Hai semua! Saya Rayendra Anandika, dari Lulea University of Technology, Universitas paling utara di Swedia. Saya ingin menyampaikan salam hangat untuk kamu dari tempat yang dingin ini, terlebih lagi untuk kamu yang sudah lama menyimak serial artikel saya di blog PPI Swedia ini. Di akhir artikel ini, saya cantumkan kembali link ke 10 artikel tersebut agar semoga bisa memberikan gambaran mengenai kuliah dan kehidupan di Swedia.
Dan akhirnya, sampailah saya di masa ini. Masa-masa akhir studi S3 yang akan menutup perjalanan panjang menuntut ilmu sambil meraih gelar doktoral. Dan artikel ini, sekiranya saya jadikan media untuk berbagi pengalaman mengenai hal-hal yang saya persiapkan untuk karir paska studi nanti, tentu khususnya dari perspektif mahasiswa S3 di Swedia ya, dan semoga bermanfaat juga untuk kamu yang studi S1 atau S2.
Semua persiapan ini, dengan serius saya persiapkan setidaknya sejak 1 tahun sebelum saya berencana lulus. Meskipun jalur karir setelah lulus cukup kompleks, namun saya menyederhanakannya menjadi tiga kategori: menjadi peneliti/akademisi, profesional di industri, atau wirausaha. Kemudian saya sebisa mungkin akan membahasnya pada tiga lokasi, Indonesia, Swedia, atau negara lain. Tabel 1 berisi ringkasan dari pembahasan ini.
Peluang peneliti/akademisi
Posisi peneliti dapat ditemui di universitas, institusi penelitian, dan juga di di industri terkait. Di universitas, berbagai macam posisi penelitian tersedia di beragam disiplin. Sebagaimana lowongan posisi PhD di Swedia, posisi peneliti paska doktoral (ada berbagai macam skema, sederhananya kita sebut postdoktoral) juga diumumkan di website masing-masing kampus. Sedangkan untuk kesempatan meneliti di institusi penelitian atau industri terkait, hal ini tergantung dengan subjek penelitian yang kita geluti. Untuk Swedia, posisi postdoktoral tidak hanya tersedia ketika lowongan tersebut diiklankan. Beberapa postodoctoral grant juga dapat dilamar, diantaranya: Wallenberg foundation postdoctoral scholarship – berupa program postdoctoral untuk menginisiasi kerjasama antara institusi riset/kampus di Swedia dengan NTU, atau Stanford university atau MIT and broad institute. Selain itu, ada pula international postdoctoral grant dari Vetenskapradet, berupa kesempatan postdoctoral di universitas Swedia dengan universitas manapun di dunia. Selain itu, ada banyak lagi kesempatan postdoctoral yang bisa didapatkan dengan cara memenangkan research grant di berbagai penyedia dana di Swedia, seperti: Vinnova, Formas, SSF, dll.
Peluang research grant di luar Swedia tentu lebih banyak lagi. Hampir setiap negara (terutama di Eropa, menawarkan kesempatan postdoctoral yang bisa dipilih, diantaranya: UK: The Newton International scholarship, Royal academy grant, dll, Swiss: Germany: DAAD, Alexander von Humbolt, Denmark: innovation fund industrial postdoctoral, Ireland: Government of Ireland postdoctoral fellowship program, dll. Di samping itu, tentu Marie Sklowdovski Curie Action (MSCA) postdoctoral fellowship adalah pilihan favorit untuk melanjutkan postdoctoral di negara di luar Swedia.
Dari sisi status pekerjaan sebagai peneliti/akademisi, tantangan berkarir sebagai peneliti di luar negeri adalah mendapatkan permanent position. Problematika akademisi di luar negeri adalah rentan dengan melanjutkan satu kontrak kerja ke kontrak kerja lainnya. Dari sisi ini, berkarir sebagai peneliti/akademisi di Indonesia merupakan pilihan yang lebih baik dari di negeri lain. Status permanen lebih mudah didapat jika berkarir sebagai dosen atau sebagai peneliti di institusi penelitian di Indonesia. Selain itu, banyak universitas di Indonesia menawarkan beragam insentif atas pekerjaan/pekerjaan penelitinya. Sebagai contoh, ada sebuah universitas di Jawa Timur dan Sumatra Utara yang memberikan insentif publikasi hasil riset di jurnal terindeks bisa mencapai lebih dari 14 kali gaji pokok. Relatif terhadap gaji pokok, tentu nominal tersebut sangat tinggi dibanding dengan penghargaan yang diberikan universitas-universitas di negara lain.
Untuk berkarir di Indonesia, BRIN juga mempunyai program perekrutan peneliti khusus untuk lulusan S3 yang diadakan setiap tahunnya. Hal ini tentu merupakan kesempatan menarik bagi kita yang sekolah di luar negeri dan ingin berkarir dan kembali ke Indonesia.
