Butuh baju untuk musim dingin? Cek second-hand shop.
Butuh sepatu anti hujan? Cek second-hand shop.
Butuh perabot untuk di kamar? Cek second-hand shop.
Menjual dan membeli barang-barang second-hand di Swedia adalah hal yang sangat lumrah dan sudah sangat mengakar di kehidupan masyarakatnya. Industri jual-beli barang seken pun sudah sangat berkembang. Di artikel ini, saya akan sedikit membahas mengenai kultur second-hand shopping yang ada di Swedia. Tentu saja saya juga akan membahas beberapa dari sekian banyaknya toko second-hand yang ada di Swedia, khususnya di kota Gothenburg, tempat saya tinggal.
Mengapa second-hand items sangat populer?
Alasan pertama tentu saja karena harganya yang lebih murah. Kita bisa mendapatkan barang dengan model dan kondisi yang masih bagus dengan harga miring. Tidak hanya untuk pendatang dan mahasiswa asing, penduduk lokal pun mengakui bahwa biaya hidup di Swedia terbilang mahal sehingga mereka tidak sungkan untuk mengejar diskon dan mencari barang seken. Alasan kedua adalah kesadaran masyarakatnya untuk mengurangi jumlah limbah (waste). Dengan membeli barang-barang seken, kita memperpanjang umur penggunaan suatu barang, jadi tidak langsung dibuang oleh pemilik pertamanya. Menghemat pengeluaran dan juga berkontribusi untuk sustainable environment adalah kegiatan yang terlalu menarik untuk dilewatkan.
Jadi, di mana saja kita bisa menemukan second-hand items? Kita bisa mendapatkan barang second baik secara online maupun offline dengan sangat mudah. Berikut beberapa situs dan tempat yang saya rangkum!
- Facebook Marketplace
Facebook adalah media sosial yang sangat ‘hidup’ di Swedia. Fitur jual belinya, Facebook Marketplace, adalah salah satu cara termudah untuk mencari barang-barang second karena penjual hanya perlu melampirkan foto dan deskripsi barang yang dijual. Cara membelinya pun sangat fleksibel karena kita bisa mengobrol dengan penjualnya lewat chat untuk soal barangnya, cara pembayaran, dan juga ongkir. Calon pembeli juga bisa membuat janji bertemu dengan penjual untuk mengecek kondisi barang secara langsung. Jika barang dan harganya oke, swishat!(*
- Blocket
Blocket.se adalah situs jual beli yang populer di Swedia. Kategori barang seken yang ada di Blocket sangat beragam: perabot rumah tangga, barang elektronik, alat olahraga, pakaian, hingga aksesoris. Bahkan tidak hanya barang-barang seken, Blocket juga memiliki page untuk lowongan pekerjaan, berbagai kursus keterampilan, hingga properti. Saat saya sedang mencari tempat tinggal sebelum berangkat ke Swedia, salah satu situs yang saya kunjungi adalah Blocket. Banyak orang-orang yang memasarkan rumah mereka di sini.
- Tradera
Situs lain yang juga terkenal adalah tradera.com. Di sini kita bisa menemukan perabotan rumah, peralatan makan, alat elektronik, mainan, pakaian, aksesoris, hingga tiket pertunjukan. Saya pribadi menyukai Tradera karena sistem pengkategoriannya yang rapi. Tidak hanya dari jenis barangnya, kita juga dapat mencari dari merk barang tersebut.
Salah satu hal unik di Tradera adalah adanya dua kategori pembelian. Pertama adalah membeli langsung dengan fix priced, yang kedua adalah membeli dengan mengikuti lelang. Jika membeli barang fix-priced, barang tersebut akan langsung dikirimkan ke pembeli setelah transaksi selesai. Namun jika membeli barang lelang, kita harus berebut dengan calon pembeli lain dengan menaikkan harga bidding kita hingga periode lelang berakhir. Pembeli dengan harga tertinggi akan mendapatkan barangnya.
- Myrorna
Mungkin tidak ada orang Swedia yang tidak tahu akan Myrorna, toko yang khusus menjual barang-barang second-hand. Toko-tokonya tersebar di kota-kota besar di Swedia. Myrorna adalah toko favorit saya untuk berburu pakaian second-hand karena koleksinya yang berlimpah. Salah satu cabangnya di Gothenburg memiliki 4 lantai. Lantai pertama menjual berbagai furnitur antik seperti lampu, meja, kursi, peralatan makan, serta sebagian kecil untuk barang elektronik. Lantai kedua diisi rak buku-buku bekas dan juga berbagai pakaian. Lantai 3 dan 4 penuh diisi oleh berbagai macam pakaian mulai dari kaos, sweater, jas, celana, hingga winter coat. Terkadang kita bisa menemukan jaket musim dingin yang tebal dan bagus dengan harga di bawah 500 SEK. Sebagai perbandingan, jaket baru memiliki harga paling murah di atas 1,000 SEK.
