat-tempat hiking tidak terlalu sering. Ada yang bahkan hanya dilewati oleh bus sekali sehari. Sehingga teman-teman perlu mengecek availabilitas transportasi umum, jika memang teman-teman menggunakan transportasi umum. Jika menggunakan transportasi pribadi, selalu cek tarif dan lokasi parkir.
d. Buang air di toilet terdekat sebelum mulai hiking
Toilet tidak selalu bisa ditemukan di tempat hiking, normalnya terdapat di dekat tempat parkir untuk taman nasional besar. Jikalau ada, kemungkinan besar kita perlu mengantre. Oleh karena itu, jika menemukan toilet, pastikan untuk menggunakannya semaksimal mungkin, entah untuk buang air maupun mengisi ulang air minum.
7. Environment: Keindahan yang berbeda, kelola ekspektasi
Pertama kali saya dan teman-teman saya hiking di Swedia, kami memilih tempat yang direkomendasikan oleh halaman pemerintah setempat. Kami berekspektasi bahwa dengan segala kelengkapan informasi dan fasilitas, pengalaman hiking kami akan sebaik di Indonesia dengan suasana alam khas Swedia. Namun sesampainya di tempat hiking, kami merasa bahwa pemandangan alam di Indonesia tentu lebih baik. Hal ini ada benarnya di beberapa tempat, namun di tempat lain kami menemukan bahwa pemandangan yang kami temui sangat indah. Indah tidaknya memang tergantung subjektivitas dan ekspektasi kita masing-masing. Namun, agar tidak kecewa di akhir, ada baiknya kita tidak berekspektasi terlalu tinggi. Berekspektasilah secukupnya dan pergunakan waktu selama hiking dengan lebih bijak, seperti belajar mengenai flora-fauna di alam yang berbeda dengan di Indonesia, belajar tata kelola pariwisata, atau sekedar mengobrol dengan teman-teman seperjalanan.
Suasana di Soderasen National Park (Sumber: Dokumentasi Pribadi Ahmad Avisiena Gaza)
Reference
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/hiking)
Ahmad Avisiena Gaza
MSc in Logistic and Supply Chain Management
Lund University
Editor: Darmawan Prasetya