Peluang profesional di industri
Ada beragam kesempatan berkarir di Industri di Swedia, beragam jenis industri berkembang dengan baik di Indonesia. Namun di saat bersamaan kompetisi mendapatkan pekerjaan juga cukup tinggi. Kita bersaing dengan orang-orang dari beragam latar belakang negara, berpendidikan tinggi, dan memiliki beragam pengalaman.
Menurut saya, studi S3 cukup problematik jika mencari pekerjaan yang bersifat lebih generalis dari lingkup keahliannya. Sebagai contoh: lulusan S3 teknik sipil (dengan spesialisasi tertentu) melamar kerja sebagai project engineer (lebih general) di perusahaan konstruksi. Dari mata perekrut, lulusan S3 memiliki beberapa kelemahan: pengalaman yang mendalam atas suatu topik yang relatif kurang berhubungan dengan deskripsi kerja project engineer, kurangnya pengalaman yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan dibanding dengan pelamar lain yang memiliki pengalaman kerja yang sesuai deskripsi pekerjaan meski dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (S1 atau S2), dan ekspektasi gaji yang lebih tinggi dibanding pelamar lain. Istilahnya, menurut saya, studi doktoral membuka beberapa pintu berlian jalur karir lanjutan, namun di saat yang sama juga menutup pintu emas banyak jalur karir lainnya.
Kemampuan berbahasa Swedia tentu merupakan salah satu syarat penting yang bisa menaikkan peluangmu mendapat pekerjaan di sini. Meskipun tentu ada juga pekerjaan yang tidak mensyaratkan kecakapan berbahasa Swedia, namun hal ini tergantung bidang pekerjaannya dan jumlahnya secara umum cukup signifikan lebih sedikit dibanding yang mensyaratkan bahasa Swedia. Persyaratan lain yang cukup sering dijumpai adalah (setidaknya di bidang saya ya) memiliki ijin mengemudi.
Secara umum, pola serupa juga dapat ditemui di negara-negara lain. Kamu tentu juga bisa mendaftar pekerjaan di negara manapun. Sebagai seseorang yang memiliki keahlian yang spesifik, pasti ada industri (yang entah di negara mana) yang membutuhkan para spesialis untuk memajukan produk mereka.
Bagi doktoral di Swedia, terlebih sejak dikeluarkannya peraturan baru bahwa lulusan doktoral tidak dapat langsung mendaftar permanent resident, dapat mencari peluang karir di berbagai negara yang sekiranya memiliki lebih banyak posisi pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus di bidang yang digelutinya.
Linkedin adalah tempat andalan saya dalam mencari info lowongan kerja. Setidaknya dua kali sehari saya selalu mengecek lowongan kerja baru di sana. Beragam pilihan filter yang disediakan di sana sangat memudahkan saya dalam mencari pekerjaan yang saya inginkan. Saya menggunakan Linkedin untuk mencari pekerjaan di seluruh dunia. Untuk mencari pekerjaan di Swedia, saya mengandalkan pencarian di Arbetsformedlingen.se. Beberapa situs lain yang lebih jarang saya gunakan adalah thelocal.se dan academicwork.se.
Di Swedia, ada juga program pencari kerja yang diselenggarakan oleh pemerintah di bawah Arbetsformedlingen. Bentuk programnya beragam, berbeda-beda tiap kota dan tiap waktu. Program semacam ini biasanya memberikan pelatihan/perkuliahan yang membantu peserta meningkatkan kesempatan diterima kerja. Di kampus saya, ada program yang disebut Kortavagen. Awal tahun ini saya mengasistensi suatu program kuliah singkat mengenai maintenance bagi orang-orang yang akan diseleksi menjadi karyawan Northvolt (sebuah perusahaan baterai baru yang akan/telah membutuhkan banyak engineer dalam beberapa tahun terakhir) di bawah koordinasi arbetsformedlingen. Pesertanya berasal dari berbagai kota di Swedia. Program tersebut diselenggarakan secara daring. Para pencari kerja ini mendapatkan uang saku karena partisipasinya di program-program ini.
Untuk berkarir di Indonesia, sederhananya hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, fresh graduate dan experienced. Dikarenakan di Indonesia pengalaman pekerjaan lebih umum dinilai dibandingkan tingkat pendidikan (untuk postgraduate, overqualified), maka ketika mencari pekerjaan di Indonesia, hendaknya pelamar kerja mewaspadai pekerjaan dengan deskripsi pekerjaan yang lebih general. Bisakah ekspektasi pekerjaan kita menyesuaikannya.
