Pada saat menjalani S1 dahulu, saya termasuk kategori mahasiswa yang tidak rajin memasak dan lebih banyak mengandalkan tempat makan di sekitar kampus ataupun layanan pengantaran makanan yang kian ramai dengan promo pada masanya. Namun, tentu saja rutinitas tersebut tidak dapat diterapkan saat saya menjalani studi S2 di KTH sekarang. Kemampuan memasak saya sebelumnya tidaklah dimulai dari 0, tapi tidak juga termasuk kategori yang dapat meracik bumbu masakan nusantara tanpa mengecek Google terlebih dahulu. Untuk itu, saya akan berbagi tips dan trik dalam berbelanja, food prepping, dan memasak ala saya.
Rekomendasi Tempat Belanja Kebutuhan Sehari-hari
Jika teman-teman berkeliling di Stockholm dan sekitarnya, pasti kalian familiar dengan supermarket seperti ICA, Hemköp, Coop, Willys, ataupun Lidl, dan minimarket seperti 7-eleven dan Pressbyrån. Minimarket atau convenience store biasanya dihindari untuk membeli kebutuhan sehari-hari yang tidak urgent, karena harganya yang cukup tinggi dibandingkan dengan supermarket dengan skala besar. Willys dan Lidl adalah dua supermarket yang umumnya menjadi tempat belanja favorit para mahasiswa, mengingat harganya yang terjangkau dan berbagai diskon yang dapat ditemukan. Sekilas info, terkadang harga produk di store yang sama dengan lokasi berbeda, dapat menawarkan harga produk yang berbeda juga. Sejauh ini, Willys Lidingö adalah Willys favorit saya, karena setelah survey beberapa kali entah mengapa harga produk di sana lebih murah dari Willys lainnya haha.
Coop adalah tempat tujuan menyenangkan untuk teman-teman dengan preferensi vegan, karena ketersediaan produk berbasis vegan yang lebih banyak dari tempat lainnya. Sedangkan ICA adalah supermarket yang nama belakangnya bergantung pada skalanya, yaitu ICA Nära, ICA Kvantum, dan ICA MAXI (berurut dari yang terkecil). Khusus ICA, semakin besar skalanya, umumnya harga produk yang tersedia pun menjadi lebih terjangkau daripada store skala kecilnya.
Selain tujuan berbelanja favorit yang telah disebutkan di atas, teman-teman yang berkuliah di Flemingsberg juga pasti akan sering mendengar sebuah supermarket bernama Nya Pulsen. Produk yang tersedia di Pulsen memiliki rata-rata harga produk yang lebih terjangkau lagi dibandingkan Willys dan Lidl, namun lokasi store-nya tidak dapat banyak ditemukan di pusat kota Stockholm.
Untuk teman-teman muslim yang mencari produk halal, ada banyak sekali toko yang dapat diandalkan untuk membeli ayam, sapi, ataupun kambing. Sejauh ini, saya belum menemukan kesulitan dalam mencari berbagai produk halal di Stockholm, baik daging segar maupun daging olahan. Tidak hanya produk daging segar dengan potongan umum, saya juga menemukan buntut, ceker, usus, babat, dan beberapa jeroan lainnya di toko-toko halal tersebut. Di daerah Kista, pusat daging segar dan daging olahan halal dapat ditemukan di Kista Grossen, Shami House, ataupun Matkanonen. Di Flemingsberg, selain produk halal yang tersedia di Pulsen, Lillyan Livs tepat di sebelah Pulsen juga menjual berbagai produk Qibbla Halal (salah satu merk daging olahan halal ternama). Di daerah Skärholmen juga ada sekitar 4 toko yang menjual produk halal, beberapa di antaranya merupakan produk asal Turki. Selain itu, Willys pun juga menjual daging ayam beku, sosis, dan beberapa daging olahan halal lainnya.
Begitu pula dengan bumbu-bumbu, hampir semua bumbu mulai dari bumbu dasar untuk masakan nusantara, hingga bahan dasar masakan Jepang dan Korea pun bisa ditemukan di Stockholm. Bawang merah (shallot, bukan red onion) dan cabai biasanya saya beli dari toko India seperti Kista Grossen atau Himalaya Livs (tidak jauh dari KTH Entre). Bumbu seperti kunyit, ketumbar, jahe, daun jeruk, daun salam, dan semacamnya umumnya saya dapatkan versi bubuknya juga dari toko-toko tersebut. Untuk yang mencari bumbu serupa dalam bentuk utuh, bisa coba berkunjung ke toko Turki yang ada di Skärholmen. Bahan nusantara yang agak langka seperti sereh (dalam bentuk utuh, kering, ataupun bubuk) dan kemiri biasa saya beli di Asian Market. Sedangkan untuk bahan lainnya seperti pasta miso, rice vinegar, gochujang, minyak wijen, saus tiram, saus teriyaki, santan, ataupun bihun, mie telur, tepung tapioka, bahkan kerupuk udang bisa didapatkan dengan sekadar berkunjung ke bagian Asian product-nya Willys, ataupun dari Asian Market, Oriental Market, dan Thailaan. Di tiga toko Asia yang saya sebutkan tersebut, berbagai variasi produk asli dari beberapa negara Asia lebih banyak ditemukan, namun dengan harga yang cukup mahal.