Myrorna memiliki tempat khusus di dalam tokonya untuk orang-orang yang mau memberikan barangnya. Ada pula jasa pick-up service untuk mereka yang mungkin tinggal jauh dari dropping point, Jasa jemput ini juga sangat berguna untuk mereka yang ingin memberikan barang yang berukuran besar. Myrorna akan menyeleksi barang-barang tersebut untuk dijual di toko mereka sehingga dapat dipastikan barang-barang yang ada di toko ini masih cukup bagus. Myrorna juga memiliki sistem lelang yang dapat kita ikuti di website mereka myrorna.se.
- Humana
Salah satu toko second-hand besar lainnya adalah Humana. Selain di Gothenburg, Humana juga terdapat di Malmö dan Stockholm. Barang-barang yang dijual di Humana terbatas pada produk fashion seperti baju dan sepatu. Teapi berbeda dengan second-hand store biasa, Humana juga memiliki koleksi fashion-nya sendiri. Mereka sering melakukan kolaborasi dengan seniman-seniman lokal dan meluncurkan produk original collection. Sebagian dari keuntungan yang didapatkan Humana, baik dari barang-barang seken yang terjual ataupun dari line-up kolaborasinya, mereka sumbangkan ke berbagai institusi.
Selain toko offline, Human juga memasarkan barang-barangnya secara online di https://www.humanasecondhand.online/
- Flea Market (Loppis)
Flea market juga dapat menjadi opsi untuk berburu barang-barang second-hand. Tidak seperti toko yang buka setiap hari, flea market umumnya hanya ada pada hari dan jam tertentu, umumnya di akhir pekan. Di kota Gothenburg sendiri, ada beberapa lokasi flea market, seperti misalnya di Slottskogen (tutup saat musim dingin). Pembeli dan penjual bertemu langsung dan melakukan transaksi saat itu juga, umumnya menggunakan Swish. Barang-barang yang diperdagangkan di flea market juga beragam mulai dari pakaian hingga perabot. Berbelanja di flea market seperti berburu harta karun: seperti teman saya yang mendapatkan sweater rajutan tangan dengan harga hanya 20 SEK.
- Free Shop
Tidak jarang juga bagi orang-orang untuk memberikan barangnya secara cuma-cuma. Prinsip yang banyak dianut orang-orang Swedia adalah daripada barang tersebut menumpuk di rumah dan tidak dipakai, tentu akan lebih baik untuk memberikannya pada orang lain. Sungguh sederhana, kan? Di gedung tempat saya berkuliah, terdapat Free Shop di mana kita bisa menaruh barang yang sudah tidak kita pakai untuk kemudian diambil secara cuma-cuma oleh mereka yang membutuhkan. Saya mendapatkan jaket musim dingin dengan kondisi yang masih bagus di free shop ini.
—
Selain tempat-tempat di atas, masih banyak lagi opsi di mana kita bisa mendapatkan barang-barang second-hand. Toko-tokonya banyak tersebar di seluruh penjuru kota, seperti misalnya Pop Boutique di Gothenburg, sebuah toko yang sudah menyeleksi barang-barang second-hand bergaya vintage. Lalu ada juga Erikshjälpen Second Hand, Björka Secondhand, dan lain sebagainya. Memang, menemukan toko second-hand di sini semudah menemukan toko pakaian biasa.
Meskipun Swedia adalah negara yang memiliki biaya hidup tinggi, hal ini dapat diakali karena banyaknya orang yang menjual dan memberikan barang-barang yang tidak mereka gunakan lagi. Masyarakat Swedia tidak memberikan barangnya karena sudah jelek, namun lebih karena mereka tidak membutuhkannya lagi sehingga barang-barang seken juga cenderung baik dari segi kualitas sehingga masih sangat layak dipakai. Akhir kata, jangan pernah sungkan untuk mencari barang-barang seken untuk apapun yang kita butuhkan. Hejdå!
Ranti Ekaputri
Master of Child Culture Design
University of Gothenburg
Footnote:(*Swishat adalah slang bahasa Swedia yang berasal dari sebuah sistem mobile payment di Swedia yang bernama Swish. Apabila kita sudah membayar dengan Swish, kita bisa katakan “swishat!” Contoh kalimat lain: “Have you swishat?” (https://www.swish.nu/newsroom/stories/the-history-behind-the-name-Swish)
Editor: Putu Christ Wirawan
2 thoughts on “Second-hand Culture in Sweden”