Membicarakan kekaguman saya pada budaya bangsa Swedia sepertinya tidak akan ada habisnya. Swedia yang baru saja didapuk sebagai negara ‘paling baik’ di dunia oleh United Nations dan World Bank sungguh memiliki budaya dan gaya hidup yang patut dijadikan pembelajaran.
Sebelumnya, saya sudah menulis beberapa budaya Swedia yang cukup mengubah paradigma dan perilaku saya di blog pribadi saya. Berikut linknya: Budaya unik bangsa Swedia. Selanjutnya masih ada beberapa budaya yang ingin saya tambahkan 🙂
#1. Self-service society
Bangsa swedia adalah bangsa yang mandiri. Jadi jangan heran dengan berbagai pelayanan di sini yang juga menyediakan layanan mandiri. Contohnya kasir mandiri di supermarket, alat beli tiket kereta mandiri, dan check-in mandiri di bandara.
Pertama kali saya membayar barang belanjaan di kasir mandiri, saya agak kikuk. Ternyata setelah saya amati, saya tinggal scan barcode barang-barang belanjaan, memilih membeli plastik atau tidak, lalu diakhiri dengan memilih metode pembayaran. Cukup menggesek kartu dan memasukkan password dan transaksipun selesai. Mudah sekali ya 🙂
#2. Cashless society
Pada awal masa adaptasi, saya masih belum terbiasa dengan budaya transaksi non tunai di sini. Syukurlah toko-toko masih menerima transaksi tunai hehe.
Tapi seiring berjalannya waktu, saya sudah mendaftar ke salah satu bank Swedia dan mendapat fasilitas internet banking, mobile banking, dan credit card. Sayapun mulai terbiasa dengan transaksi non tunai.
Rasanya praktis sekali ya. Saya cukup bawa kartu dan tidak perlu bawa uang kertas maupun uang receh yang berat. Bahkan untuk ke toilet dimana saya perlu membayar 10 kr, saya bisa membayar dengan kartu.
Karena penasaran, saya mencari info tentang cashless society ini. Ternyata transaksi tunai hanya 2% dari total transaksi di Swedia pada tahun 2016. Diperkirakan transaksi tunai ini akan menurun hingga 0,5% di tahun 2020.
Selain pembayaran dengan kartu, kita juga bisa membayar dengan swish, aplikasi online yang terkoneksi dengan nomor handphone dan ID bank. Jadi, kalau saya berhutang ke teman saya, saya cukup mengetikkan jumlah uang yang akan ditransfer, nomor hp teman saya, dan password untuk terkoneksi ke IDbank. Voila! Uangpun tertransfer saat itu juga
#3. Structured system
Kehidupan di Swedia sangat teratur dan sistematis. Saya yang orang baru tidak punya pilihan selain dengan beradaptasi dengan sistem yang ada. Ternyata setelah saya jalani, saya justru merasa nyaman. Transportasi umum yang selalu datang tepat waktu, orang-orang yang dengan otomatis berdiri di sisi kanan dan mempersilahkan orang untuk berjalan di sisi kiri eskalator (lihat gambar), kurikulum kuliah yang diberikan secara sistematik dan holistik, serta sistem pembayaran akomodasi atau transaksi apapun yang sangat ringkas dan dapat dibayar melalui internet atau mobile banking.
#4. Freedom to explore the nature
Kebebasan menjelajah alam di Swedia dilindungi oleh hukum yang sah. Siapapun yang tinggal di Swedia boleh menjelajah alam, tidur di hutan, gunung, atau padang sepanjang kita tetap menjaga alam. Bahkan kita juga boleh memetik buah berry hehe. Konsep kebebasan ini disebut Allemansrätten. Konsep ini tertanam dalam setiap individu di Swedia, menciptakan sikap tanggung jawab kolektif untuk menjaga alam.
Secara umum, area yang dilindungi di Swedia terbagi menjadi National Park, Nature Reserve, dan area konservasi lainnya. Status National Park adalah status tertinggi dimana keasliannya harus dijaga dengan larangan membangun infrastruktur apapun. Nature Reserve, dengan status satu tingkat di bawah National Park adalah area yang dijaga dengan tujuan khusus.
Hal menarik lainnya adalah, bila kita mengamati posisi National Park dan Nature Reserve, mereka membentuk Green Coridors yang tersebar di Swedia. Hal ini disengaja dengan tujuan menjaga konektivitas alam, perpindahan binatang, dan melestarikan keanekaragaman hayati. Letak National Park dan Nature Reserves juga dekat dengan kota sehingga mereka memiliki fungsi sosial yaitu edukasi, interaksi, dan kesehatan.
Oleh:
Titi Sari Nurul Rachmawati - Stockholm
Environmental Engineering and Sustainable Infrastructure
Master Programme - KTH Royal Institute of Technology