Khusus untuk seafood, sejujurnya saya belum menemukan tempat paling optimal untuk berbelanja bahan ini. Ikan salmon adalah ikan yang paling mudah ditemukan di berbagai supermarket, bersama ikan patin yang di sini disebut Pangasius. Olahan cumi potongan calamari yang sudah siap digoreng juga dapat ditemukan di supermarket, juga udang ukuran kecil dengan kulitnya. Namun, untuk mencari cumi dan udang utuh dengan ukuran lebih besar (udang vaname atau black tiger), biasanya saya berkunjung ke Kista Grossen atau Pulsen.
Teman-teman juga bisa mencoba berkunjung ke beberapa ‘pasar’ di ruang terbuka yang umumnya dapat ditemukan di sekitar stasiun T-Bana, seperti Rinkeby, Skärholmen, Fruängen, dan lainnya. Di pasar-pasar ini, ada banyak sayuran dan buah-buahan segar dengan harga yang umumnya lebih terjangkau dari beberapa supermarket. Sejauh ini, pasar Skärholmen adalah lokasi favorit saya dengan harga telur yang paling murah dibandingkan tempat lainnya, juga sayuran dan buah-buahannya yang cukup lengkap dan terjangkau.
Sekadar info tambahan random, jika teman-teman ingin menyimpan cemilan seperti chips, popcorn, biscuit, cokelat, wafer, ataupun manisan lainnya sebagai amunisi teman belajar, Dollar Store adalah tempat yang sangat saya rekomendasikan. Di sini ada banyak sekali cemilan yang dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada di supermarket, dengan rentang produk yang juga cukup bervariasi.
Tips Menyimpan Stok Bahan Makanan
Satu hal unik yang baru saya temukan ketika sampai di Stockholm adalah fillet daging ayam yang hanya bisa didapatkan dari bagian dada ayam, dan dengan harga yang lebih mahal dari daging ayam bagian paha. Dengan fakta tersebut, saya yang lebih menyukai potongan daging paha yang lebih juicy dari potongan dada, jadi membiasakan diri untuk membeli daging ayam bagian paha dan mem-fillet-nya sendiri. Selain lebih terjangkau, daging paha utuh ini juga bisa dialihkan menjadi beberapa bahan lainnya. Sisa tulang ayam dari proses fillet dapat direbus beberapa jam untuk dijadikan stok kaldu yang dapat digunakan untuk membuat sup ayam, kuah ramen, ataupun sekadar penambah rasa dan aroma. Daging ayam fillet tersebut bisa disimpan di freezer bersama potongan daging ayam utuh untuk langsung di-grill, ataupun dipotong dadu untuk dijadikan masakan lainnya.
Plastik seal reusable (IKEA) dan kotak makan dengan beberapa ukuran merupakan senjata utama dalam menyimpan stok bahan makanan, terutama daging-dagingan. Saya biasanya menyimpan bahan-bahan tersebut dalam bentuk per porsi, jadi proses defrost tidak perlu melibatkan seluruh stok bahan tersebut. Beberapa sayuran seperti selada, brokoli, dan kembang kol dapat disimpan langsung di kulkas dan dicuci saat akan diproses. Bahan lain seperti wortel, daun bawang, ataupun daun kol dapat dicuci, dikupas, dan dipotong-potong terlebih dahulu, kemudian disimpan di wadah tertutup di dalam kulkas. Bawang putih juga bisa diciincang dan direndam dengan minyak untuk disimpan di kulkas. Dengan mengsimplifikasi akses bahan-bahan tersebut, proses memasak yang dilakukan nantinya dapat dilakukan lebih praktis dan tidak memakan banyak waktu.
Belajar Memasak
Agar seluruh bahan yang tersedia bisa dimanfaatkan dengan baik dan menghindari food waste, membuat suatu meal plan ataupun sekedar membuat mapping masakan dengan bahan-bahan tersebut dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum berbelanja.
Sebelum memulai masakan yang sebelumnya pernah dilakukan, riset melalui Google dan YouTube merupakan sumber yang cukup bisa diandalkan. Untuk mencari resep nusantara, saya biasa menggunakan kata kunci resep yang diinginkan seperti “resep gulai ayam” dengan Bahasa Indonesia (untuk mencari resep yang lebih otentik), dan mengkomparasi beberapa sumber bacaan. Saya juga mencoba kata kunci resep dalam Bahasa Inggris untuk mencari resep masakan Japanese, Western, atau sekadar mencari resep dengan bahan utama yang diinginkan, seperti “recipe with coconut milk” misalnya. Berbagai blog dan platform seperti Cookpad, ataupun video YouTube dari banyak influencer chef dan channel masakan rumahan dapat dikomparasikan untuk menemukan resep yang paling nyaman bagi teman-teman.
Berikut saya lampirkan beberapa masakan yang biasa saya masak sehari-hari sejak 3 bulan lalu sampai di Stockholm (mungkin bisa dijadikan referensi untuk eksperimen awal):
Tidak perlu ragu untuk bereksperimen, semakin sering teman-teman mencoba memasak berbagai resep, pasti nantinya akan menemukan racikan andalannya masing-masing, hehe. Sebagai salam penutup, semoga selain belajar dari program yang sedang dijalani, setelah lulus nanti teman-teman juga bisa punya keahlian memasak yang mumpuni. Semangat belajar semuanya, semoga lancar studinya dan eksperimen memasaknya!
Jessika
MSc Nanotechnology Student
KTH Royal Institute of Technology
Editor: Putu Christ Wirawan