Peluang wirausaha
Di antara ketiga pilihan karir ini, menurut saya tentu ini adalah karir paling menantang. Lebih banyak resiko yang harus kita kelola untuk menjadi wirausaha. Di artikel sebelumnya (“Swedia, penghasil startups kelas dunia”), saya sudah menjelaskan berbagai program yang bisa kamu ikuti untuk menginisiasi rencana bisnismu selama di Swedia. Diantaranya: ALMI – dana pinjaman untuk bisnis, Vinnova menyediakan berbagai grant untuk beragam tema, Tillväxtverket, Industrifonden, Venture cup – kompetisi business plan tahunan, Thehub, Validator, dll. Selain itu, Swedia juga memiliki business angels yang menanti-nanti ide bisnismu, diantaranya: Connect, Coach&Capital, Framtidslyftet, Seedfundlt, dan masih banyak lagi. Jika kamu sekolah di sini, setelah lulus kuliah kamu juga bisa langsung bekerja di perusahaanmu sendiri di sini, caranya bisa dimulai dengan memenangkan grant yang bisa kamu baca di link-link tersebut.
Beberapa universitas di Swedia biasanya memiliki organisasi yang bertugas khusus untuk mengembangkan ide-ide kreatif dari akademisi kampus untuk dibimbing hingga bertransformasi menjadi perusahaan mandiri. Di LTU, ada Arctic business incubator; di Lund ada Lund university innovation system; di Chalmers ada Chalmers innovation; di KTH ada KTH innovation; dll. Pusat-pusat inkubasi bisnis ini secara aktif mencari dan “jemput bola” terhadap ide-ide segar yang biasanya muncul dari aktivitas akademik dan riset komunitas peneliti dan akademisi kampus. Konsultasi privat hingga workshop rutin selalu ditawarkan untuk para civitas akademik di kampus terkait. Noviyanti pernah share pengalamannya mengikuti workshop sejenis di artikel sebelumnya (”Bikin Start-Up Company sambil Kuliah di Swedia? Bisa banget!”).
Di negara lain, banyak pula grant competition yang dapat diikuti untuk pendanaan start-up baru. Di Eropa, beberapa diantaranya adalah Single Market Programme, Erasmus for young entrepreneurs, EIC accelerator, dan tentu MSCA Horizon untuk hilirisasi hasil riset di Eropa.
Di Indonesia, untuk ide bisnis berbasis riset, LPDP Rispro memberikan tawaran pendanaan yang dapat dicoba. Bantuan dana yang cukup besar dapat digunakan untuk hilirisasi hasil riset dari studi di luar negeri. Untuk diaspora yang berencana untuk membangun startup ketika kembali ke Indonesia, dapat pula memanfaatkan beragam inkubator startup yang memfasilitasi pengembangan startup di masa-masa awal, seperti misalnya: impactto.
Banyak hal yang bisa kita pilih setelah studi di Swedia. Ya tentu, pilihan manapun membutuhkan upaya yang tidak ringan. Saya pun sudah ratusan kali melamar kerja sebelum akhirnya menemukan satu yang dicari. Namun memang sudah diniatkan, mendapat pekerjaan sebelum kelulusan adalah salah satu coping mechanism yang dipersiapkan untuk menghadapi defense doktoral.
Pilihan karir apapun di negara manapun tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Semoga kita selalu bisa merencanakan, mempertimbangkan, dan menjalaninya dengan baik.
Meskipun banyak pembahasan yang tidak saya jabarkan dengan tuntas di artikel ini, semoga informasi ringkas ini bisa membantu memberikan gambaran berbagai peluang yang bisa dipilih setelah studi di Swedia. Good luck!
Table 1. Ringkasan pembahasan pilihan karir di beberapa negara.
Indonesia | Swedia | Negara lain | |
Peneliti/akademisi | Mudah mendapat permanent position. BRIN membuka lowongan khusus S3. | Berbagai open position untuk peneliti.Research grant: Vinnova, Formas, SSF, dll.Akademisi: sistem kontrak. | Open position di berbagai negara. Research grant, MSCA, Royal academy, Innovation fund, Alexander van humbolt, JSPS, dll. |
Profesional industri | Waspadai job description yang lebih general | Arbetsformedlingen.seLinkedin, dll.Banyak kesempatan, tinggi kompetisi.Kecakapan berbahasa Swedia sangat membantu. | Linkedin.se Dan website-website resmi perusahaan terkait. |
Wirausaha | LPDP Rispro.Inkubator start-up: impactto, dll. | Banyak inkubator start-up di kampus-kampus. Dukungan dana:ALMI, Vinnova, Venture cup, TheHub, Validator, dll. | Banyak kompetisi start up yang dapat diikuti.Single Market Programme, Erasmus for young entrepreneurs, EIC accelerator, dll. |
Rayendra Anandika
Lulea University of Technology
Division of Operation and Maintenance
Temui saya di: Linkedin, Instagram
Artikel lainnya dari saya:
Potensi kontribusi alumni Swedia bagi Indonesia
Menyoal ranking universitas di Swedia, pentingkah untuk karirmu?
Beragam Keuntungan Kuliah S3 di Swedia
Temukan kesempatan S3-mu di Swedia, di sini!
Kisah (Tidak) Sedih dari Ujung Dunia
Gaji Mahasiswa Doktoral Swedia
Swedia, Penghasil Start-ups Kelas Dunia
Swedia, Negara Terbaik untuk Wanita